"Halo Steph?"
"Ya?"
"Lo ga lagi sama Peter kan?" tanyaku dengan sangsi sambil melihat tanggal di kalender. Setiap kali weekend, pasti Steph bersama Peter. Kadang aku lumayan heran dengan Steph. Bilangnya cuma anggap Peter kaya' sahabat dekat atau adik, tapi sering nginap-nginapan.
"Hm..."
Ya elah, kenapa sih tiap kali mau curhat selalu saja ada Peter?
"Lo ngomong aja Hal, Peter lagi makan juga."
"Lo yakin gue ga ganggu?"
"Engga. Buruan cepetan ngomong ada apa."
Aku menghela nafas. "Gini loh Steph, gue mau cerita soal Wyatt..."
"Iya, langsung ke inti permasalahan aja. Gile lo bertele-tele banget jadi orang."
Aku mengerucutkan bibirku, yang sayangnya tidak dapat dilihat oleh Steph, dan melanjutkan, "Menurut lo, Wyatt... gay ga sih?"
Steph tidak langsung menjawab.
"WHAT?"
Gila, teriakan Steph bisa membuat gendang telingaku pecah. Lagian, reaksinya telat sekali!
"Jangan teriak-teriak dong, Steph," gerutuku.
"Lagian lo juga! Ini Wyatt yang lo maksud teman kita kan? Elden Wyatt yang nerdy tapi ganteng namun sayangnya lumayan pendek?"
"Steph. Elden Wyatt yang lo hina-hina itu masih jadi gebetan gue selama dua bulan terakhir ini loh."
Terdengar suara tertawa Steph di seberang. Bahagia banget kayaknya kalau lagi menindas orang.
"Ya ampun Hal. Gue ga berhenti ngakak daritadi. Kenapa sih lo bisa bikin verdict kaya gitu?"
Aku mengambil nafas dan berkata,"Kemarin itu kita ke club gitu. Terus gue rada high dikit ya lo taulah gue memang ga bisa minum. Terus kan gue agak teler gitu kan, tapi gue masih sadar sepenuhnya, cuma jalan aja rada sempoyongan..."
"Terus, terus? Jangan stop sebelum ke inti buseet Halona!"
"Ya, jadinya karena gue diajak sama si Wyatt, dia merasa bertanggung jawab buat anterin gue balik di apartemen. Tapi mungkin karena kita tetangga kali. Yang bikin gue ngerasa aneh itu karena selama gue ga bisa jalan, dia cuman papah gue. Disini papah definisi gue tuh bener-bener dia cuman megang bahu gue, nuntun gue jalan gitu. Sama sekali ga niat ngelus, meluk pinggang, atau gimana Steph..."
Aku berhenti sejenak karena Steph sudah tertawa ngakak. Mana tertawanya keras lagi! Terus kesannya kaya' menertawai nasibku yang malang ini.
Kampret.
"Lo tuh bukannya bersyukur kok malah ngarep di grepe sih?"
"Bukan gitu sih Steph. Maksud gue, dia beneran sopan banget loh. Ga ada niat megang gimana gitu. Pas gue ketiduran di taxi, dia bangunin gue terus papah gue balik. Bukannya langsung gendong gue gitu. Terus begitu nyampe di unit gue tuh ya, dia diam gitu gue kiraiin dia mau gimana gitu kan..."
"Then?"
"Turns out dia hanya pengen ingetin gue supaya jangan lupa hapus make-up gue, lepas contact-lens, sikat gigi dan nyetel alarm."
Tawa Steph meledak seketika. Aku mulai menyesali keputusanku untuk curhat masalah ini dengan Steph. Sinting memang tuh anak.
"Sumpah. Ini lucu banget gila. Kok kehidupan cinta lo sudah kaya' cerita novel geli gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Love (OneShot Collection)
RomansaBerisi kumpulan cerita pendek bertema romance yang ditulis penuh cinta oleh TheJenne :P Beberapa cerita pendek lainnya adalah spin-off dari Head Over Heels for You, Doctor (Completed), dan juga Ex with Benefits (Ongoing). Enjoy!