***
Seperti seorang pengintai yang mengawasi dari jauh.
Jeno membatin, setengah benci kepada dirinya sendiri yang berlaku seperti pengintai, mengawasi Jaemin dan Eric. Mereka berdua sedang berkencan, tentu saja. Dan Jeno disini, mengawasi mereka.
Jalanan ini memang dikondisikan bagi pejalan kaki yang ingin menikmati berjalan-jalan sambil berbelanja.
Café-café yang cozy bertebaran dengan nuansa ala barat, berpayung eksotis di pinggir-pinggir jalan, menawarkan suasana makan yang berbeda. Ada juga penjual bunga di sana, dan beberapa penjual cenderamata lainnya.
Jeno terus mengawasi ketika Eric mengajak Jaemin berhenti di depan penjual bunga, lalu memberikannya setangkai mawar putih. Perbuatan sederhana yang membuat pipi Jaemin merona merah.
Dada Jeno terasa panas. Kurang ajar Eric. Pria itu merusak semua rencananya dengan mendekati Jaemin. Jeno semakin mantap untuk menyingkirkan pria itu, dengan langkah yang cukup elegan tentu saja.
Suara tawa pelan membuat Jeno mengalihkan perhatian dari pesangan yang berbahagia itu. Jeno menoleh ke arah Nancy yang duduk di dalam mobil disebelahnya,
"Kenapa kau tertawa?."
Bibir Nancy yang berwarna merah mencebik, "Karena tatapanmu itu, kau seolah-olah ingin membunuh laki-laki itu."
"Memang."
Nancy mengkerutkan alisnya, "Jadi dia yang harus kuincar? Dia tampak jatuh cinta kepada Priamu itu, kau yakin dia bisa tergoda olehku?."
"Semua laki-laki akan tergoda olehmu kalau kau memutuskan merayu, Nancy. Karena itu aku meminta tolong kepadamu." Gumam Jeno tenang.
Nancy tertawa lagi, "Kau bahkan tidak tergoda olehku, apakah ada sebab khusus atau memang kau bukan lelaki normal?."
"Ada sebab khusus." Jeno langsung menutup diri, "Kau sudah setuju untuk membantuku dan tidak usah banyak bertanya."
"Oke, aku tidak akan mengganggumu dengan pertanyaan- pertanyaanku." Nancy tersenyum menggoda, "Apakah sebab khususmu itu adalah anak manis itu?"
"Nancy." Nada suara Jeno penuh peringatan. Membuat Nancy mengangkat bahunya dan menyerah, tidak bertanya lagi. Lelaki ini memang tidak bisa diajak bercanda, batinnya dalam hati.
"Jadi kapan aku harus melaksanakan rencanamu itu?"
"Akhir pekan ini, aku akan mengadakan pesta akhir tahun, mengundang beberapa kenalan dan karyawanku di rumahku. Kau dekati Eric saat itu."
"Oke, Jeno Lee. As You Wish."
.
.
.
"Pesta tahunan yang diadakan oleh Mr. Julian selalu meriah." Haechan tersenyum sambil duduk di depan meja Jaemin. Dia sudah tampak kepayahan membawa perutnya yang semakin membesar, cuti hamilnya tinggal beberapa hari lagi, tetapi dia tampak bersemangat.
"Makanannya benar-benar kelas tinggi, Mr. Julian benar-benar tidak pelit kepada kami, para karyawannya. Kau tidak boleh melewatkannya."
Jaemin tertawa dan memainkan pena di tangannya, "Apakah semua karyawan diundang?"
"Tentu saja. Dan sebagian besar tidak akan melewatkannya. Pesta akhir tahun di rumah Mr. Julian merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu, kau akan datang kan Jaemin?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Nomin
Short StoryJeno harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jaemin di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jaemin dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya seb...