17 ✔

4.2K 552 75
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

All about Zaffran family
-- happy reading --

MarentinNiagara

📝📝

Menerima laporan hasil studi siswa bagi orang tua adalah sebuah evaluasi diri yang mendidik putra-putri mereka. Siang ini Zurra sendiri yang akan datang mengambilkan hasil belajar putrinya selama satu semester ini.

Bukan hanya Zurra tetapi juga terlihat Qiyya dan Ghulam di sekolah yang sama.

"Zur__"

"Eh Ghulam. Apa kabarmu, bagaimana hasilnya pangeran mudamu?"

"Seperti biasa, tapi hasil akhir itu bukan hanya sebatas angka dan laporan ini brow." Ghulam bersuara seolah putranya mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan keinginannya padahal Wafiq mendapatkan nilai terbaik di kelasnya.

"Dengan Mbak Qiyya lagi?"

"Siapa lagi kalau tidak dengan kekasih abadiku itu?" Zurra tertawa sambil menunggu kakaknya datang.

"Fiza dan putranya Mbak Qiyya satu tingkat?"

"Iya, Fiza dan Hawwaiz selalu memilih sekolah yang sama. Dua anak itu memang suka sekali bersaing." Ghulam tersenyum tertahan. Mengingatkan kembali bagaimana dulu dia dan juga Omaira.

"Zur__aku boleh ikut bicara tentang masalah ini?"

"Masalah__?" tanya Zurra kepada Ghulam.

"Fiza dan keponakanmu."

"Keponakanku? Hawwaiz maksudnya?"

"Hawwaiz namanya? Putranya Mbak Qiyya yang dekat dengan Fiza?"

"Hei kamu kenapa? tegang banget sepertinya?"

Ghulam menceritakan sedikit kepada Zurra bagaimana kisahnya untuk bisa bersanding dengan Omaira. Mereka terbiasa bersama sedari kecil, saling menyayangi hingga rasa cinta itu mulai tumbuh dan mereka berdua memendamnya dalam diam untuk saling menghormati keluarga satu dengan lainnya.

"Jangan dibilang kamu mulai curiga__?"

"Sebagai orang tua tidak ada salahnya jika mulai waspada. Bukannya melarang tapi kita harus memberikan penjelasan dengan benar." Ghulam mencoba untuk memberikan pengertian kepada sahabatnya. Sebagai pelaku penderita Ghulam tahu bagaimana cinta itu bermula, dia jelas bisa merasakan. Jatuh cinta baginya adalah Omaira karena sejak mengenal cinta hanya nama Omaira yang ada di dalam hatinya.

"Thanks brow, coba nanti aku sampaikan kepada Mbak Qiyya dan Mas Ibnu juga." Keduanya lalu berpisah sementara Qiyya sudah terlihat senyumnya berjalan mendekati Zurra.

Melajukan kembali mobilnya namun sepertinya kali ini Zurra ingin mengajak Qiyya berbicara hingga dia memilih untuk membelokkan mobilnya ke rumah makan.

"Dik, ngapain kita berhenti di sini."

"Aku ingin bicara dengan Mbak Qiyya sebentar." Qiyya mengikuti langkah adik laki-lakinya. Sepertinya ada masalah yang memang harus dibicarakan berdua tanpa ada orang lain yang boleh mengetahuinya.

LELAKI TERHEBAT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang