🦋
Bodoh.
Aku pikir jadi orang dewasa adalah hal yang menyenangkan. Sebagaimana yang telah kusaksikan pada umur 15 tahun sampai menjelang 20 tahun, di mana tawa dari dua kakak laki-laki yang kusebut tengah bahagia sekali menampar diri dengan uang hasil jerih payah mereka di malam hari. Aku suka uang, jadi ketika melihat kertas itu dilempar kakak dari dompetnya saat mabuk dengan gerakan ringan, pada detik yang simultan otakku langsung berteriak, "Aku mau jadi orang dewasa."
Lalu di balik kursi kantor usai merampungkan sebanyak tiga kali jadwal rapat di usia tepat 27 tahun, aku mau tarik ucapan beberapa tahun lalu mengenai keinginan menuju dewasa. Sumpah, dewasa itu seperti ulat-ulat pada daun yang masih segar. Merusak. Hal yang paling gila di antara tergila adalah ketika aku hanya punya waktu sekitar empat jam per hari untuk tidur. Setelah kuselidiki, ternyata dewasa adalah menjelang mati.
Omong-omong, namaku Kim Jisoo. Lajang, jarang tidur, hobi marah, dan butuh pendamping.
Kata Kak Hoseok, aku perawan tua yang cuma bisa bekerja. Kalau kata Kak Yoongi, bukan hanya suka bekerja dan uang, aku juga suka menimbun keriput di masing-masing mata. Ya, mau bagaimana lagi, aku terlalu sibuk untuk tertawa sana-sini seakan tumpukan dokumen di atas meja kerja hanya mimpi. Kalau cuma mimpi, aku sih bisa bangun dan tidur lagi untuk buang itu.
Sedari tadi yang kusebutkan hanya keluhan, sengaja juga sebenarnya. Aku suka sekali mengeluh, tetapi tidak mau berhenti melakukan hal yang menimbulkan keluhan. Berhenti bekerja, misalnya. Belum siap menjadi wanita biasa yang tidur saja di rumah sampai keriput, aku masih mau menghabiskan uang sampai bingung mau dihabiskan untuk kegiatan apa. Atau cuma sekadar membeli barang tanpa melihat harga lebih dahulu, duh, sungguhan belum bisa aku bayangkan kalau hari-hari seperti itu dihentikan karena alasan mendasar saja.
Karierku cemerlang di usia gemilang. Punya tiga mobil, dua perusahaan besar yang masing-masing bergerak di bidang furnitur dan kuliner, tak lupa pula kusebutkan empat rumah berukuran besar di pusat perkotaan. Biar saja paragraf ini menjadi urat-urat kesombongan yang terhubung pada bagian bawah epidermisku, toh yang disombongkan adalah kepunyaanku. Namun, dari semua impian manusia di dunia yang telah kumiliki, hanya satu yang sampai saat ini belum tercium aroma kehadirannya.
Ya, seorang pacar.
"Nona Jisoo, mau tulip atau mawar?"
Lekas terhenyak dari lamunan, melirik singkat sekretarisku yang tengah setia memandangi layar tablet guna memesan rangkai bunga. Aku juga suka bunga, jenisnya apa saja asal bunga, aku suka.
"Lili. Beri aku vas putih, lukisan, dan pacar."
"Nona—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell
Cerita PendekFt. BTS - Blackpink Okular larap berdiskusi di penghujung kisah yang telah lampau melewati konklusi. Mereka memang tak menemukan tamat dalam barisan narasi, tetapi mereka menjumpai petuah renta di setiap akhir senja yang kian menua pada pertemuan ga...