***
Yang dirasakan Jaemin ketika pagi hari membuka matanya adalah pening yang luar biasa. Kepalanya serasa berat dan seakan ada suara berdentam-dentam di telinganya.
Cahaya redup matahari yang menyelinap di balik gordennya terasa begitu menyilaukan, menyakitkan matanya dan membuatnya semakin pusing.
Jaemin mengerang, lalu mencoba duduk sambil memegangi kepalanya yang pening, untuk kemudian merasakan hawa dingin menyergapnya, selimutnya meluncur begitu saja sampai kepinggangnya.
Jaemin menunduk, hendak menaikkan selimutnya, hanya untuk menyadari bahwa dia telanjang bulat di balik selimutnya.
Tunggu dulu, Telanjang bulat?.
Mata Jaemin tiba-tiba tertuju kepada lengan kekar yang melingkarinya dengan posesif. Lengan itu melingkarinya tepat di dadanya yang telanjang.
Dengan panik dia menoleh ke arah pemilik tangan itu dan menyadari bahwa lelaki yang sekarang sedang tidur –satu selimut dengannya, dan menilik kulit putihnya yang terpampang jelas di depan matanya, orang itu sama-sama telanjang!.
Astaga! apa yang terjadi semalam?.
Jaemin memutar ingatannya dengan cepat, tetapi apa yang dia ingat hanyalah percakapan samar sebelum minum anggur, dan ciuman itu... lalu dia tidak ingat apa-apa lagi.
Apakah dia telah berbuat terlalu jauh dengan atasannya ini? Oh Ya Ampun!.
Gerakan Jaemin membuat Jeno terjaga dari tidurnya, bahkan cara bangunnya pun begitu elegan. Jaemin memandang terpana untuk kemudian mengutuk dirinya karena bukannya panik, malah sempat-sempatnya mengagumi cara Jeno terbangun.
Bulu mata gelap Jeno yang tebal bergerak-gerak, untuk kemudian mata tajamnya terbuka, dan langsung menatap Jaemin. Mr. Julian rupanya jenis orang yang langsung terjaga ketika bangun tidur. Mereka bertatapan dalam keheningan. Lama.
Sampai kemudian ada kesadaran di mata Jeno, yang membuat lelaki itu tersenyum simpul.
"Selamat pagi." Gumamnya parau, "Kuharap tidurmu menyenangkan semalam." Nada sensual tersemat jelas di sana. Membuat Jaemin semakin panik.
Sapaan itu jelas - jelas ditujukan untuk kekasih yang habis bercinta semalaman. Jadi benarkah mereka berdua telah berbuat sesuatu yang lebih semalam?.
Jeno bergerak duduk mengikuti Jaemin. Selimut ikut turun sampai ke pinggangnya, sampai ke batas dimana kejantanannya yang telanjang hampir mengintip di sana.
Lelaki itu ereksi. Jaemin mengerang dalam hati. Astaga! Kenapa dia langsung melirik ke sana? Tetapi bagaimanapun juga dia sangat ingin tahu. Jaemin tahu bahwa kejantanan pria akan menjadi keras ketika dia bergairah.
Melihat sesuatu yang menonjol dengan tegak dan tampak keras di balik selimut yang menutupi pinggang dan selangkangan Mr. Julian, Jaemin langsung menyimpulkan bahwa Atasannya itu sedang ereksi.
Jeno mengikuti arah pandangan Jaemin, dan menyadari bahwa ketengangan di selangkangannya lah yang membuat Jaemin tampak segan dan waspada, dia lalu mengangkat bahu dan tersenyum meminta maaf.
"Maaf, begitulah yang sering terjadi kepadaku ketika bangun di pagi hari, dia keras dengan sendirinya." Dengan gerakan menggoda Jeno menarik selimutnya menuruni pinggangnya seolah-olah akan menunjukkan kejantanannya yang tersembunyi di sana.
"Jangan!." Jaemin memekik, menutup kedua matanya dengan jemarinya. Ketika mendengar Jeno terkekeh dia langsung membuka jemarinya dan menatap Atasannya itu dengan malu.
"Kau begitu berbeda di pagi hari. Begitu pemalu." Jeno dengan lembut mendekatkan bibirnya ke dahi Jaemin dan mengecupnya. "Kau pasti pusing. Mandilah, akan kubuatkan kopi untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Nomin
Short StoryJeno harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jaemin di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jaemin dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya seb...