Andrea sedang berada di dalam kamarnya, dia sedang sibuk memikirkan bagaimana caranya pergi dari rumah itu tanpa ada yang tahu karena yang dia tahu hanya Miller tidak datang ke kamarnya dua hari terakhir. Dia bahkan tidak tahu soal kematian ibu Jordan Miller. Karena selama menjadi isteri Miller, dia bahkan tidak pernah tahu bahwa pria itu masih memiliki orang tua. Pernikahan mereka benar-benar tidak layak disebut pernikahan sebenarnya.
"Selamat pagi nyonya." Sapa seorang wanita muda berkulit hitam yang baru dia lihat hari ini.
"Selamat pagi." Jawab Andrea acuh. Siapapun yang ada di rumah ini sudah pasti bekerja untuk Miller jadi dia bahkan tidak lagi peduli apakah oran gitu baru atau orang lama.
"Aku membawakan sarapan untukmu."
"Aku tidak ingin makan."
Wanita itu berjalan mendekat pada Andrea, dia tahu betul bahwa ruangan ini penuh dengan peralatan canggih untuk mendeteksi pergerakan bahkan mungkin suara. Jadi gadis muda itu tidak mungkin bicara banyak pada Andrea. Dia hanya mendekat pada wanita itu dan menatapnya dalam, dan ditatap dengan cara seperti itu membuat Andrea menatap gadis itu balik. Dan saat itu si gadis muda mengangkat mangkuk dari dalam baki dan menyerahkannya pada Andrea.
Andrea menerimanya dengan kebingungan, dan ternyata terselip kertas di bawah mangkuk itu saat Andrea merabanya.
"Sebaiknya anda segera makan dan jangan menyisakan apapun." Senyum gadis muda itu sebelum meninggalkan kamar Andrea. Sementara Andrea menyuapkan beberapa suapan ke dalam mulutnya kemudian dengan satu tangannya dia meletakkan mangkuk itu, menyisakan lipatan kertas ditangannya lalu berjalan ke kamar mandi. Itu satu-satunya tempat tanpa akses keluar sama sekali dan tidak ada cctv terpasang di sana.
Andrea bergegas mengunci pintu kamar mandi dari dalam dan membuka lipatan kertas itu.
Aku Deborah, aku dan kekasihku akan membawamu pada Lucas Matheo. Percayalah kami sedang berusaha menyelamatkanmu.
Kertas itu bertuliskan demikian, dan setelah membacanya air mata Andrea berderai-derai. Dia segera menggulung kertas itu dan merendamnya dalam air hingga tulisan didalam kertas itu pudar kemudian kertas itu menjadi lembek dan hancur. Andrea meremas kertas itu hingga hancur lalu membuangnya kedalam kloset dan menekan tombol flash. Hingga tak ada lagi yang tersisa.
***
Miller sudah duduk di tepi ranjang saat Andrea keluar dari kamar mandi hanya berlilitkan handuk. Dan saat menyadari Miller ada di luar, Andrea masuk kembali untuk mengambil pakaian kotornya dan memakainya tapi Miller menghentikannya.
"Mau kemana kau?" Tanya Miller.
"Aku . . ."Andrea celingukan, tidak ada lagi alasan untuk menghindar dari pria itu.
"Berpakaianlah di depanku."Perintah Miller.
"Tapi aku . . ." Andrea menolak.
"DO IT !" Bentak Miller keras hingga Andrea tak kuasa lagi menolak. Dia melakukan apa yang diperintahakan Miller.
"Apa kau sedang berusaha lari dariku?" Tanya Miller dengan suara berat tepat di belakang Andrea berdiri. "Apa semua orang akan memihak padanya dan mengabaikanku?"
Andrea mengenggam handuknya semakin kuat, dia menoleh ke arah Jordan dengan ketakutan. "Apa yang sedang kau bicarakan."
"Kau tahu betul apa yang sedang ku bicarakan."
"Jordan, . . . " Andrea berusaha menyentuh wajah pria itu, jambang tebalnya. "Kau pribadi yang sangat lembut saat kita bertemu, bisakah kita kembali ke masa-masa itu?" Tanya Andrea, dan wajah Jordan mendadak muram.
"Cepat berpakaian, mobil sudah menunggumu."
Alis Andrea berkerut. "Aku tidak akan pergi ke manapun." Tolak Andrea, dia ingin tetap tingal karena orang-orang Lucas sudah berhasil menyusup ke rumah itu dan mereka sedang mencari cara mengeluarkannya.
"Lakukan apa yang ku perintahkan." Kata Miller sambil berjalan ke arah sofa, dan karena tidak ingin membuat masalah lebih rumit, Andrea mengikuti perintahnya. Dia mengenakan kemeja bermotif bunga berwarna dasar biru tua dan celana hitam.
Sementara itu Miller menatapnya dan melihat semua proses itu didepan matanya tanpa bicara. Setelah selesai dengan pakaiannya, Miller membuka pintu dan Andrea keluar, berjalan di depannya. Sementara itu dua orang bodyguard berbadan sangat besar langsung mengapitnya. Firatas Andrea mendadak buruk saat dia melihat Deborah, gadis berkulit hitam itu duduk di sebuah kursi dengan tangan terikat dan mulut tersumpal, menatapnya berjalan keluar rumah.
"Apa yang kau lakukan pada pelayan itu? Lepaskan dia." Andrea menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Miller, tapi seorang bodyguard menodongkan pistol ke arah Deborah.
"Jordan . . ." Andrea menatap Miller dan pria itu membalas tatapannya dengan dingin di balik kacamata hitamnya.
"Dia adalah suruhan kekasihmu yang gagal menyelamatkanmu. Ucapkan selamat tinggal padanya." Kata Miller dingin.
Andrea histeris, dia menjerit dan Debora hanya bisa menangis tanpa suara.
"Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, tapi jangan sakiti gadis itu. Dia tidak bersalah." Andrea memohon di kaki Miller tapi dua orang body guard segera menariknya menjauh dan mengikatnya, lalu membawanya masuk kedalam mobil. Sementara hal serupa juga dilakukan pada Debora. Ikatan kakinya dilepas dan menyisakan ikatan tangan dan sumpal di mulutnya. Mereka dimasukkan kedalam dua mobil yang berbeda dengan tujuan yang sama.
***
Lucas dan Black Jack sedang membahas strategi untuk menyelamatkan Andrea malam ini. Tapi mereka belum menerima aba-aba dari Debora yang berada di rumah itu.
"Aku khawatir terjadi sesuatu pada Debora." Kata Lucas.
"Dia cukup cerdas untuk melakukan tugasnya." Black Jack bersikap lebih tenang.
"Bukankah seharusnya dia sudah memberi kabar, tapi sampai sekarang kita belum menerima kabar apapun."
Tak berapa lama pesan masuk dari ponsel Deborah.
"Lakukan sesuai rencananya."
"Sudah ku katakan, Deb gadis yang cerdas." Jack tersenyum.
"Ok, kita akan bergerak malam ini." Jack kembali bersuara, tapi Lucas masih duduk diam di tempatnya.
"Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres. Bagaimana jika ini jebakan?"
"Apa maksudmu?"
"Deborah mengatakan bahwa dia hanya bisa menyentuh ponselnya ketika jam makan siang, dan ini sudah lewat dari jam makan siang dan Deb baru mengirim pesan. Aku merasa itu bukan pesan dari Deb." Tutur Lucas dan Black Jack terdiam beberapa saat, matanya melotot. Dia seolah baru saja menerima pencerahan dalam pikirannya tapi itu jelas bukan berita baik.
"Kita rubah rencana." Ujar Black Jack . . .
________________________
TO BE CONTINUE YAAAAAAAA . . . . .
Semoga kalian suka partnya dan semoga masih banyak yang baca walaupun telat updatenya

KAMU SEDANG MEMBACA
Andrea Bare #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
Lãng mạnSyarat Baca - Follow saya dulu 😘 Cerita akan di update setiap hari (kecuali situasi genting seperti ketika negara api menyerang mungkin bisa lain)😄 -Back To The Topic- Pertemuan kembali setelah sekian lama antara dua insan manusia yang pernah sali...