Iris mata hitam itu menatap lawan yang telah terkapar. Agatha menepuk tanganya bagai membersihkan debu yang tengah ada di telapak tangannya.
Gadis itu tersenyum sambil melangkah mendekati Vino dan Aldan.
"Huft gue kira lawan kita seimbang, teryata letoy. Lemah coy" celetuk Agatha sambil merangkul Vino. Vino dan Aldan hanya menganggukan kepala, ketiganya tersenyum menatap kinerja mereka.
Tapi senyuman mereka seketika memudar saat menatap ratusan orang tengah melangkah mendekati mereka, seketika Vino mengeraskan rahangnya.
"Tu orang apa semut, banyak bener" celetuk Aldan. Agatha menyenggol pinggang Aldan, dan ikut menarik Vino mendekat.
"Gue punya jurus, mematika." Runding Agatha membuat Vino mengerutkan dahinya, sejak kapan sahabatnya ini memiliki jurus mematikan begini.
"Lo pada, harus nurut kata kata gue" tambahnya. Ketika Agatha melihat grombolan itu mulai menyerang, membuat Agatha seketika refleks
berteriak."LARIIIIIII" Vino dan juga Aldan menganga melihat Agatha tengah lari kelimpungan.
Mereka berdua menatap kearah gerombolan itu yang tengah menatap Agatha juga, dengan ramah mereka tersenyum.
"Kita ikut lari juga apa gak ni Dan" bisik Vino. "Gue sih gak mau mati, LARIIIIIII brooo" teriaknya di akhir kata. Melihat Aldan ikut berlari menyusul Agatha, mau tak maui Vino ikut olahraga malam. Membuat suasana menjadj kejar kejaran.
***
Saat melihat rombongan itu tengah melangkah menjauh, membuat Rara leluasa keluar dari tempat persembunyiannya. Sedikit waspada, gadis itu melihat kesekitarnya. Setelah memastikan tak ada orang lagi, segera ia berlari menuju gudang.
Sial, satu kata untuk menjabarkan ini semua. Pintu gudang tua itu terkunci, tak segan segan mereka menguncinya dengan rantai. Hal itu membuat Rara benar benar yakin, bahwa Risa disembunyikan di sini.
Susah payah gadis pendek itu memikirkan bagaimana cara membukanya. Tanpa sengaja ia melihat sebuah besi, membuat Rara segera mengambilnya.
Rara memukulkan besi itu ke rantai beberapa kali, sampai membuat tanganya terluka. Tapi hal itu tidak sia sia, akhirnya rantai itu terlepas.
Gelap
Saat pertama kali Rara masuk langsung disambut dengan ruangan gelap, Rara sedikit merapat kedinding meraba sekitarnya. Gadis berhondi Frenzo itu berharap menemukan saklar di sana, dan keberutungan kini berpihak padanya. Yakin yang ia pegang adalah saklar, segera mungkin Rara menekanya.
Baru saja lampu menyala dan menatap Risa yang tengah terikat, sebuah hantaran keras terasa di belakang lehernya. Membuat Rara ambruk seketika, sedangkan Risa menangis sejadi jadinya.
"Lo kira, gue bego apa. Ninggalin tawanan sendirian, itu bukan gaya gue. Haduuh sayang banget bukan Agatha, padahal gue berharap ketua lo itu yang datang" paparnya yang ikut terduduk, lalu pria itu memegangi rahang Rara.
"Cakep juga lo yah, tapi sayang lo musuh gue" tambahnya kemudian menghepaskan rahang Rara dengan kuat.
Rara masih tegeletak menahan sakit yang ia rasakan, kemudian menatap orang itu yang hendak keluar. Sekuat tenaga Rara berusaha bangkit, Rara sedikit meringis saat merasakan pukulan tadi. Dengan ancang ancang yang ia siapkan, Rara menendang pria itu hingga membuat pria itu terperenjap ke depan.
Pria yang menjadi musuh Frenzo mentap Rara yang tengah meregangkan otot nya, pertama kali Rara merasakan di pukul begini. Tapi baginya ini pengalaman, Rara tersenyum meremehkan saat matanya melihat pria itu.
"Lo kira gue selemah itu, kalau iya lo salah besar" seru Rara.
Arrrhhhhg
Teriak pria itu ketika Rara menginjak tanganya, bukan itu saja Rara juga menjambak rambutnya. "Berani yah lo main main saman Frenzo."
Saat Rara beranjak dari sana kakinya ditarik membuatnya terperenjap jatuh, Rara yang melihat ada balok kayu dekat dengan tangannya segera mengambilnya dan memukul tepat dikepala pria itu.
Rara yang melihat pria itu sempoyongan ikut memegang kepalanya ikut merasakan bagaimana sakitnya, Rara tadi tak sampai hati memukulnya tepat kepala. Tapi sudah terlajur bagaimana lagi.
Segera Rara bangun dan melangkah mendekati Risa, dengan segera gadis itu membebaskannya.
***
Vino perlahan mengambil nafas, saat ini lelaki itu sungguh sial. Gegara dia telat berlari tadi membuatnya terpisah dari Agatha dan Aldan. "Gila tuh dua cecenguk, ninggalin gue aja. Kalok gue ke tangkep gimana, mereka mah enak. Kalok bersatu pasti menang tuh dua, lah gue sendiri amsyong gue entar" gerutuknya.
Tak sengaja Vino melihat salah satu rumah di sana, jika ia masuk tanpa izin malah berabe entar. Bisa bisa ia diteriaki maling dan di hakimi masa, membayangkanya saja membuat Vino bergidik ngeri. Mendengar suara kaki mendekat, membuat Vino mau tak mau bersembunyi di semak belukar.
Tepat sekali, saat Vino telah bersembunyi datang dua orang berbadan kekar. "Tuh orang kemana sih, cepet bener larinya" argumen salah satu orang itu dapat di dengar Vino.
"Dia gak mungkin bisa lari secepat itu, gue yakin dia ada disektiar sini" jawab salah satu pria berambut gondrong.
"Bob, gue kok ngerasa aneh yah" ujar pria awal tadi, seketika pria yang di panggil Bob itu mengerutkan dahinya "aneh gimana?"
"Gue ngarasa bulu kuduk gue berdiri, jangan jangan ni pohon ada penunggunya lagi" ucapnya sedikit ciut. Memang benar di samping sana ada sebuah pohon mangga yang rindang.
"Ngawur lo, ini kan malam minggu" balas Bob, sebenarnya lelaki itu ikut menciut ketika mendengar ucapan temannya ini.
"Kan bisa jadi setan-nya malam mingguan." Dengan bodohnya pria yang bernama Bob itu mempercayai ucapan temanya.
"Benar juga ya"
"Bob liat tu" ucap temannya, melihat kawannya tengah keringat dingin dicampur pucat seperti mayat membuat Bob mengikuti arah tunjukanya. Seketika mulutnya terbuka, dan matanya melotot.
"SETANNNNNN" teriak keduanya dan berlari kilimpungan. Seketika tawa Vino meledak, "Hahahah, aduhh" tak tahan ia hingga terduduk menahan tawanya.
Ia tadi mendapat akal saat mendengar pembicaraan keduanya, meminjam kain yang tengah tersampir di jemuran berpura pura menjadi hantu. Dan diyakini, Vino telah merangkak manjadi maling.
"Ahahahhaha, gilak tuh orang. Badan aja besar kayak gajah, lah mental
tempe" ujarnya yang masih tak hentinya tertawa.Saat tawanya redah, ia malah merasakan bulu kuduknya berdiri. Vino mengusap sedikit tengkunya, ia menjadi sedikit takut.
"Ya kali setan malam mingguan" katanya menyakinin dari agar tak merasa takut.
Plakkkk
"Gendruwo, kuntilanak pocong, babi ngepet, setan, tuyul, setan markonah" teriaknya refleks saat mendapatkan tangan di pundaknya.
"Lo absen aja terus tuh nama setan," ucapan seseorang membuatnya tak bergeming. Ia merasa kenal dengan suaranya, dengan ragu ia memutar badanya dan...
Aldan tengah menatapnya mengejek, sial bisa keceplosan tadi ia pikirnya. Sedangkan Agatha masih tertawa melihat sahabatnya ketakutan.
"Vin, setan markonah. Setan jenis baru yah?" Tanya Agatha yang masih di iringi tawa.
"Iya semalem dia baru mati, nyangkut di jemuran" balas Vino ogah ogahan dengan mengerucutkan bibirnya ia meninggalkan Agatha dan Aldan.
"Ck ngambek dia" ujar Aldan yang hanya dapat diketawai oleh Agatha.
___________
Ig @Ai_graphic54Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Dan satu lagi jangan lupa masukin cerita ini ke daftar list kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha || My Story (End)
Teen Fiction"LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi "КЕВАНАGIAN" Mungkin ada tapi itu hanya sebentar, ke...