🌼 Chapter 20

7.7K 513 86
                                    

***

Mereka sedang makan malam ketika suara perahu boat terdengar mendekat. Jaemin mengernyit, tamu lagi? Diliriknya Jeno, lelaki itu tampak tenang-tenang saja.

Mereka makan malam bertiga. Jeno, Jaemin dan Nakyung yang sudah mulai bisa berjalan meskipun masih harus mengenakan penyangga badan. Suasana makan malam dingin dan kaku, Nakyung tak banyak bicara seperti biasanya. Meskipun Jaemin sempat melihat perempuan itu berkali-kali menyentuh Jeno seolah tanpa sengaja.

Seorang pelayan masuk, mengantarkan tamu yang baru tiba itu.

"Herin?!." Jeno berseru dan meletakkan makanannya, "Kejutan tak terduga, kenapa kau datang kemari?." lelaki itu berdiri, mengajak Jaemin dan memeluk adiknya.

Herin mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan. Dia memeluk Jaemin dengan hangat, lalu melirik ke arah Nakyung dan melangkah kakinya kemudian duduk di kursi di meja makan itu. Jeno dan Jaemin kembali duduk.

Para pelayan dengan sigap langsung mengantarkan hidangan untuk tamu tambahan mereka itu.

Herin melirik ke arah Nakyung dan tersenyum kaku. Mereka memang saling mengenal, tetapi tidak begitu akrab.

"Hai Nakyung, kudengar dari Jeno Oppa kau sudah di sini beberapa hari dan mengalami kecelakaan, bagaimana kondisi kakimu?."

Nakyung mengangkat alisnya dan tersenyum manis. "Masih sakit dan bengkak, aku tidak bisa berjalan kalau tidak memakai penyangga."

"Wah sepertinya penyembuhanmu akan memerlukan waktu lama." Herin sekuat tenaga menyembunyikan nada sinis di dalam suaranya.

Nakyung mengangguk, melirik Jeno seolah ingin menebak apa rencanya dengan kedatangan Herin yang mendadak ini. Apakah Jeno menyuruh Herin datang untuk melindungi Jaemin dari serangannya?.

"Ya. Kakiku sepertinya memerlukan waktu lama untuk sembuh." Nakyung menyentuh lengan Jeno dengan lembut dan tersenyum penuh arti. "Maaf Jeno, sepertinya aku harus berada di rumah ini lebih lama, aku tidak bisa kemana-mana."

"Tidak masalah." Jeno menjawab datar.

Jaemin yang sedang mengamati Jeno mengernyitkan alisnya, Jeno tampak berusaha sekuat tenaga untuk fokus kepada makanannya dan menahan diri untuk tidak tertawa. Kenapa suaminya tampak begitu geli? Apa yang ada di dalam benaknya?.

Herin sendiri tampak menahan senyum, dia menyendok satu suap penuh sup krim asparagus kental dengan kepiting di dalamnya, dan memutar bola matanya senang.

"Wow, masakan Alfred yang luar biasa. Aku merindukannya, kurasa ini sepadan dengan tinggal di sini beberapa lama sementara Oppa pergi."

"Apa maksudmu?." Nakyung langsung menyela, merasa waspada.

Herin melirik Nakyung tidak peduli, lalu menatap Jeno.

"Oh, aku belum mengatakan maksud kedatanganku kepada kalian ya?. Oppa, Aku mengalami masalah dengan negosiasi dengan pihak Jepang. Mereka tidak percaya kepadaku, dan ingin pelaksanaan nego diwakili olehmu langsung."

Herin menghela napas panjang. "Itu tender yang besar dan mereka menahannya sampai kau pulang. Kita akan rugi besar kalau sampai proyek itu tertahan lama, karena itu dengan baik hati, aku menawarkan diri untuk menggantikanmu menjadi tuan rumah di rumah ini untuk tamu kita."

Herin melirik Nakyung dengan sinis. "Sementara kau dan Jaemin pulang untuk mengurus tender itu."

"Apa?!." Nakyung hampir menjerit, lupa akan sikap datar dan menahan diri yang dipertahankannya. "Tidak! Kau tidak bisa melakukannya kan Jeno? Kau tega meninggalkan aku yang sedang sakit sendirian di sini?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unforgiven Hero : Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang