Prolog P1🔪

61 12 6
                                    

Author pov.

Suara rerintikan hujan terdengar jelas didalam kelas 7-9. Semua murid sudah meninggalkan kelasnya hanya tersisa gadis yang menatap bosan ruang kelasnya.

Mata coklatnya melihat kearah jendela disebelah kirinya dengan tangannya menopang dagunya, dengan pelan ia mulai melantunkan lagu yang sedang ia sukai akhir akhir ini.

"Don't wait for truth, To come and blind us. Let's just believe their lies~"

Suara pelan itu tentunya termakan suara rerintikan hujan tetapi itulah yang ia inginkan, tidak satupun yang boleh tau jika ia baru saja menyanyi walau hanya melantunkannya saja tidak ada yang boleh tau mengenai hal ini.

"Alexis, ayo pulang dan maaf jika telat"

Gadis yang sedang sibuk menatap jendela tadi melihat kearah pintu kelas, seorang lelaki yang menyenderkan tubuhnya di ambang pintu itu memamerkan senyumnya membuat Gadis yang bernama Alexis tadi juga ikut tersenyum.

"What takes you so long?"

Alexis segera mengambil tasnya dan berjalan kearah ambang pintu.

"Sorry, important stuff" Ucap lelaki tadi sambil menatap mata Alexis dengan tatapan meminta maafnya yang selalu membuat Alexis akan luluh dan akan selalu memaafkannya.

"it's seems like its was so important than me" ucap Alexis pelan

Lelaki tadi menatap Alexis dengan seksama lalu akhirnya tersenyum saat ia tau Alexis hanya bercanda.

"Lets go home"

Hevanna Greetel Fox school on USA

Suara tuts tuts piano terdengar jelas jika kau melewati ruang musik, lelaki dengan wajah dinginnya sedang memainkan Piano dengan serius. Didepannya terdapat 2 orang lagi, keduanya terlihat menikmati suara yang dikeluarkan oleh Piano yang dimainkan oleh temannya itu.

"My head's under water
But I'm breathing fine
You're crazy and I'm out of my mind~"

Suara lembutnya tidak sesuai dengan wajah dingin nya, tatapannya mulai sayu saat ia menatap kosong piano dihadapannya tetapi tangannya tidak berhenti, jari jarinya tetap bermain diatas piano.

"'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
'Cause I-"

"Cowo lo bau ketek putusin aja!"

"Ihh iyaa ya bau banget"

Lelaki tadi menghentikan lagunya saat mendengar suara yang cukup keras sampai ia harus berhenti karna merusak suasana.

"Dua anak itu harus berhenti menjahili anak anak yang ingin masuk ke sekolah ini, jika tidak sekolah kita tidak akan mempunyai murid baru nanti" Ucap perempuan yang menatap kesal jendela yang menampilkan lapangan sekolah.

"Keiza dan Dina tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan reaksi yang mereka mau, Melody. Kau tau itu" Ucap lelaki yang berada disebelah perempuan yang bernama Melody tadi.

"Aku tau tetapi bukan artinya mereka tidak bisa dihentikan, Levi" Ucap Melody sambil mendelik kesal.

"Kenapa juga kau harus berhenti Julian?" Tanya lelaki yang bernama Levi terhadap sahabatnya yang sekarang berdiri di dekat jendela menatap tajam beberapa murid murid yang berada di lapangan.

"Tidakkah kau dengar suara menjengkelkan itu?" Ucap Julian yang menatap tajam kedua murid perempuan yang tertawa bebas di lapangan.

"Sudahlah sebentar lagi kita masuk, Hurry"

(Dilapangan)

"Hahahaha, sumpah ngakak banget tadi liat reaksi mereka begitu"

Kedua gadis cantik dan jelita itu tertawa lepas saat mereka sampai di depan kantin.

"Prank yang sukses, tumben lo punya ide yang bakal sukses begini, Dina"

Gadis yang bernama Dina tadi tersenyum lebar mendengar perkataan perempuan dihadapannya.

"Iyalah Kei, namanya juga si jenius" Ucap Dina yang mulai membangga banggakan dirinya.

"Btw, sebenernya tadi adek itu ngomong apa sih? " Tanya Keiza.

"Jadi.."

Flashback

Dina berjalan menuju kantin hendak membeli minuman dingin, hari ini panas sekali.

Dirinya mendapati Keiza yang sedang bercanda ria dengan teman sekelasnya, dirinya juga melirik adik kelas yang ingin mendaftarkan diri, karna sebentar lagi kenaikan kelas banyak murid murid yang berdatangan untuk melihat sekolah pilihan mereka inilah saatnya ide ide kreatif Dina melaju.

Kaki Dina membalik arah menuju Keiza yang sedang asik asiknya bertukar cerita dengan temannya.

"Kei!"

Tangan Dina menepuk keras pundak Keiza yang membuatnya kaget hingga menumpahkan sedikit minumannya dari tangannya.

"Dina!"

Keiza memukul pelan Dina ketika ia melihat cengiran khas Dina yang membuat amarahnya mereda.

"Sini sebentar deh"

Dina menarik Keiza ke tengah lapangan. Keiza menatap bingung Dina ketika mereka berhenti di tengah lapangan.

"Lo liat Adek kelas yang ada di deket pohon itu?" Ucap Dina.

Keiza melihat kearah yang ditunjuk Dina, setelah itu ia mengangguk. Tak lama kemudian Keiza menatap jahil Dina.

"Kita prank adek kelas itu yuk, tapi gimana? " Ucap Keiza.

"Gini aja, kita lewat situ nanti lo bilang 'Cowok lo bau ketek, putusin aja' tapi yang keras bilangnya biar kedengaran" Ucap Dina dengan entengnya.

"Ooh... Oke" Jawab Keiza sambil melihatkan jempolnya kearah Dina.

Dengan santai Dina dan Keiza melintasi adik adik kelas yang sedang berada dibawah pohon itu.

"Cowok lo bau ketek, putusin aja!"

"Iih iyaa ya, bau banget"

Dengan senyum puas, Dina dan Keiza berhenti saat adik adik kelas yang berada di bawah pohon itu sudah tidak melihat kearah mereka lagi.

DIna dan Keiza sama sama menatap satu sama lain, keduanya mengangguk dan mulai berjalan kembali untuk melihat reaksi mereka.

Tanpa harus menunggu Dina dan Keiza segera mendapat reaksi yang mereka inginkan.

Salah satu adik kelas melihat mereka dan segera menyenggol pelan teman temannya.

"Bukannya Kakak ini yang tadi cowoknya bau ketek?"

Dina dan Keiza mempercepat langkah dikarnakan tidak lagi dapat menahan tawa yang akan keluar.

Flashback end.

Dina dan Keiza masih tertawa pelan dan berjalan masuk ke kantin.

(Di ruang dance)

Lagu oh my darling terdengar cukup keras hingga membuat beberapa murid murid harus menutup telinga mereka, sudah lebih dari 5 kali lagu ini diputar terus menerus.

"Argh"

Dengan kasar salah satu murid perempuan dengan kesal mencabut kabel listrik yang menyambungkan speaker.

Semua murid melihat kearah sumber suara yang telah ilang. Dengan sekejao semua murid sudah keluar dari ruang dance hanya menyisakan murid yang mencabut listrik tadi.

"Sial, kabelnya putus"

Murid perempuan yang mencabut kabel tadi menatap horor kabel di tangannya yang sudah tidak bisa dipakai karna dipaksa cabut olehnya.

"Bukan salahku"

Perempuan ber nametag Zelene langsung melempar kabel speker tadi dan menjauhinya, berpura pura tidak tau.

Tbc.

Didn't Last LongWhere stories live. Discover now