MUA - BAB 2

1.3K 73 8
                                    

NB : Please baca ulang bab 1, karema ada revisi yg lumayan signifikan yak.😘😘



- First night in New York-

Malam pertama, selalu identik dengan sesuatu yang menantang, seru, menggairahkan, dan lainnya. Tapi tidak bagi Lucas Matheo. Malam pertamanya di Brooklyn, New York, di kediaman barunya, yang dia rasakan asalah kesepian yang menghantuinya.

Bayangan tentang semua yang terjadi pada isterinya Laisley Kimberly kembali menguap. Bayangan tentang bagaimana pertama kali wanita itu datang dalam hidupnya kembali terbayang, seperti roti panggang yang barus aja keluar dari oven, terasa masih hangat dan segar di ingatan.

Lucas Matheo bukan pria cengeng yang kemudian menggantungkan hidupnya pada satu wanita. Tidak juga soal kematian Lis lantas membuat dunianya berhenti di situ. Lucas memutuskan untuk pindah ke New York atas saran Bruce, karena laporan dari beberapa intel menyatakan bahwa jaringan mafia itu tidak benar-benar mati, dan siapa yang kemudian di anggap sebagai gembong oleh public tidak sepenuhnya benar. Memang yang tertanggkap oleh polisi dan dinyatakan bersalah dalam persidangan adalah pentolan geng itu, tapi bukan sasaran Utama.

Jaringan ini sangat rapi, terorganisir dan gelap. Hampir tak tersentuh, dan semua anggotanya bahkan menutup mulut hingga membusuk di penjara. Bahkan beberapa minggu setelah putusan pengadilan yang mengatakan Jessie Durnan bersalah, dia ditemukan membunuh dirinya sendiri dengan cara menenggak cairan pembersih lantai yang entah dari mana dia dapatkan.

Sedemikian parah, dan Bruce merasa Lucas Matheo tidak harus terlibat lebih jauh soal itu. Bagaimanapun Lucas hanyalah seorang pengacara yang membantu kasus perdagangan anak dibawah umur, dan dia menang.

Kehilangan Lis sudah merupakan hal buruk yang tidak layak dia terima, dan seharusnya tidak terjadi. dan Bruce merasa Lucas Matheo memiliki hak hidup yang tidak dicampuri dengan urusan sedemikian rumit.

"Lis sudah pergi dan sekarang kau harus melanjutkan hidupmu." Itu kalimat yang dikatakan Bruce pada Lucas Matheo sebelum dia mengambil keputusan untuk pindah.

"Aku ingin menemukan pembunuh isteriku, Bruce."

"Luke, come on. Pembunuhnya mungkin hanya pembunuh bayaran yang disewa oleh salah satu dari mereka dan entah siapa, jaringan mereka begitu kuat, dalam dan tak tersentuh. Jangan habiskan masa muda mu untuk itu. Berdoalah untuk Lis, itu saja sudah cukup." Tutur Bruce.

"Aku tidak bisa tinggal diam setelah milikku yang berharga diambil begitu saja." Lucas terlihat frustasi.

"Dan adikmu, satu-satunya keluargamu yang tersisa tidak bisa melihatmu larut dalam masalah ini. Dia berharap kau peduli pada kehidupanmu, pada karir, dan masadepanmu. Meski Lis sudah tidak bersamamu lagi. Dan jika Lis punya kesempatan untuk bicara, dia pasti akan mengatakan hal yang sama."

Lucas menghela nafas dalam, dan bangkit meninggalkan Bruce, tapi kemudian keesokan harinya dia menyetujui ide Bruce untuk pergi ke New York.

-----

(Kenang Luke)

"Selamat pagi Sir." Sapa seorang gadis muda yang masuk keruangannya.

"Selamat pagi nona Kimberly."

"Ya . . . but you can call me Lis."

"Ok Lis. Kita akan mulai dengan curriculum vitae-mu."

"Ok. Great"

"Kau terlihat sangat menarik di daftar riwayat hidup yang kau tulis. Cumlaude, magang di kantor advoked ternama saat kau masih di Manhattan. Ok, I think you're ready to join us."

"Thank you so much Sir."

"You're welcome."

Seorang wanita mengarahkan Lis untuk masuk ke ruangannya. Ruangan yang tepat berseberangan dengan ruangan Luke, meski ukurannya lebih kecil. Hari demi hari pertemuan mereka menjadi semakin intens karena Lis bukan wanita yang sembarangan, dia adalah pejuang yang tangguh di meja persidangan.

Sampai malam itu setelah sebuah kasus besar dan mereka menjadi tim yang solid, Lucas datang menghampiri Lis.

"Wow . . . what a great job." Luke memeluk Lis singkat.

"Thanks boss."

"We're partner now."

Lis dan Lucas memilih menyingkir dari kerumunan tim lawyernya dan menemukan tempat yang lebih terbuka, lebih privat untuk mereka saling bicara.

"Kau akan melanjutkan berpesta malam ini?" Tanya Lis.

"Kurasa aku butuh ketenangan setelah Lelah berminggu-minggu bersidang." Kata Luke sambil menyesap minuman dalam gelasnya.

"Aku setuju, bisakah kau mengantarku pulang?" Lis mengerling "Ups, sorry boss."

"Oh come on . . . berhenti memanggilku seperti itu Lis."

Lis membalikkan badannya ke arah Luke, dengan berada di bawah pengaruh alcohol yang cukup besar dia semakin mendekat, dan memberikan ciuman di bibir Luke. Sedikit mengejutkan, tapi kebun anggur yang sudah lama tidak mendapatkan hujan itu menyambutnya. Luke meletakkan gelasnya di meja kecil yang berada tepat di sisi kirinya begitu juga dengan gelas minuman milik Lis. Dan setelah tangan mereka bebebas dari kewajiban memegang gelas minuman, maka ciuman itu memanas. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menyingkir dari keramaian itu dan memilih masuk kedalam mobil Luke.

Di basement, di tempat parkir, di dalam mobil Luke. Lis yang sudah kehilangan kendali menarik turun pakaian dalamnya dan segera melakukan hal yang sama untuk Luke, kemudian dia berpindah posisi di pangkuan Luke, terjadilah beberapa menit yang sangat panas diantara mereka.

Lis yang memang sudah dalam keadaan cukup mabuk akhirnya ambruk ke pelukan Luke, sementara pria itu bersandar di kursi setelah pelepasannya. Pikiran rasional Luke memilih untuk merdeka dibandingkan harus menimang-nimang perasaan bersalahnya pada Andrea Bare.

'You're so hot." Bisik Lis manja di telinga Luke.

"Berpindah keposisimu, aku akan mengantarmu pulang."

"Ok boss." Lis masih sempat mengecup bibir Lucas, bosnya sebelum berpindah ke bangku penumpang lagi.

Malam itu Lucas meninggalkan Lis di apartmentnya setelah memastikan wanita itu tidur di ranjangnya dan terselimuti dengan baik.

"Shit." Lucas menyadari dirinya larut dalam kenangan dan segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke ruang kerja. Besok dia akan memulai dengan datang ke sebuah agency untuk menyewa unit perkantoran di pusat kota.

Hidup harus terus berlanjut, dan Lucas sadar betul akan hal itu.

__________________

Nunggu respon dari kalian ya . . .

semoga sih suka . . .

karena udah nggak sabar nulis part selanjutnya

Andrea Bare #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang