BAGIAN 27 - Wujud Cinta

214 18 10
                                    

BRAKK!!

Maula mengerjapkan matanya yang terasa begitu berat ketika mendengar suara pintu ruangan itu dibanting kasar. Dari tempatnya berada, tergeletak duduk dan terikat di bangku pada lantai yang dingin itu, Maula samar-samar menangkap bayangan tiga orang pemuda, yang sudah tidak asing lagi baginya, masuk dengan tergesa-gesa.

Hatinya bertanya-tanya. 'Sekarang mereka mau apa..?' lirihnya yang rasanya tidak sanggup lagi kalau harus menerima segala bentuk kekerasan lain dari manusia-manusia biadab itu.

"Buka." Dan Maula seketika tertegun mendengarnya.

Buka?

Dia tidak salah dengar 'kan?

Tapi kebingungannya terjawab ketika salah dua dari manusia-manusia itu benar-benar membuka ikatan tangan pun kakinya.

Oh, ini mungkin satu-satunya kesempatan bagi Maula untuk kabur dan dia tidak akan membuang kesempatan itu percuma. Masalah berhasil tidaknya, percayalah, Maula tidak peduli.

Dan saat ikatan-ikatan itu berhasil terbuka sempurna, tanpa berpikir dua kali, Maula langsung segera berlari dengan segenap kekuatan yang masih tersisa, mencoba melepaskan diri sebisa mungkin, tapi...

SRETT..

... satu jambakan kasar berhasil menghentikan langkahnya kembali. Ah, seperti dugaannya, keputusan untuk melarikan diri itu sudah pasti pilihan yang salah besar. Belum ada tiga langkah Maula terlepas dari kekangan manusia-manusia itu, dia sudah kembali tertangkap.

Maula kemudian diseret—rambutnya ditarik dengan kasarnya— mendekati manusia yang kalau dia tidak salah ingat bernama Bima. Dengan tatapan nanarnya, laki-laki itu menatap Maula penuh kebencian. Tidak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya sampai akhirnya...

PLAK!

Satu tamparan pedas mendarat dengan kencangnya.

Dan Maula? Dia hanya mampu menahan napasnya. Matanya dia pejamkan, mencoba meresapi nyeri yang terasa begitu panas di pipinya. Ah, Maula sudah terlalu lelah menangis. Sayang kalau air matanya harus terus bergulir karena manusia-manuisa hina itu.

"Jangan bodoh. Kamu nggak akan bisa lolos dari kami!" desis orang itu tepat di depan wajah Maula sebelum menyuruh dua orang temannya untuk mengikat kedua tangan gadis itu kembali. Kakinya dibiarkan terbebas karena Maula kemudian dipaksa untuk berjalan keluar dari ruangan ini.

"Jalan!" titahnya membuat Maula mau tidak mau menjalankan kakinya dengan terpatah-patah. Ah, berdiri saja rasanya tidak sanggup apalagi harus berjalan?!

Bima kemudian memimpin jalan dengan menyeret kursi yang menjadi saksi penderitaan Maula selama ini. Susah payah gadis itu berjalan, terseok menyusuri bangunan tua yang sialnya sangat besar itu. Tapi tidak lama kemudian, di tengah perjalanan, dia sayup-sayup mendengar suara bising. Mirip kerumunan massa.

Batinnya seketika bertanya-tanya. 'Mereka ini nyulik massal atau gimana..?' begitu katanya karena demi apapun, suara bising itu bukan berasal hanya dari dua-tiga orangan saja tapi nampaknya berpuluh-puluh.

"Berisik ya? Jelas, ada yang datang," ujar Bima seolah membaca pikiran Maula dan langsung membuat gadis itu menerka-nerka. "Oh ya, tamu yang datang itu mau ketemu sama kamu. Tolong jadi anak yang baik ya, Cantik." ujarnya sengaja menggoda Maula membuat gadis itu rasanya ingin sekali meludahi wajah orang itu sekarang juga.

Manggala (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang