***
Jaemin merapikan celana setelan kerjanya yang sedikit kusut dengan gugup. Bus yang dinaikinya sangat penuh dan sesak sehingga penampilan Jaemin jadi tidak serapi ketika dia berangkat tadi.
Sekarang disinilah dia berdiri, di lobby mewah perusahaan ini dengan keragu-raguan dan kecemasan yang tampak jelas.
'Aku telah berbuat kesalahan dengan datang kesini, ini bukanlah tempatku', desahnya dalam hati.
Jaemin mengusap keringat di dahinya ketika petugas resepsionis yang ramah tersenyum kepadanya, mengundangnya mendekat. "Ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis itu mungkin kasihan melihat Jaemin yang gugup dan kebingungan seperti salah tempat.
"Eh... ini..." Jaemin mengeluarkan surat panggilan interview yang diterimanya kemarin. Dia mengeluarkannya dengan hati-hati seolah itu harta karun berharga dan menunjukkannya kepada sang resepsionis.
"Saya mendapatkan panggilan interview di sini hari ini." Resepsionis itu menerimanya dan mengerutkan kening.
Dia adalah pegawai berpengalaman. Dia tahu bahwa surat panggilan ini tidak main-main. Dikirimkan langsung oleh sekretaris sang owner bahkan ditandatangani langsung olehnya. Ini bukan surat sembarangan. Ini Surat penting.
"Sebentar, saya akan menelepon atasan saya." Sikap sang sekretaris yang ramah dan mengasihani itu langsung berubah serius dan dia meninggalkan Jaemin untuk menelepon atasannya.
Jantung Jaemin langsung berdegup dengan kencang. Pikiran-pikiran buruk langsung menerpanya.
'Apakah dia salah? Apakah surat itu palsu? Atau mungkin sekedar lelucon untuk mengerjainya?.'
'Astaga!' Pekiknya dalam tak pernah terpikirkan di benaknya tentang kemungkinan itu?.
Jaemin memandang sekeliling dengan gelisah.
'Apakah dia akan diusir? Apakah dia akan dipermalukan?.'
Rasanya lama sekali ketika Resepsionis itu kembali dari belakang. Dia sudah berhasil menguasai diri rupanya, senyum ramahnya sudah kembali.
"Interview akan dilakukan di lantai lima, saya akan meminta petugas kami untuk menemani anda ke atas."
Seorang petugas entah muncul dari mana dengan ramah menemani Jaemin melangkah masuk lift menuju lantai lima.
"Mari tuan. Silahkan duduk dulu di situ, saya akan memberitahukan kedatangan anda."
Jaemin duduk di sofa sambil tetap mengerutkan kening, memberitahukan kedatangannya?, Kenapa seolah-olah dia adalah tamu yang sudah ditunggu dan bukannya salah seorang calon pegawai yang akan menghadapi test interview?.
Dimana yang lain?
Jaemin memandang sekeliling yang sepi. Dia menyangka akan di interview bersama calon-calon pegawai lainnya tapi ternyata dia hanya sendirian.
"Silahkan Tuan, Beliau berkenan menemui anda."
Masih dengan bertanya-tanya Jaemin melangkah memasuki ruangan itu. Sebuah ruangan rapat kecil yang mungkin difungsikan untuk mewawancarai calon pegawai. Seorang perempuan yang sangat elegan dan cantik menunggunya di sana. Cantik sekali seperti model, wajahnya sangat beribawa dan terkesan dingin seperti Miss Korea. Dibalut setelan kantornya yang terlihat mahal dan menarik.
"Selamat siang. Silahkan duduk." gumamnya datar mempersilahkan. Dengan canggung Jaemin duduk di hadapan perempuan itu.
"Saya Lee Herin, Manager Utama. Mungkin anda bertanya-tanya kenapa anda bisa mendapat panggilan di perusahaan ini. Kami memperoleh rekomendasi dari universitas anda. Anda adalah lulusan terbaik di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Nomin
Historia CortaJeno harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jaemin di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jaemin dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya seb...