"Uncle Arfan ko diem terus si." Tanya Naira dengan wajah polosnya, namun tak juga di respon oleh Arfan yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ih uncle diemin Naira, Naira marah sama Uncle ya." Arfan tiba-tiba kaget dengar suara Naira yang sangat kesal padanya.
"Ehh maafin Uncle sayang, kamu jangan marah ya." Seraya mengelus lembut rambut Naira.
Namun Naira terus saja mencuekan Arfan, hanya ada satu cara agar si kecil ini tidak ngambek lagi hanya butuh sedikit teknik untuk mengembalikan bawel Naira.
Arfan pun memarkirkan mobilnya di sebuah mini market yang berada di pinggir jalan.
"Uncle mau ngapain kesini?" Tanya Naira yang penasaran.
"Tunggu sebentar disini uncle akan membeli sesuatu untukmu." Naira hanya mengaguk paham.
Arfan pun memasuki dan langsung menuju tempat ice cream berada, Arfan mengambil beberapa ice dan langsung membawa ke kasir, namun saat sudah sampai kasir Arfan melihat coklat yang mengingatkan nya pada Azizah, tanpa berpikir dia mengambil coklat dan membayarnya.
"Maaf ya Uncle kelamaan, ini Uncle udah beliin ice cream untuk kamu." Seraya memberikan ice cream itu.
"Wahh makasih Uncle Arfan."
"Iya sama-sama tuan putri, kita pulang sekarang yaa."Naira hanya mengangguk untuk menyetujui ajakan Arfan.
***
Hari terus berganti dan perasaan gelisah terhadap Azizah pun semakin menjadi, entah apa yang membuatnya terus mengigat gadis itu bahkan gadis itu akan segera menjadi adik ipar. pikiran Arfan terus saja berbulak balik pada keadaan yang tidak berpihak padanya.
Arfan yang tersadar dengan lamunanya segera berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, salah satu penenang Arfan disetiap pikirannya yang tidak karuhan.Arfan segera mengamparkan sajadahnya dan melakukan shalat istikarah untuk memutuskan apa yang ada dipikiranya itu.
setelah selesai shalat Arfan melantunkan surah kesukaannya sejak kecil dulu, surah Ar-Rahman yang selalu membuatnya sangat tenang,Arfan terus melantunkan dan itu sangat membuatnya tenang dan membuatnya mengantuk.
Setelah melaksanakan shalat dan muroja'ah membuat Arfan tertidur diatas sajadahnya,waktu terus berputar dan Arfan masih terlelap dalam tidur tenangnya namun pada jam 2 pagi seperti kegelisahan datang pada diri Arfan, sontak membuatnya terbangun dan tersedar bahwa dia baru saja memimpikan sesuatu yang membuatnya gelisah pada mimpi yang begitu nyata akan terjadi.
"Astagfirullah jika mimpi tadi adalah benar akan terjadi apakah saya bisa menjalankannya,apakah saya bisa menerima gadis itu bahkan saya tidak tau siapa gadis yang ada di mimpi saya."Arfan terus saja berbincang dengan dirinya sendiri pasalnya dia didatangi mimpi yang sagat berat.
Setelah Arfan bergulat dengan dirinya sendiri dia tidak luput dengan jam yang sudah menunjukan jam 3 pagi, Arfan langsung berjalan untuk segera mandi dan mengambil wudhu untuk segera melakukan sholat tahajud yang tidak pernah ia tinggal sejak pesantren dulu.
***
Cahaya matahari telah menembus jendela kamar Irfan yang membuatnya terbangun, waktu telah menunjukan pukul 8:00 pagi dan membuat Irfan tersadar kalau dia memiliki janji pada Azizah untuk fitting baju lamaran mereka. Irfan langsung bersiap-siap untuk pergi bersama Azizah.
"Irfan kamu sarapan dulu sebelum berangkat fitting."suara lembut Naila yang terdengar oleh Irfan.
"Maaf mi Irfan nanti sarapan diluar aja sama Azizah."seraya mencium punggung tangan Naila
dan Nailla hanya bisa tersenyum melihat anaknya yang terlihat sangat bahagia,namun pikiran Naila pun tak luput bahwa Irfan cepat atau lambat akan meninggalkannya.Naila terus saja bergulat dangan pikirannya yang semakin membawa kesedihan, Naila terus saja melamun sampai tak sadar bahwa Arfan yang sendari tadi berdiri di depannya.
Arfan mengelus lembut pundak Mami nya agar tersadar dari lamunannya"Mami gapapa kan?kenapa melamun Mi?"Arfan terus saja bertanya pada Maminya.
"Mami gapapa Fan,kamu mau kemana udah rapih gitu?sarapan dulu yaa?"jawab Naila dengan sangat tenang.
"Arfan mau berkujung kerumah Ustadz Zaenal, ada urusan mendadak jadi Arfan bekalin aja ya sarapannya?"
"Yaudah Mami siapin dulu ya, kamu tunggu sebentar yaa:)"Naila langsung bergegas menyiapkan bekal untuk Arfan, prihalnya Arfan selalu membuat Naila bahagia dengan kedewasaan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas dan Bahagia
Teen FictionSebuah rasa cinta tumbuh tanpa beban apapun,namun sebuah keikhlasan memaksaku untuk kebahagiaanya.akankah Keikhlasan membawaku Bahagia??