Udah gue bilang, kalau lo panik itu malah memperburuk keadaan.
~Dico Jean Pratama~••••
Eiga turun dari ranjang dan menemui Lila dan lainnya yang sedang duduk. Dokter pun ikut duduk dan tersenyum ramah kepada keempat sahabat ini.
"Jadi, bagaimana, Dok?" Lila bertanya dahulu karena sedari tadi dokter itu senyum-senyum sendiri seperti menyembunyikan sesuatu.
Eiga ikut terdiam, lainnya juga terdiam.
"Em ... Eiga tidak hamil, kok. Lagian, saya tidak percaya dia bisa melakukan hal yang sangat berdosa," ujar dokter itu memberikan senyuman andalannya kepada Eiga.
Eiga dan lainnya bernapas lega. Eiga akhirnya tersenyum karena itu hanyalah rumor belaka. Toh, dirinya tidak akan pernah melakukan zina yang sangat berdosa.
"Eum, apa kami bisa meminta surat keterangan? Ini demi mempertahankan Eiga agar tidak dikeluarkan oleh kepala sekolah."
Alsya turut menjelaskan. Dokter perempuan itu mengangguk dan kembali ke ruang kerjanya hanya untuk membuat surat keterangan.
Lila mengelus pundak Eiga dan tersenyum penuh arti. Sahabatnya ini akhirnya bisa tersenyum lagi.
"Akhirnya, ini cuma rumor, Ga."
Eiga mengangguk, mengiyakan kalimat Lila. Walaupun sedikit lega, tapi Eiga masih terpikirkan hari esok. Di mana ia akan berangkat sekolah dan mendengar hujatan demi hujatan yang akan di lemparkan orang-orang untuknya.
"Eh, Ga, lo nggak usah mikir yang aneh-aneh. Mereka semua bakal tahu kalau ini cuma berita bohong." Alya menepuk bahu Eiga sangat kerasnya. Eiga terkejut dan memberikan tatapan elangnya pada Alya. Eiga berpikir, Alya Pintar dalam membaca pikiran orang.
"Kok lo tau, apa yang gue pikirin?" tanya Eiga dengan raut wajah bingung.
Alya malah terkekeh geli melihat ekspresi Eiga yang sangat lucu. "Nggak, ah, gue juga udah tau kalau lo nggak hamil."
Eiga dan lainnya hanya mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Setelah itu, dokter kembali dengan menenteng kertas surat keterangan yang diminta oleh Alsya tadi.
"Ini." Dokter itu memberikan surat tersebut.
Lila menerimanya Engan senyum. "Makasih, Dok. Kalau gitu, kami pulang dulu, ya. Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Lila dan lainnya segera beranjak dan keluar dari ruangan tersebut. Sesampainya di parkiran, Eiga menghirup udara malam yang sangat sejuk. Kini, mata Eiga beralih menatap langit yang sudah dihiasi dengan gumpalan awan yang menutupi indahnya langit malam yang disinari oleh cahaya bulan.
"Ga, ayo masuk," ajak Silvia mencolek lengan Eiga.
Eiga melontarkan pandangannya ke Silvia, Eiga mengangguk samar dan mengikuti Silvia masuk ke dalam mobil gadis itu.
Akhirnya mereka pergi, membelah jalanan yang masih ramai oleh kendaraan yang berlalu lalangLain dengan Eiga, ia memilih untuk melihat pemandangan luar, kaca mobil sengaja dibukanya hanya untuk bisa merasakan angin malam. Eiga tersenyum tipis, hatinya lega, bebannya hilang tak terasa.
Lila pun begitu, ia ikut senang akan perihal ini. Eiga terbukti tidak melakukan hal yang tidak sepantasnya ia lakukan.
Sebuah dengkuran kecil terdengar dan terlintas di telinga Eiga maupun Lila. Eiga melihat sekilas Silvia, Alya dan Alsya. Mereka sudah tertidur, kecuali Alya yang masih sibuk dengan handphone-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEIGA [On Going]
Teen Fiction"Kenalin om. Dico, cowoknya Eiga" -Dico Jean Pratama, alias es kutub utara yang sifatnya berubah semenjak bertemu dengan gadis bernama Eiga Quenzi Reika. "Kenapa nggak sekalian lamar anak saya aja, gimana?" ••••• Ini adalah kisah tentang Eiga Quenzi...