17 - Hope

5 0 0
                                    

“Aku mau jalan!”

Itu ucapan Rouh lima bulan yang lalu.

Alzenn dan Melly menyambutnya suka cita. Melly membantu rehab fisiknya sementara Alzenn membantu rehab mentalnya.

Ada banyak kendala dalam dua kriteria penyembuhannya itu, dan Rouh tak akan menyangkal bahwa semuanya sangat melelahkan.

Rouh beberapa kali (sebenarnya sering) ingin menyerah dan menerima membiarkan dirinya dibawah arus begitu saja. Tapi mengingat lagi motivasinya, ia berjuang lagi.

Semoga saja keputusannya tidak salah. Rouh ingin sembuh, apapun kesulitannya Rouh ingin ketika Freszcha melihatnya nanti, ia sudah sembuh tanpa luka baik fisik maupun mentalnya. Setidaknya, Rouh ingin memberikan hadiah selamat datang pada Freszcha yang adalah kenyataan bahwa ia menepati janjinya pada kakaknya.

Melihat ke luar jendela dan menemukan kelopak bunga yang masih kuncup berwarna abu-bau bagian atas dan hitam bagian pangkalnya, Rouh terenyuh, aromanya khas dan nyaman sekali untuk dihirup. Mengabaikan fakta bahwa hanya Rouh yang bisa melihatnya, ia melihat dari sisi lain bahwa pohon itu tetap mekar sekalipun tak ada yang tahu.

Rouh tak mau menjadikannya sebagai alasan untuk tak menyerah tapi, Rouh tahu satu hal dari dasar hatinya bahwa keindahan yang ia nikmati ini, Rouh ingin kakaknya melihatnya juga.

Suara berisik dari balik pintu membuat Rouh menoleh, membuatnya menemukan wajah mix ekspresi Jane sambil menatapnya. Ada ketegangan yang menyambarnya langsung saat mengingat Alzenn selalu menekankan bahwa wanita itu, Jane, yang katanya berhati mulia seperti malaikat, adalah ibunya.

Ugh, no!, berhati mulia atau tidak, ganas atau tidak sudah menjadi tak penting lagi untuk Rouh. Kata “ibunya” sudah menjadi alasan yang cukup untuk Rouh menjauhi. Rouh tak butuh seorang ibu. Setidaknya untuk sekarang, entah untuk nanti.

“Akan kuminta Jane tidak masuk kemari kalau kau mau.” tukas Alzenn. Dan pria psikiater itu terlihat kecewa ketika Rouh langsung mengangguk. Jangankan masuk, cobalah untuk membuat wanita itu tidak terlihat dari pandangan Rouh.

Alzenn terpaksa meminta Jane dan Theo untuk menunggu —hanya untuk sesuatu yang sia-sia juga— sampai setidaknya Rouh bisa memahami bahwa mereka tidaklah seperti Christian dan Eleanor.

Dan sugesti seperti itu sangat tak berguna untuk Rouh. Bagaimana Eleanor menekankan bahwa seorang ibu adalah pemegang kendali penuh atas hidup putrinya sudah mendarah daging dalam hidupnya. Rouh telah berhasil bebas dari tempat terkutuk itu dan ia tak akan biarkan yang tersisa dari yang ia punya masih terjerat di sana.

Benar. Tidak lagi!

Ya! Apapun yang terjadi, kita tak akan kembali ke sana lagi. Baik aku, ataupun kakak.

Sejauh ini, hanya Alzenn dan Melly yang berhasil mendekat padanya dan dua perawat yang masih muda juga bisa dikatakan cukup dekat.

Dengan mereka pun Rouh masih kurang nyaman.

Itulah mengapa kemajuan kondisi psikologisnya berjalan lebih lambat dari siput.

"Pelan-pelan saja. Kita lakukan sesuai dengan pacekecepatanmu." kata Alzenn di sala satu momen menyerah Rouh saat healing.

Memantapkan semangat dalam hatinya rapat-rapat, Rouh melihat bunga abu-abu hitam di luar perlahan mekar, membuka kuncupnya.


•••

“Apa yang kau lihat?”

Alzenn memberikan susu yogurt rasa strawberry dari sakunya dan menanyakan apa Rouh pernah meminum yang seperti itu sebelumnya atau tidak. Alzenn akan mulai dengan mencoba menjadi lebih akrab dengan si gadis, minimal sampai Rouh sendiri tidak gagap dan kaku ketika berbicara dengannya, jika beruntung, Alzenn akan bisa menjadi ladang curhat dan menemukan apa-apa saja yang Rouh alami di rubanah. Mengetahui apa yang terjadi pada pasienmu itu penting untuk penyembuhannya. Kalau kau mecabut pohon, kau harus tahu seberapa dalam akarnya tertanam ke bumi.

DREAMTEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang