(9) Takut Kehilangan

3.3K 219 101
                                    

~Happy Reading~


Mansion Park,

Jimin mengangkat tubuh Jeongyeon, mengendongnya ke luar dari kamar mandi. Dengan cepat ia membawa tubuh Jeongyeon menuruni anak tangga.

"Namjoon, cepat siapkan mobil kita akan ke rumah sakit sekarang!" Jimin berteriak dengan raut wajah yang sangat khawatir melihat wajah pucat Jeongyeon. Semoga gadisnya baik baik saja.

"Baik tuan" Jawab Namjoon.
_____________

Rumah sakit,

Jimin berlari masuk ke dalam rumah sakit terbesar yang berada di kota seoul dengan Jeongyeon yang berada di dalam gendongannya, dengan wajahnya yang menyiratkan kekhawatiran mendalam.

"Dokter!" Jimin berteriak, persis seperti beberapa tahun silam.

Tak lama seorang dokter bersama dua suster datang tergesa gesa dengan  membawa sebuah brankar. Dengan cepat Jimin meletakkan tubuh Jeongyeon diatas sana.

"Tolong sembuhkan, Jeongyeon. Dok!" Tersirat nada takut dari suaranya.

"Baik tuan kami akan berusaha untuk menyembuhkannya." Ujar dokter

"Dok! Denyut nadi pasien melemah." Teriak seorang suster sembari memegang lengan Jeongyeon.

Deg

"Cepat bawa dia ke ruangan UGD sekarang!" Teriak Jimin

Mereka semua mengangguk lalu dengan cepat mendorong brankar tersebut menuju ruangan UGD.

Jantung Jimin berdegup kencang ketika mendengar denyut nadi Jeongyeon melemah. Tetapi ia berusaha menyemangatkan dirinya.

"Jeongyeon pasti baik baik saja." Ucapnya berulang kali.

Jimin ikut mendorong brankar sembari mengelus rambut Jeongyeon. Ketika melihat wajah Jeongyeon yang semakin pucat.

Rasa takut kehilangan mulai menghantui dirinya. Membayangkan Jeongyeon yang akan pergi dari hidupnya membuat dada Jimin nyeri.

"Tunggu sebentar dok."

Jimin mendekatkan kepalanya ke sisi kepala Jeongyeon dan berbisik di telinga gadisnya .

"Bertahanlah, untuk diriku" Bisiknya dengan suara lirih.

Setelah itu brankar Jeongyeon berbelok dan masuk ke dalam ruang UGD. Tubuhnya di tahan oleh suster untuk tidak masuk, Jimin hanya berdiri di depan pintu yang telah di tutup itu.

Tak lama lampu yang berada di atas pintu ruangan itu menyala menandakan mereka telah memulai tugasnya.

Bugh... Bugh... Bugh... Bugh...

Jimin meninju tembok rumah sakit untuk melampiaskan perasaan menyesalnya.

"ARRGHH!!! Dasar bodoh kau Jimin! mengapa kau melukai gadismu?" Jimin merutuki dirinya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Raut wajahnya memancarkan kegelisahan, kecemasan, ketakutan dan kemarahan yang bercampur aduk menjadi satu.

Seandainya ia bisa mengendalikan emosinya pasti gadisnya itu tidak akan berada di dalam sana sekarang.

Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok dan memejamkan matanya untuk mengatur deruh nafasnya.

Namjoon memandang iba ke arah Tuannya. Lihatlah penampilannya saat ini sangat berantakan, bau amis mengeruak dari tubuhnya serta luka di tangannya. Namjoon pun berinisiatif untuk menegur tuannya.

"Maaf lancang tuan, sebaiknya anda pulang dulu ke rumah untuk mengganti pakaian dan mengobati luka di tanganmu." Ujar Namjoon.

Jimin yang semula memejamkan matanya mulai membukanya ia menatap ke arah Namjoon lalu beralih ke tubuhnya.

My Prince Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang