***
Perputaran dunia sungguh tidak dapat diduga. Begitupun perjalanan hidup manusia. Jaemin melirik cincin berlian elegan yang berkilau di jari manisnya.
Dia datang ke perusahaan ini karena sebuah panggilan keberuntungan yang datang tak diduga, dan hanya karena satu kejadian di malam pesta itu, tiba-tiba dia menjadi tunangan pemilik perusahaan ini. Siapa yang bisa mengira? Bahkan di dalam imaginasinya yang paling liar pun dia tidak pernah menduganya.
Semua ini terjadi terlalu cepat... terlalu tiba-tiba. Dia bahkan tidak mengenal jauh Mr. Julian.
Jaemin membatin dalam hati, dan tanpa sadar mengernyitkan dahinya. Yang dia ketahui tentang Mr. Julian hanyalah info dari majalah bisnis yang dibacanya ketika mencari tahu tentang perusahaan yang memanggilnya untuk interview itu, dan beberapa info dari Haechan –yang sekarang sudah mengambil cuti hamilnya. Haechan akan sangat terkejut kalau saja dia ada dikantor untuk menyaksikan semua drama ini.
Jaemin tahu bahwa Mr. Julian adalah jenius pendiri perusahaan, berdarah Amerika dari ibunya, dan mempunyai adik perempuan dengan masa lalu yang sungguh menimbulkan empati, meskipun sekarang Herin sudah menjadi wanita yang tegar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu alasan utama Jaemin menerima pertunangan ini adalah karena empatinya kepada Herin, dan kekagumannya akan rasa bertanggung jawab Mr. Julian karena begitu memikirkan kesedihan yang pernah dialami Herin dan Jaemin yakin Mr. Julian pasti sangat menyayangi adiknya.
Jaemin tidak pernah punya saudara kandung, dia anak tunggal, yang pada akhirnya harus berakhir sebatang kara. Karena tragedi itu. Tragedi yang sudah dilupakannya dan dikuburkannya dalam-dalam.
Setiap dia mengingatnya akan muncul rasa marah terpendam, membuatnya ingin berteriak atas ketidakadilan kehidupan. Ingatan tentang kemarahan itu menjadi samar-samar seiring berjalannya waktu. Jaemin belajar menyimpan jauh-jauh. Tidak sepenuhnya melupakan. Tidak sepenuhnya memaafkan.
Jaemin mengerjapkan mata ketika mobil hitam yang elegan itu meluncur dengan mulus dan berhenti tepat di depannya. Jeno sendiri yang menyetir mobilnya, dengan sopan, dia turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang di sebelahnya untuk Jaemin.
"Maafkan aku, sedikit tertahan di lobby tadi. Aku harap kau tidak menunggu lama."
"Tidak. Aku baru beberapa menit di sini." Jaemin melangkah masuk ke mobil dan Jeno menutupnya, lalu kembali ke balik kemudi dan menjalankan mobilnya.
Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di benak Jaemin, bahwa dia bahkan tidak tahu nama asli Pria disampingnya ini.
"Bagaimana mungkin kita melanjutkan semua ini, kalau kita bahkan tidak saling mengenal sama sekali?" tanpa sadar Jaemin menyuarakan pemikirannya.
Jeno melirik sedikit ke arah Jaemin dan tersenyum, "Masih banyak waktu, dan dengan senang hati aku akan membuka diri sehingga kau bisa lebih dalam mengenalku." Suaranya merendah lembut, "Dan aku harap kau juga membiarkanku mengenalmu lebih dalam."
Jaemin menghela napas. Kenapa kata-kata Jeno yang biasa saja bisa terdengar begitu sensual di telinganya? Apakah itu memang nyata atau dia selalu berkonotasi mesum sejak kejadian malam itu? Dengan tak kentara Jaemin menggelengkan kepalanya, mencoba berkonsentrasi kepada sesuatu yang logis.
"Siapa nama aslimu?"
Jeno mengerem dengan mendadak. Hampir membuat ban mobil berdecit dan tubuh Jaemin terdorong ke depan, untunglah mereka sedang berada di jalanan yang sepi.
Jaemin menoleh ke arah Jeno dan menatap bingung. Pria tampan itu tampak terkejut, karena pertanyaannya ataukah karena sesuatu di jalan?.
Tetapi Jeno dengan cepat menguasai diri, dia menatap Jaemin dan meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Nomin
Short StoryJeno harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jaemin di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jaemin dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya seb...