Love Addicts -1

5K 481 26
                                    

Aku berjalan tanpa arah, sama sekali tidak peduli kalau tubuhku sedang diguyur hujan deras saat ini. Beberapa orang melihatku dengan tatapan aneh sekaligus khawatir, mungkin karena aku sama sekali tidak memakai jas hujan maupun menggunakan payung namun aku tidak peduli.

Setelah berjalan tanpa arah untuk beberapa saat, aku akhirnya memutuskan untuk menuju suatu tempat. Aku lalu berjalan secepat mungkin dan dalam hitungan beberapa menit, langkahku sudah membawaku di gedung apartemen mewah yang terletak di kawasan Central Business District.

Aku melirik ponselku di genggamanku yang untungnya masih tetap berfungsi, dan menghembuskan napas ketika mendapati saat ini sudah hampir jam 11 malam.

Tentu bukan waktu yang tepat untuk mengunjungi seseorang. Namun, pilihan apa yang kupunya?

Aku kembali menghela napas, dan di helaan napas ketiga, aku memberanikan diri untuk melangkah masuk. Receptionist serviced apartment gedung ini begitu kaget melihatku yang basah dari atas ke bawah, dan buru-buru menawarkan handuk yang kuterima dengan baik.

"Terima kasih," ucapku dalam Bahasa Inggris, mengingat aku masih berada di negeri kangguru, meskipun saat ini aku sudah sangat ingin kembali ke tanah air.

"Should I let Kevin know that you are here?"

Aku menganggukkan kepalaku dan kembali mengucapkan terima kasih. Selain pernah tinggal disini saat aku pertama kali datang, aku juga sering main di unit Kevin dengan teman-teman kami lainnya sehingga beberapa receptionists sudah mengenalku.

Mungkin juga karena Kevin yang masih tetap menjadi penghuni tetap serviced apartement ini meskipun apartemen jenis biasa jauh lebih murah. Tapi, sebagai calon penerus dari bisnis Puspitoditya, uang bukan masalah bagi Kevin.

Satu alasan utama kenapa aku perlu bertemu dengan Kevin sekarang.

Aku menelan ludah dengan susah payah ketika sang receptionist sudah memberitahuku kalau Kevin sedang menungguku dan aku dipersilahkan untuk langsung naik ke lantai teratas.

Aku berusaha menetralkan degup jantungku yang sejak tadi berdetak lebih kencang, dan begitu lift ini membawaku ke lantai yang kutuju, aku tiba-tiba merasa lumayan yakin dengan keputusanku.

Aku tidak perlu menekan bel karena aku sudah mempunyai access card dari receptionist, sedikit bingung namun karena orang yang kutemui adalah Kevin, aku sudah dapat menebaknya.

Begitu pintu dibuka, aku langsung dapat mengenali aroma yang menguar dari apartemen ini. Tidak perlu berpikir dua kali kalau Kevin sedang bersenang-senang di unit-nya dan oleh karena itu, dia langsung meminta sang receptionist untuk memberikanku kartu akses.

Aku tidak dapat melihat Kevin di ruang tamu dan aku lalu melangkah ke kamar tidur Kevin. Benar saja, Kevin sedang bermain-main dengan seorang gadis blonde yang terlentang dengan pasrah di bawahnya dan Kevin tentu saja tidak menyadari kehadiranku.

Aku yang sedang menutup pintu dengan pelan tiba-tiba mendengar Kevin memanggil namaku. Gerakanku terhenti, mengira bahwa Kevin memang sudah mengetahui kehadiranku namun aku salah. Kevin tetap melanjutkan kegiatannya dengan gadis blonde tersebut sambil meneriakkan namaku dan gadis tersebut tidak terlihat keberatan. Gadis tersebut kerap mendesah, dan mendesah lebih keras dan juga panjang kala Kevin mengantarkan keduanya ke puncak.

"Enjoying the show, Shelby Poez?"

Aku kaget ketika Kevin membalikkan badannya dan menyapaku sambil berjalan ke tong sampah terdekat untuk membuang hasil miliknya.

Tanpa sadar aku melangkah mundur, dan juga sangat malu karena kedua manusia di hadapanku saat ini tidak memakai apapun. Ralat, mungkin hanya gadis blonde tersebut karena Kevin masih memakai celana jeans-nya.

Hello, Love (OneShot Collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang