Tubuh Dico langsung mendarat di atas benda empuk yang membuatnya nyaman seketika. Sebelumnya, Dico membersihkan tubuhnya dan berpakaian. Sungguh melelahkan baginya.
Dico memejamkan matanya, dengan kedua tangan yang tertekuk di belakang kepalanya itu. Namun, mata Dico terbuka sempurna saat mengingat sesuatu, ia segera duduk, mengambil sebuah gelang milik Eiga di nakas.
Dico melihat gelang tersebut. Karena gelang itulah dirinya menaruh 'rindu' kepada Eiga."Ntar gue malem ke rumah sakit," gumam Dico tersenyum senang, lalu menggenggam erat-erat gelang Eiga.
Mata Dico kembali terpejam, berusaha rileks dan membuang semua kelelahan yang sekarang menumpuk di dalam dirinya. Tangan Dico masih menggenggam erat-erat gelang itu sembari ia tidur.
"Do'ain gue biar gue mimpiin lo sekarang."
•••
Malam hari pun datang.
Lila Segera memeluk Eiga dengan erat setelah masuk ke ruangannya. Ia sama sekali tidak mempedulikan teriakan perawat tangan sedang mengecek infus Eiga.
Sedangkan Silvia sendiri tersenyum, Alya dan Alsya juga."Gue rindu sama lo, Ga." Lila melepaskan pelukannya, terlihat bibir gadis itu terangkat sempurna.
Eiga membalas senyuman Lila itu. "Gue juga rindu sama lo, Lil."
Silvia dan lainnya mendekat ke Eiga lalu berpelukan bergantian. Setelahnya, mereka duduk di samping Eiga.
Eiga sendiri tidak berbaring."Eh, Ga, lo tau nggak? Lila nangis malemnya pas tau lo ngilang." Alya menyenggol lengan Lila cukup keras, setelahnya Alya terkikik geli.
Lila menggeleng, berusaha tidak mengakuinya.
"Nggaklah, gue nggak secengeng itu."Melihat ekspresi Lila yang sangat aneh. Alya tertawa. "Ah, lo mah dikit-dikit nangis. Lihat Kak Dico update di Instagram aja lo nangis."
Mendengar pengakuan Alya sendiri, kini semuanya tertawa dengan kencang. Eiga juga, ia baru tahu kalau sahabatnya—Lila secengeng itu ternyata.
"Lah dari pada lo-"
"Udah mba-mba ... ini rumah sakit. Bukan acara lawak."
Perawat yang sedang mengecek infus dan keadaan Eiga itu tiba-tiba menyahut, tangannya membawa sebuah penampan yang masih ada suntiknya.
Lila terkekeh tidak berdosa.
"Hai mba-mba perawat, mba cantik juga. Mba kenal sama Dico? Waaah dia ganteng mba kaya mba," celoteh Lila semakin membuat dahi semua orang terkerut dengan sempurna.
"Lah? Lo bilang mbanya cantik. Tapi kok—jadi ganteng?" Alsya kembali mengulang kalimat Lila, lalu berpikir lagi. Sepertinya Alsya merasakan ada yang ganjal.
"Lila bego!" Silvia balik memukul kepala Lila.
Lila menatap Silvia dengan raut muka yang sedikit terlihat marah. "Ya bener 'kan apa yang gue bilang. Mbanya kaya Dico, ganteng."
Semua kompak untuk memukul kepala Lila bersamaan.
"Mba nya cantik! Nggak ganteng! Dia cewek Lila!!" teriak Alya persis di telinga Lila.
Lila lalu tertawa sendiri. Semua orang bingung dan berpikir.
Apa Lila baru keluar dari RSJ?"Yaudahlah, saya permisi dulu." Perawat itu melangkahkan kakinya.
Namun, belum sampai di tengah pintu, perawat itu kembali menoleh ke belakang. "Mba Lila, nanti berobat ke RSJ ya, kalo mba ada BPJS dijamin nggak gratis."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEIGA [On Going]
Teen Fiction"Kenalin om. Dico, cowoknya Eiga" -Dico Jean Pratama, alias es kutub utara yang sifatnya berubah semenjak bertemu dengan gadis bernama Eiga Quenzi Reika. "Kenapa nggak sekalian lamar anak saya aja, gimana?" ••••• Ini adalah kisah tentang Eiga Quenzi...