#13 Agni, Done

1.3K 45 10
                                    

Semenjak Agni memergoki Papa nya bersama dengan wanita lain. Agni semakin menjadi diam ketika di sekolah dan di rumah, kecuali ketika dia sedang bersama sahabat-sahabatnya.
Hari ini hari pertama Agni masuk ketika ia sengaja meminta izin kepada Wali Kelasnya dengan alasan sakit, 'sakit hati' kata Agni.

Ketika Agni menuruni tangga, betapa bahagianya ia melihat Mama nya sudah berada di Rumah dan sedang menyiapkan sarapan.

"Mama!" seru Agni dengan sedikit berteriak, kemudian dia sedikit berlari menuruni tangga, dan melompat memeluk Mama nya.

"Mama kok nggak bilang sih kalo mau pulang! Agni kangen!" kata Agni memeluk erat Mamanya.

"Aduh aduh, anak Mama. Mama kan mau bikin surprise buat kamu. Udah ah pelukannya. Awas, Mama mau siapin sarapan dulu," kata Mama Agni sambil mengurai pelukannya.

"Yah Mama, Agni masih kangen."

"Kamu nggak inget mau sekolah? Udah nanti lagi aja. Pulang sekolah Mama jemput, trus kita jalan-jalan,"

"Serius? Mau-mau Ma,"

"Yaudah, cepet sarapannya."

"Siap komandan. Bibi kemana Ma? Kok sepi?" kata Agni sambil menengok ke arah Dapur dalam mencari sosok Bibi.

"Mama minta tolong ke Bibi buat ke pasar," Agni hanya mengangguk saja.

"Kamu cepet sarapannya, hari ini Mama antar kamu,"

Agni langsung menghentikan makannya, dan senyum merekah terpampang di wajah Agni. Jarang sekali Mamanya mengatarkan ke Sekolah. Karena setiap Pagi pasti Mama nya sibuk dan langsung berangkat ke Kantor.

"Serius Ma?"

"Iya sayang, biar nanti sekalian Mama jemput, kan kita mau jalan-jalan,"

"Emang Mama nggak kerja?"

"Kerja, tapi cuma absen sama cek berkas aja. Paling sebelum kamu pulang sekolah Mama sudah pulang dan langsung ke sekolahmu,"

Binar mata Agni makin merekah, kemudian Agni berdiri dan langsung memeluk Mamanya lagi.

"Makasih Mama, sayang Mama..,"

"Iya sayang, sama-sama. Udah cepet selesaiin makannya."

"Siap!"

** *

'Tokk tokk tokk'

"Iya tunggu sebentar," teriakan dari dalam rumah terdengar, dan pintupun dibukakan oleh seorang wanita paruh baya.

"Iya Ada apa?" tanya wanita tersebut.

"Benar disini Rumah Ibu Nubu?"

"Iya benar dengan saya, bagaimana Mas?"

"Saya dari bagian pengiriman, diutus untuk mengirimkan surat dari pengadilan. Silahkan ini suratnya,"

Tubuh Mama Agni, langsung melemas mendengar tersebut. Itu artinya ia akan pisah dengan suaminya. Tangan kemas itu menggapai surat yang ditujukan untuknya.

"Kalau begitu saya pamit ya Bu, permisi," orang tersebut pergi meninggalkan halaman rumahnya.

Dibukanya amplop tersebut, disitu jelas tertulis bahwa pengadilan sudah memutuskan untuk mereka berpisah. Air mata yang sedari tadi ia tahan pun sedikit keluar. Kemudian ia hapus cepat-cepat ketika Agni tiba-tiba keluar.

"Mah, siapa yang dateng?"

"Kurir ngantar surat dari pengadilan," kata Mama Agni mencoba untuk tetap tenang dan menyembunyikan rasa sedihnya. Mama Agni sudah mengetahui bagaimana kelakuan suaminya dan ia pun yakin untuk berpisah. Ia yakin untuk berpisah dan pasti bisa melanjutkan hidup tanpa dia dan tetap bersama Agni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YANG KITA RASA [Hiatus~]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang