23. DATANG

119 28 2
                                    

Tersenyumlah
Maka, aku akan tersenyum juga untukmu


~Eiga Quenzi Reika~

••••

"Loh, kok pulang awal?"

Yoga langsung membukakan pintu saat mendengar bel berbunyi yang menandakan ada seorang tamu. Ternyata itu bukan tamu, tetapi Eiga yang terdiam dengan menunduk   dengan wajah yang tidak bisa ditebak.

Dico langsung pergi setelah mengantarkan Eiga sampai rumahnya. Eiga sempat menawarkan kepada Dico untuk mampir sebentar, tapi Dico menolak dengan halus karena satu alasan. Yaitu kembali ke sekolah lagi untuk mengurusi beberapa hal yang ditugaskan untuknya.

Yoga kebingungan. Ia langsung menarik Eiga untuk masuk kedalam.

Eiga tetap bungkam dan sama sekali tidak mau berbicara. Tanpa sepatah kata pun. Eiga berjalan gontai menuju kamarnya.

"Eiga, lo kenapa, sih?"

"Coba deh, cerita sama gue."

Walaupun mendengar Yoga berkata seperti itu, Eiga tidak mempedulikannya. Tanpa sepatah kata pun, Eiga langsung mengunci pintu kamarnya dan langsung melempar tubuhnya ke kasur. Eiga terisak dalam tangisannya, ia menangis dalam diam.


Perasaan aneh menyerang Eiga. Sedih, kecewa dan tidak percaya dengan hari ini. Aneh saja, Eiga berpikir kenapa selalu saja ada masalah yang muncul begitu saja. Terlebih lagi sekarang, ia sama sekali tidak melakukan yang di luar nalar. Namun, tiba-tiba tuduhan kotor itu menyerang nama baik Eiga.

Tak tahan, Eiga menumpahkan tangisannya. Hingga bantal yang dibuatnya sebagai landasan basah karena menerima air mata yang Eiga tumpahkan.

"Kenapa harus gue?" gumam Eiga sekali lagi, kalimat itu selalu diulang-ulang olehnya. Ia kembali terdiam dan kembali terisak.


"Eiga."

Yoga tiba-tiba masuk ke kamar Eiga. Yoga menggunakan kunci cadangan untuk masuk ke kamar Eiga yang sudah terkunci dari dalam.

Tak mau berbasa-basi, Yoga langsung menghampiri Eiga yang tengkurap di atas kasur. Yoga yang notabennya  sebagai sepupu sangat khawatir dengan Eiga. Terutama saat gadis itu terlihat menyedihkan.

"Kenapa lo?"

Pertanyaan itu tak dijawab oleh Eiga. Satu hal saja yang Eiga butuhkan saat ini adalah keheningan yang bisa membuatnya nyaman dan menghilangkan semua pikirannya.

"Eiga!" teriak Yoga berusaha berbicara kepada Eiga yang sedari tadi diam dan tidak menjawabnya.

Eiga hanya menoleh sekejap dan kembali menunduk. Yoga berdecak kesal dan bangun dari duduknya.

"Eiga please ... lo kenapa? Coba cerita,"  lirih Yoga mencoba membujuk Eiga agar membuka mulutnya untuk bercerita.

Helaan napas gusar keluar dari mulut Eiga. Tak menjawab, ia kembali menunduk dan menangis tanpa suara. Yoga yang melihatnya malah merasa bersalah karena terlalu memaksa Eiga untuk menceritakan semua permasalahannya.

DEIGA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang