"Mama?"
"Ini Ayah, Shelby. Kamu sedang ngapain? Mama masih dirawat namun kondisinya sudah jauh membaik, besok akan pulang."
Aku tidak dapat menahan senyumku mendengar kabar baik tersebut dan menjawab, "Baguslah Yah. Ayah juga harus beristirahat juga."
"Kamu juga Shelby. Ayah juga akan secepatnya mengirim uang untuk biaya sekolah kamu. Kamu baik-baik saja kan nak?"
Aku lagi-lagi tersenyum mendengar pernyataan tersebut dari Ayah. Meskipun Ayah adalah Ayah tiriku, aku selalu dianggap sebagai anak perempuannya sendiri.
"Ga usah Yah. Shelby masih ada simpanan dan juga..." Aku sedikit mengambil jeda lalu melanjutkan, "Shelby ada part time, Yah. Jadi Ayah fokus ke perusahaan saja."
Aku tidak berbohong. Aku memang sudah mempunyai part time ketika Ayah mengalami masalah finansial, namun tentunya hasil kerja part time ku tidak mungkin cukup untuk membayar uang sekolahku.
"Tapi bukannya saat ini saatnya kamu membayar uang sekolah kamu?"
Aku sedikit terkesiap namun aku sudah mempersiapkan jawaban ini jauh sebelumnya. "Shelby... Shelby menjual beberapa tas koleksi Shelby, Yah, jadi masih cukup kok."
"Oh ya begitu yah? Maaf ya Shelby, Ayah tahu seberapa kamu menyukai tas-tas kamu. Nanti secepatnya Ayah kirim lagi ke kamu."
Aku menggigit bibirku karena sudah berbohong kepada Ayah. Sebenarnya aku sudah menjual hampir semua koleksi tasku ketika Ayah tiba-tiba tidak mengirimkan uang dan juga memblokir kartu kreditku delapan bulan yang lalu. Namun, aku yang waktu itu terlalu bodoh untuk membaca keadaan malah menghabiskan sebagian uang tersebut untuk biaya hidupku yang memang tergolong mahal sehingga uang hasil penjualan tasku tidak cukup untuk membayar uang sekolah.
Seharusnya aku tidak begitu bodoh dalam mengatur keuanganku. Aku sama sekali tidak mempunyai simpanan padahal dulunya Ayah memberikan uang jajan kepadaku dalan nominal yang lumayan besar.
"Oh ya, titip salam dengan Kevin ya. Ayah benar-benar berterima kasih sekali kepada keluarga Puspitoditya, tanpa mereka, Ayah... Ayah benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada keluarga kita."
Lagi-lagi aku hanya bisa menggigit bibirku dan menjawab iya kepada Ayah. Aku tidak pernah menyesal dan untuk saat ini, aku percaya aku akan baik-baik saja asalkan keluargaku bisa kembali seperti semula.
"Kalau begitu, Ayah kembali ke ruang inap Mama. Kamu jaga kesehatan ya,"
Panggilan dari Ayah mendorongku untuk lebih bersemangat dan mengetahui bahwa kesehatan Mama pulih kembali benar-benar membuatku lebih bisa bernapas lega.
"Kamu kenapa? Senang banget kelihatannya?"
Aku mengangkat kepalaku dan memaksakan diriku untuk tersenyum menyambut Kevin yang sudah berada di apartemen. "Kamu hari ini cepat banget pulangnya?"
Kevin berjalan mendekatiku dan tanpa aba-aba, Kevin mengangkat daguku untuk menerima sebuah ciuman darinya. Aku tidak menolaknya, lebih tepatnya aku tidak berani menolak dan berusaha membalas semampuku untuk mengimbangi tempo Kevin. Ketika lidah Kevin mulai membelai bibirku, aku juga melakukan hal yang sama sampai-sampai ciuman tersebut berlangsung lebih lama daripada biasanya.
"Always taste so good, Shelby."
Aku tersenyum mendengar pujian dari Kevin dan berusaha menikmati pelukan Kevin sejak tadi. Jujur saja, aku tidak pernah merasa jijik kepada Kevin namun aku lebih merasa jijik terhadap diriku yang begitu murahnya demi uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Love (OneShot Collection)
RomanceBerisi kumpulan cerita pendek bertema romance yang ditulis penuh cinta oleh TheJenne :P Beberapa cerita pendek lainnya adalah spin-off dari Head Over Heels for You, Doctor (Completed), dan juga Ex with Benefits (Ongoing). Enjoy!