12 ✔

6K 625 116
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

All about Zaffran family
-- happy reading --

MarentinNiagara

📝📝

Berbeda dalam versi mencintai.

Ketiga manusia dingin ini berusaha membuat keluarganya merasakan bagaimana hangatnya menjadi seseorang yang dibutuhkan dalam keluarga. Zurra dengan versinya, Ibnu dengan caranya dan Erland dengan kelembutannya.

Namun ketika ketiganya berkumpul, jangan ditanya lagi. Pecah rumah Abdullah dengan tawa dan juga air mata bahagia.

Malam ini Abdullah sengaja mengumpulkan keluarga besarnya. Bersama putra-putri, menantu dan keempat cucunya. Sementara Hanif, Hafizh, dan twin girl masih menjadi poros utama perghibahan mereka sebelum baby yang ada di perut Aira dan Devi keluar.

Makan malam rutin yang diadakan untuk mempererat tali silaturahim dan persaudaraan. Disamping itu juga melepas rasa rindu Abdullah kepada keluarganya.

"Loh anak bungsu Ayah nggak diundang juga?" tanya Qiyya.

"Harusnya datang. Tadi sudah di beritahu belum Mas?" tanya Abdullah.

"Sudah Yah. Bentar lagi juga datang dia." jawab Zurra.

Zurra memilih untuk menikmati kegiatannya bersama Hanif dan Hafizh sementara yang lain masih dengan keseruannya mengganggu ketenangan si kembar Almira dan Ayyana.

Ibnu dan Erland juga masih berbincang seputar pekerjaan dengan Abdullah. Intinya kegiatan keluarga seperti ini memang benar-benar efektif untuk membuat keluarga semakin merekat dan hangat.

Persaingan itu pasti, dalam dunia kerja tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada persaingan dengan sesama pelaku bisnis. Namun tidak dengan orang-orang yang telah dibekali ilmu oleh orang tua mereka. Bahwa di dalam bersaudara tidak perlu adanya persaingan. Bersaing untuk bisa melakukan kebaikan saja yang wajib diutamakan.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, wah ini putra bungsu Ayah sudah datang. Semuanya makan yuk, Ibu sudah masak istimewa malam ini." suara Qiyya menginterupsi kegiatan semuanya.

Ridwan terkekeh hangat mendengar kelembutan suara Qiyyara. Meski tidak begitu mengenal karena jarang sekali bertemu di rumah ini bukan berarti Ridwan merasa menjadi orang asing. Karena berada di keluarga Abdullah itu memang seperti berada bersama keluarganya sendiri, padahal selama ini yang Ridwan tahu keluarganya tidak seperti ini.

"Om Ridwan__" suara Hafizh yang langsung menyerahkan hotwheels dan lego yang sedang dia mainkan.

"Abang kita makan dulu, nanti setelahnya baru main dengan Om Ridwan." kata Ibnu.

Tidak ada perbincangan berlebih di meja makan. Hanya dentingan sendok dan garpu yang menari dan saling memeluk diatas piring. Hanif dan Hafizh juga tampak tenang menikmati makan malam mereka. Sementara Qiyya dan Ibnu bergantian menjaga kembar.

Bukan pemandangan yang asing bagi keluarga Abdullah jika mereka melihat keduanya saling menyuapkan makanan saat makan dan si kembar tidak sedang tidur.

"Kamu kenapa Wan senyum-senyum sendiri?" tanya Devi yang sedari tadi memperhatikan Ridwan seolah salah tingkah. Ini memang untuk pertama kalinya Ridwan ikut makan malam dengan keluarga lengkap.

"Ah pasti karena melihat Mas Ibnu dan Mbak Qiyya, Sayang." jawab Zurra.

Semuanya tertawa namun tidak dengan Ibnu dan Qiyya. Keduanya hanya bengong sambil melihat kearah keluarganya yang lain. "Kenapa kok tertawa sih, memangnya ada yang lucu dari kami?"

LELAKI TERHEBAT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang