Aku menghela napas.
Sekali, dua kali dan di kali ketiga, barulah aku bisa melangkah masuk ke dalam café yang terletak tidak jauh dari rumah sakit pelacur Faegan bekerja.
Aku seharusnya tidak menyetujui untuk bertemu dengannya, namun sebagian dari harga diriku menuntut.
Dari pintu masuk aku sudah bisa melihat pelacur tersebut. Masih cantik, dan juga muda. Aku sama sekali tidak menyadari ketika aku pertama kali bertemunya di rumah sakit, dan bahkan aku sempat memujinya karena kinerjanya yang baik.
Pelacur.
Aku kembali menghela napas, dan berusaha untuk tidak terintimidasi oleh keberadaan dirinya dengan memasang senyum terbaikku.
"Silahkan duduk, Bu," sapanya yang kujawab dengan deheman singkat. Tanpa kusadari, tatapan mataku langsung menuju ke perutnya, yang samar-samar terlihat sedikit buncit.
Seketika itu juga jantungku rasanya diremas. Sakit.
"Ada yang mau Ibu pesan?"
Aku melirik pelacur tersebut, dan tanpa basa-basi aku langsung bertanya, "Drop that. Langsung saja, apa yang kamu ingin katakan kepada saya?"
Wajah pelacur Faegan tampak sedikit memucat, namun beberapa detik setelahnya, dia mampu memasang ekspresi datar kembali.
Harus kuakui untuk seseorang yang telah merusak rumah tanggaku, pelacur di depanku mempunyai nyali yang besar.
"Saya... Saya... "
"Kalau kamu mau minta maaf, tolong, jangan. Saya sudah cukup lelah mendengarnya."
"Bu.. Bu Audrey..."
Aku menarik napas lalu menghembuskannya pelan. "Kalau kamu meminta bertemu hanya agar saya bisa tahu betapa menyesalnya kamu karena telah merusak rumah tangga aku. Tolong, jangan. Itu semua akan semakin memperburuk keadaan."
Suaraku sudah kembali bergetar, dan aku mati-mati menahan air mataku agar aku tidak kelihatan lemah. Tidak di depan pelacur Faegan.
Aku melihat pelacur yang bernama Alya tersebut sudah sedikit terisak, dan aku bersiap-siap ingin berjalan keluar untuk kembali ke apartemen yang kusewa karena Faegan sama sekali tidak berniat untuk pindah dari rumah yang kami tempati dulu.
"Sam, maksud saya, Pak Faegan ingin saya untuk membunuh janin saya."
Aku sedikit tersentak. Pertama, tidak ada seorang pun yang memanggil Faegan dengan panggilan Sam, nama tengah Faegan selain diriku. Ternyata, pelacur Faegan yang satu ini memang bukan wanita biasa.
Lalu, meskipun aku membenci mengakuinya, tapi aku sedikit senang ketika Faegan menyuruh pelacurnya untuk menggugurkan kandungannya.
"Hal tersebut bukan masalahku lagi. Kamu boleh langsung bertemu Faegan. Saya sedang dalam proses perceraian."
Pelacur tersebut kembali menahan pergelangan tanganku yang kembali membuatku kesal.
"Apa mau kamu sih!"
Aku melihat wanita di depanku sudah bersimbah air mata, dan kami berdua sudah menarik perhatian dari beberapa orang.
Aku tidak peduli. Lagipula, aku sudah akan bercerai dengan Faegan, tidak seharusnya aku masih mencampuri urusan mereka.
"Tolong, Bu Audrey. Saya perlu bicara dengan Ibu. Anak saya tidak bersalah, Bu."
Kalau semua orang mengira seorang Audrey Karenina Song adalah perempuan yang cantik, tangguh dan dipuja semua makhluk pria, maka orang tersebut tidak mengenal diriku dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Love (OneShot Collection)
RomansaBerisi kumpulan cerita pendek bertema romance yang ditulis penuh cinta oleh TheJenne :P Beberapa cerita pendek lainnya adalah spin-off dari Head Over Heels for You, Doctor (Completed), dan juga Ex with Benefits (Ongoing). Enjoy!