Keesokan harinya, Angga sudah bangun dari jam 4 pagi. Setelah mandi dan melakukan ibadah pagi juga, Angga sibuk membongkar seisi lemarinya guna mencari setelan baju yang pas untuk kencannya hari ini.
Tunggu..
Dia bilang apa tadi?
Kencan?
Yaaah, walaupun hanya halu belaka, tapi itu sudah cukup membuat Angga bahagia luar biasa. Bayang-bayang indah saat ia berjalan-jalan dengan si Nona Manis sanggup membuat Angga terbang hingga ke langit ke-7. Ah, entah apa yang akan mereka lakukan nanti. Angga hanya akan mempercayakan hati, pikiran, dan dirinya sendiri untuk dapat membuat Maula terkesan. Oh, yang pasti Angga akan menikmati setiap detiknya..
Tapi.., jujur saja, laki-laki itu sudah berdiri di depan lemari itu selama hampir 2 jam lamanya. Sedari tadi, Angga hanya sibuk mengutuk dirinya sendiri yang tidak pernah mengoleksi baju-baju bagus yang akhirnya membuat dia pusing harus mengenakan setelan apa yang cocok untuk acaranya hari ini.
"Angga tolongin ibu belan—Masya Allah, Nak! Kenapa kamarmu berantakan begini sih?!" pekik sang ibu yang luar biasa kaget melihat kamar anaknya yang biasanya serapi perpustakaan kini berubah layaknya kapal tenggelam..
Angga seketika menoleh lalu menyengir dan terkekeh malu. "Angga mau kencan, Bu," ujarnya membuat wajah sang ibu berubah dari kaget, menjadi kepo maksimal.
Beliau yang tadinya berdiri sambil berkacak pinggang di daun pintu, berpindah lebih dekat dengan anaknya. "Kencan? Kamu punya pacar?" ujar sang ibu dengan cengiran yang sama persis dengan milik Angga.
Angga balik mendekatkan tubuhnya pada sang ibu dan membisikkan sesuatu. "Calon. Aminin aja ya, Bu," bisiknya membuat sang ibu mendengus.
Sang ibu memukul ringan bahu putra semata wayangnya itu. Angga tersenyum masam. Untung bukan bahu malangnya...
"Amin."
Angga kembali menyengir sebelum ia mengambil sebuah kemeja hitam beserta celana kain dengan warna senada. "Pakai ini bagus nggak, Bu?"
Sang ibu berkacak pinggang sebelum menggelengkan kepalanya sambil mendecak. "Ck, kamu mau kencan atau mau ngelayat? Sini ibu yang pilihin bajunya!"
Dan setelah itu, wanita berumur kepala 4 itu mengambil sebuah kemeja polkadot dongker dan sebuah celana bahan krem Angga yang warnanya sudah sedikit kusam. Entahlah, tapi bagi Angga, warna celana itu justru nampak keren. Natural, begitu pikirnya.
Angga terlihat ragu. "Hmm, engga terlalu biasa pake kemeja aja, Bu?" tanya Angga saat sang ibu memberikan setelan baju itu kepadanya.
"Ibu belom selesai. Kamu pakai dulu. Nanti ibu kesini lagi." Dan setelah itu, sang ibu pergi meninggalkan kamar Angga untuk mengambil sesuatu.
Angga akhirnya mengikuti perintahnya dan mengenakan setelan pakaian itu.
Mau bagaimanapun, Angga percaya dengan selera wanita itu. Yaaah, walaupun stylenya kadang sedikit kolot, tetapi jangan salah! Dulu, tidak jarang ibu-ibu tetangga kepincut dengan pesona ayahnya dalam setelan baju pilihan ibu. Tidak sedikit juga anak-anak gadis mereka mengantre untuk dijodohkan dengan Angga.Dan siapa tau, dengan setelan baju yang dipilih ibunya ini, si Nona Manis juga ikutan antre 'kan? Siapa tauuu, hehehehe...
Tidak lama kemudian, ibunya datang kembali dengan membawa sebuah jas cokelat bermotif kotak-kotak tipis milik mendiang suaminya.
Angga seketika menatap benda itu lekat-lekat. Jas itu adalah jas kesayangan ayahnya dulu. Katanya, jas itu adalah jas yang dipakai saat kencan pertamanya dengan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manggala (TAMAT)
Teen Fiction"Aku menyukaimu." Oh, Maula terkejut bukan main. Ia kemudian menggeleng tidak percaya. "Kamu... gila..," gumamnya tanpa sadar. Tapi laki-laki itu hanya tersenyum teduh dan berkata, "Ya. Aku tau. Selalu memikirkan kamu, merindukan suaramu, senyumanmu...