'Dug dug dug'
Seorang gadis sedang bergelut dengan bola basketnya, mendrible bola basketnya kesana kemari. Melihat permainannya yang sedikit kacau, apakah sama seperti perasaannya. Kemudian dengan kesal dia melempar bola itu kesegala arah, dan menggeram, 'arghhh'. Kemudian dengan langkah ia seret kearah bawah pohon dan dengan kasar menjatuhkan badannya, kemudian menenggelamkan kan kepalanya diantara kedua lututnya.
"Kenapa semua jadi kaya gini Ya Tuhan,"
***
Agni baru saja pulang dari sekolah, baru saja dia membuka pintu gerbang rumahnya, dia mendengar suara benda jatuh. Kemudian dia berlari menuju rumahnya, dia mendengar suara orang yang sangat dirindukannya, tapi perkataan orang tersebut membuat Agni mengurungkan niatnya untuk masuk dan bersembunyi dibelakang pintu.
"Mas jangan menuduh aku sembarangan! Dia itu hanya temanku, teman SMA aku! Mas salah paham!"
"Apa? Salah paham kamu bilang hah? Apa salah paham itu terjadi berkali-kali? Bahkan aku menyuruh orang untuk mengawasimu selama tiga hari ini dan kamu setiap pulang kerja pasti kamu pergi dengannya! Itu salah paham kamu bilang?"
"Aku hanya membantu dia mencari kan kado untuk calon istrinya Mas! Tidak lebih,"
"Kamu fikir aku akan percaya lagi padamu? Kamu sudah menghancurkan perasaanku, aku sudah menaruh percaya penuh padamu, tapi kamu malah bermain dibelakangku, kuharap ini peringatan terakhir untukmu, akan segera kukirimkan surat cerai kita,"
"Mas! Mas jangan seperti ini mas, mas aku minta maaf, aku betul-betul tidak ada apa apa dengan Danu, mas. Dia hanya temanku tidak lebih, mas harus percaya mas," wanita itu berusaha meraih tangan suaminya, namun ditepis oleh suaminya.
"Sekarang semua terserah padamu, aku pergi!"
"Mas! Mas!" kemudian wanita ini menjatuhkan badannya dan menundukkan kepalanya, menangis menahan sakit dihatinya. Padahal semua yang diucapkannya adalah benar. Dia hanya membantu temannya itu mencarikan kado untuk calon istrinya.
Agni yang bersembunyi dibelakang pintu merapatkan badannya kearah tembok agar terlihat oleh ayahnya yang akan keluar dari rumah. Setelah merasa mobil sang Ayah telah pergi meninggalkan halaman rumah, ia berlari menuju sang Ibu dan langsung memeluknya.
"Mah, udah mah, jangan nangis," Agni berusaha menenangkan ibunya dan mengeratkan pelukannya.
"Papamu pergi nak, dia salah paham, mama hanya membantu om Danu mencarikan kado untuk tante Dira, tapi papa mu nggak percaya sama Mama,"
"Iya mah, nanti biar Agni bicara sama Papa. Agni percaya sama Mama," Agni berusaha untuk menahan tangisnya bersuara, jujur dia sudah tak tahan melihat Ibunya menangis.
"Sekarang kita ke kamar ya Ma," Agni membantu Ibunya berdiri dan menuntunkan ke kamar. Sampai di kamar, Agni membaringkannya Ibunya, menyelimuti Ibunya dan mengecup keningnya.
"Mama istirahat ya," kemudian Agni keluar dari kamar Ibunya dan berlari ke kamarnya mengambil bola basket lalu ia pergi menuju lapangan dan menumpahkan semua rasa sakit yang ada dihatinya.
***
"Gue duluan ya Yel, Yo gue balik dulu salam buat Tante," Cakka yang sepulang sekolah mampir ke rumah Rio bersama Gabriel, dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, dia merasa badannya perlu istirahat, mungkin juga hatinya.
"Titidj bro," kata Gabriel dan dibalas dehem-an oleh Rio. Kemudian Cakka pulang dengan motor kesayangannya. Gabriel dan Rio kembali dengan handphone serta PSP masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG KITA RASA [Hiatus~]
Fiksi Remaja#RIFY #ALVIA #SHIEL #CAGNI Kembar sangat tidak identik ternyata memang ada. Contohnya, Ralvino dan Raifyana. Belum cukup dengan wajah mereka yang jauh berbeda, sifat mereka pun berbanding terbalik. Ralvino adalah cowok incaran Arviana, sahabat R...