🌼 Chapter 13

5.2K 476 16
                                    


****




"Selamat pagi." Jeno menyapa lembut ketika Jaemin membuka matanya, sudah hampir setengah jam yang lalu Jeno bangun. Tetapi tidak bergerak dari ranjang.

Dia berbaring miring di sana, bertumpu di sikunya dan memandang istrinya yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Jeno suka memandangi Jaemin, dia bisa melakukannya berjam-jam tanpa bosan. Dan kesadaran bahwa sekarang sebagai suami Jaemin dia bisa melakukan itu, membuatnya bahagia.

Jaemin mengerjapkan matanya. Butuh beberapa lama sampai dia menyadari ada di mana dan apa yang terjadi. Ingatan tentang malam pertama kemarin membanjirinya, dan membuatnya merona malu. Jeno sendiri tampak tidak peduli, lelaki itu menelusurkan jemarinya ke sepanjang pinggul Jaemin dengan menggoda.

"Apakah tidurmu nyenyak?." Jeno menatap Jaemin dengan mesra, membuat Jaemin kehabisan kata dan hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Jemari Jeno menelusuri makin berani, dan menyentuh pantat Jaemin dan bergerak semakin dalam. "Apa disini masih sakit?." Jeno mengusapnya lembut.

"Ah, Jaeminku yang lugu... maafkan aku karena harus menyakitimu." Napas Jeno agak terengah dan karena mereka berdua telanjang bulat.

Jaemin bisa melihat betapa kejantanan Jeno telah menegang keras lagi. Tetapi lelaki itu tampak menahan diri, dia mengikuti arah pandangan Jeno dan tersenyum.

"Seperti yang selalu kubilang, aku selalu mengeras kalau bersamamu. Karena kau membuatku begitu bergairah." Jeno mengelus pipi Jaemin dengan lembut, "Tapi hari ini kita akan menghormati hilangnya keperjakaanmu dengan tidak menyentuhmu dulu."

Jaemin tersenyum, hatinya terasa hangat menerima kelembutan Jeno ini. Lelaki ini tampak bersungguh-sungguh dengan perkataannya, dan sejak pernikahan mereka, dia selalu diperlakukan dengan hormat dan penuh kasih.

"Terimakasih Jeno-ya."

"Sama-sama sayang." Jeno mengecup ujung hidung Jaemin dengan lembut.

"Oh ya , mengenai pulau yang diceritakan Herin pada saat acara makan setelah pernikahan kemarin. Maafkan aku tidak membicarakan sebelumnya denganmu, sebenarnya itu akan menjadi kejutan bulan madu kita."

"Kejutan lagi." Jaemin menggumam tanpa sadar menatap Jeno dengan pandangan menuduh.

Jeno terkekeh, menarik Jaemin ke dalam pelukannya. Tubuh mereka telanjang, hangat, bahagia dan terpuaskan karena percintaan mereka semalam. Jeno memang ereksi tetapi dia tidak peduli. Yang utama bukanlah memuaskan hasratnya kepada Jaemin, yang utama adalah berada di dekat Jaemin, berdua dan bahagia.

.

.

.

"Pulau itu sangat indah, aku mewarisinya dari ayahku, penduduknya sebagian besar nelayan dan beberapa bekerja kepadaku. Kita bisa menikmati waktu berdua di sana, saling mengenal lebih dalam." Tatapan Jeno menjadi intens.

"Aku yakin, kalau kita saling mengenal lebih dalam, kita akan menyadari bahwa kita adalah pasangan yang cocok."

Pasangan yang cocok. Mungkinkah? Dia hanya orang biasa yang hidupnya serba biasa-biasa saja, dengan Jeno yang semua di dirinya begitu luar biasa. Jaemin melirik ke arah kejantanan Jeno, bahkan 'itu'nya pun luar biasa. Pipi Jaemin menjadi memerah karena pemikiran spontannya itu.

Perahu boat membawa mereka mendarat ke anjungan pulau itu. Beberapa orang tampak sudah menunggu di sana. Jeno membantu Jaemin turun dari kapal dan menggendongnya ketika mereka harus melalui bagian laut yang dangkal sebelum melangkah ke arah pantai berpasir yang luar biasa indahnya.

Unforgiven Hero : Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang