Satu minggu kemudian, Angga akhirnya diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Keadaannya sudah cukup pulih untuk kembali menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Ah, kejadian itu membuat Angga terlambat mengikuti pembelajaran efektif selama dua bulan lebih tiga mingguan, hampir tiga bulan. Terlebih lagi, hanya tersisa kurang lebih satu setengah bulan lagi menjelang ujian kelulusan. Sebenarnya dia ini nyaris dikeluarkan dari sekolah. Tapi entah bagaimana caranya, ayah dari gadis itu berhasil membujuk pihak sekolah untuk memberinya kesempatan.
Walaupun terlihat mustahil bagi orang awam untuk mengejar 3 bulan ketertinggalan dalam waktu yang begitu singkat, tapi tidak apa. Bagi Angga itu tidak sulit, mengingat kemampuan berpikirnya yang bisa melebihi batas normal kalau.., ada kalaunya.., dia memang berniat mendorong dan menggempor keinginannya untuk belajar.
Huh, sebenarnya, Angga malaaaaass sekali harus belajar, belajar, dan belajar setiap hari. Ah, hampir setiap hari selama satu bulan penuh Angga harus pulang larut sore untuk ikut susulan dan juga pelajaran tambahan. Dia bahkan rela menghabiskan waktu liburan mingguannya untuk belajar. Uh, itu bisa saja membuatnya muak dan jenuh kalau.., ada kalaunya lagi.., kalau saja tidak ada yang memaksanya, menemaninya, dan menghiburnya. Dan Angga yakin siapapun pasti tau siapa orang yang dia maksud.
Ya, orang itu adalah Maula, gadisnya.
Walaupun mereka belum resmi berpacaran, tapi rasanya Angga sudah terbiasa menyebut Maula seperti itu. Baginya, sebutan 'gadisku' sangat pantas untuk Si Nona Manis. Ah, gadis itu senantiasa selalu berada di sisi Angga setiap waktu.
Maula senantiasa menunggu, mendukung dan juga menyuplai makanan-yang selalu setiap pulang sekolah dia ambil dari rumahnya dan mengantarnya kembali ke sekolah- untuk Angga yang belakangan ini sedang hectic-hecticnya belajar.
Angga sering merasa tidak enak dengan Maula karena rasanya mundar-mandir sekolah-rumah-sekolah sangat merepotkan gadis itu. Angga juga sering meminta Maula untuk berhenti melakukannya, tapi sapi betinanya itu tetap bersikeras dan terus melanjutkan hal yang memang ingin dia lakukan. Bagi Maula, itu justru menyenangkan.
Maula.., gadis itu juga kerap membantu Angga mencerna pelajaran yang dia ungguli. Walaupun dia bukan siswi teladan yang memiliki tingkat kecerdasan dewa, tapi setidaknya Maula rela mengulang-ulang pelajaran selama kurang lebih tiga bulan itu untuk membantu Angga belajar.
Dan perlu kalian tau, Maula itu tipe orang yang malas mengulang pelajaran, terlebih sejarah. Tapi demi laki-laki itu, pelajaran yang paling dia benci sekalipun rela dia pelajari kembali untuk membantunya.
Dan kalau bukan karena gadis itu, Angga tidak mungkin berhasil lulus dengan peringkat terbaik ke 8 dari seluruh murid di angkatan itu, bahkan Maula pun terlewati.
Ah, tapi sebenarnya, Angga tidak begitu peduli. Bukan itu yang dia cari. Bukan hasilnya. Tapi Angga mencari prosesnya. Ah, dia menikmati setiap detiknya. Hidupnya terasa berwarna. Semua bebannya terasa ringan. Yang seharusnya itu membuatnya pusing sendiri bahkan gila, semua itu bahkan berubah menjadi sesuatu yang begitu manis, begitu menyenangkan. Dan balik lagi, semua adalah karena kehadiran dia.
Maula.
Satu-satunya alasan dia ingin hidup pun ingin mati.
Satu-satunya alasan bagi Angga untuk tidak lupa bersyukur setiap hari.
Dan satu-satunya gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Jatuh hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manggala (TAMAT)
Teen Fiction"Aku menyukaimu." Oh, Maula terkejut bukan main. Ia kemudian menggeleng tidak percaya. "Kamu... gila..," gumamnya tanpa sadar. Tapi laki-laki itu hanya tersenyum teduh dan berkata, "Ya. Aku tau. Selalu memikirkan kamu, merindukan suaramu, senyumanmu...