بسم الله الرحمن الرحيم
All about Zaffran family
-- happy reading --MarentinNiagara
📝📝
Masih dalam keterpakuannya saat melihat kakak perempuannya datang bersama orang-orang yang belum Zurra kenal sama sekali.
Qiyyara berjalan menggandeng tangan anak lelaki yang berusia kurang lebih 7 tahunan. Seorang laki-laki yang jelas mempesonakan mata setiap wanita yang memandang dengan anak laki laki yang sedang tertidur di gendongannya.
Siapakah mereka yang dengan begitu dekatnya berjalan beriringan bersama sang kakak yang harus dengan segera menandatangani berkas untuk operasi sang ayah.
Ruangan ICU itu tetap sama, bisu dan mencekam. Didepan ruang tunggu terlihat Zurra dan Kartika dengan raut muka cemas dan gelisah. Mata Zurra yang kini bersitatap dengan Kartika. Seolah hendak menanyakan langsung namun dengan isyarat ibunya mengatakan untuk diam sejenak.
Menyambut uluran tangan laki laki yang kini sedang berdiri disamping kakaknya. Kemudian menyalami kakak dan anak yang tadi sempat di gandeng kakaknya.
"Ayah kritis mba, dr. Sandrino mengatakan bahwa harus dilakukan tindakan operasi secepatnya. Kita sudah menyetujui. Hanya saja karena kemarin Mba Qiyya yang menandatangani berkas pendaftaran dan lain-lainnya selaku wali pasien, maka untuk tindakan operasi ini juga membutuhkan tanda tangan Mba." Suara Zurra langsung ke pokok masalah karena memang waktu tidak memungkinkan untuk menunggu lagi.
"Dik Aira sudah tahu?" tanya Qiyya yang justru menanyakan sang adik yang kini sedang melaksanakan tugas koasnya di rumah sakit yang sama.
"Justru Aira tadi yang memberitahu kami__"
"Dimana mba harus tanda tangan?" potong Qiyya.
Tiba-tiba mata Zurra melihat laki-laki yang berjalan bersama kakaknya berbicara dengan ibunya kemudian memberikan anak laki-laki yang dia gendong ke pangkuan Qiyya selanjutnya dia berjalan menjauhi mereka yang masih setia dengan kebisuan.
Sama seperti Zurra sebenarnya Kartika juga memberikan pertanyaan yang tersirat di matanya. Namun Zurra ingin segera mendapatkan jawaban hingga akhirnya dia bertanya dengan frontal. Zurra baru mengetahui jika laki-laki yang bersama kakaknya itu adalah seorang dokter bedah yang berkerja di rumah sakit itu.
"Jadi, Mba sama dr. Ibnu__?"
"Kamu jangan mikir macam macam, nanti Mba Qi ceritakan. Sekarang yang penting adalah Ayah." potong Qiyya.
Pada akhirnya Zurra harus terdiam menatap Hanif yang sedang duduk disamping Qiyya dan Hafizh yang sedang tertidur pulas di pangkuan Qiyya. Duduknya yang menghadap Qiyya membuat kepala Hafizh menempel di dada Qiyya. Posisi seperti itu justru membuat Hafizh semakin nyaman tidur di pangkuannya.
"Semakin Zurra perhatiin nih Mba ya, muka mereka berdua ada mirip-miripnya loh sama Mba Qiyya." ucap Zurra membuat bibir Kartika melengkung ke atas sesaat.
Kali ini ibu 3 orang anak ini setuju dengan pendapat Zurra. Hingga semua harus tertawa mendengar Hanif yang memanggil Ibunya dengan panggilan tante.
Saking serunya percakapan mereka, sampai sampai Kartika tidak menyadari bahwa Aira telah berdiri diantaranya. "Anak siapa Mba?" tanya Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI TERHEBAT [Completed]
RandomBukan karena sebuah alasan terlahir sebagai anak lelaki, namun lebih kepada bagaimana caranya bisa menghormati wanita dan memperlakukannya dengan begitu mulia. Rosulullah bahkan mengatakan ketika salah seorang sahabat bertanya, siapakah yang wajib k...