بسم الله الرحمن الرحيم
All about Zaffran family
-- happy reading --MarentinNiagara
📝📝
Berbagai macam pesan hingga membuat bosan. Fiza sudah bersiap, sore ini dia bersama rombongan pengurus OSIS akan bertolak menuju ke Bromo. Zurra sendiri yang memilih untuk mengantarkan putrinya.
"Pa, kita jemput Mas Hawwaiz dulu."
"Memangnya tidak diantar sama Budhe?"
"Kemarin Fiza bilang karena Papa mau antar makanya sekalian kita jemput."
Zurra teringat kembali pada percakapannya dengan Devi semalam. Remaja seperti Hawwaiz dan Fiza memang cenderung ingin tahu dan mencoba hal yang belum pernah diketahui dan dimengerti.
"Kak, kemarin mama sudah sempat bicara juga kan dengan Kakak?" tanya Zurra kepada putrinya.
"Papa parno banget sih. Ya iyalah kalau itu Fiza juga tahu, Mas Hawwaiz sampai kapanpun akan tetap sama jadi kakak, sepupu dan saudara buat Fiza. Nggak pengen juga ngomongin cinta-cinta yang membuat Papa dan Mama parno seperti sekarang."
"Bukan dengan Mas Hawwaiz saja tapi dengan yang lain juga."
"Iya Fiza juga tahu, Pa. Janji tidak akan mengecewakan Papa," kata Fiza tidak ingin berbicara banyak lagi.
Zurra sendiri memilih untuk menuruti keinginan putrinya menjemput Hawwaiz di rumah kakaknya. Dia juga ingin bertemu dengan kakak tersayangnya. Percaya bahwa tidak akan terjadi apa-apa diantara anak-anak mereka tapi sebagai orang tua Zurra juga ingin selalu mengkontrol dan memberikan perhatian meski itu terkadang diartikan sebagai kekangan oleh anak millenial.
Mendapati Hawwaiz yang juga telah bersiap di rumahnya. Zurra memilih untuk menemui kakaknya.
"Antar mereka dulu, nanti kembali lagi ke sini." Qiyya meminta Zurra untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah.
"Dik, hati-hati di sana. Meski akan sulit menemukan masjid atau tempat sholat lainnya nanti, subuhnya jangan sampai terlupa seperti yang daddy pesan semalam. Kalau memang tidak menemukan air di penanjakan, kamu tayamum saja dan gelar sajadahnya." Qiyya kembali berpesan kepada putra bungsunya. "Satu lagi, jagain Nafiza juga."
"Ashiaaapp, cintanya Adek. Love you Bunda." Hawwaiz kemudian mencium tangan dan kedua pipi Qiyya lalu berangkat ke sekolah bersama uncle dan sepupunya.
Semua percaya jika Hawwaiz adalah anak bungsu ketika bersama Qiyyara namun akan berubah status menjadi anak laki-laki remaja jika sudah berada di sekolah dan bersama teman-temannya.
"Mas, jangan macam-macam di sana nanti." pesan Zurra kepada Hawwaiz ketika mereka telah sampai di sekolah.
"Emang mau ngapain Uncle? semacam aja belum tentu dapat ini malah macem-macem." Hawwaiz bergumam namun Zurra masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ya intinya, kita tidak tahu ada ritual atau tempat suci yang seperti apa. Jangan pernah merusak ataupun mengambil sesuatu."
"Iya nanti Hawwaiz ambilkan edelweiss deh buat Fiza." Zurra menatap keponakannya yang kini sedang cengar-cengir sambil menunjukkan dua jari tengah dan telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI TERHEBAT [Completed]
DiversosBukan karena sebuah alasan terlahir sebagai anak lelaki, namun lebih kepada bagaimana caranya bisa menghormati wanita dan memperlakukannya dengan begitu mulia. Rosulullah bahkan mengatakan ketika salah seorang sahabat bertanya, siapakah yang wajib k...