Seharian sudah Agatha mengelilingi sekolah, orang yang tengah dicari tak kelihatan batang hidungnya. Begitu pintar kah orang ini bersembunyi hingga Agatha tak dapat menemukanya.
Masalah mencari orang itu saja belum selesai, sekarang Nathan. Ck dari awal Agatha mencari Shelly, Nathan selalu mengikutinya.
"Bisa gak lo gak usah ngikutin gue?"
"Gue juga mau cari Shelly, senggaknya gue bantuin kembaran lo" balas Nathan. Jika ni orang gak punya alasan masuk akal, mungkin Agatha sudah menendangnya sedari tadi.
Agatha mengambil tempat untuk duduk, tadi mereka sepakat berpencar untuk mencari Shelly dan Nathan ngotot ingin bersamanya. Terlihat Nathan ikut duduk bersamanya, tanpa mengurangi seyum manis cowok itu. Dari tadi Nathan memasang senyum yang tak pernah luntur, Agatha hanya cengoh melihatnya.
Nathan menyanggah dagunya dengan satu tangan, pandanganya tak pernah luput dari Agatha.
"Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan" ucap Nathan memecahkan keheningan.
Seketika Agatha menatap balik Nathan. Pandangan mereka bertemu beberapa detik, setelahnya Agatha mengalihkan pandanganya kesemula.
"Tha" panggil cowok itu. Sedangkan Agatha hanya berdehem saja, ia mencoba mencari aktifitas dengan menyalakan ponselnya. Entah mengapa saat pandangan mereka tadi bertemu, serasa ada sesuatu menghangat di hatinya.
"Mungkin lo gak pernah nganggep gue ada, ungkapan perasaan gue mungkin lo tolak. Tapi tha, semua orang berhak mencintai. Hati gue udah milih lo, dan itu susah buat berhentinya. Senggaknya lo anggep gue ini ada" kata Nathan membuat sesuatu aneh, dirasakan Agatha.
"Kayaknya Shelly kagak masuk, kita udahan aja nyarinya. Entar malem gue jemput lo di rumah. Kagak ada penolakan" tambahnya lagi. Agatha langsung melotot menghadap Nathan, ingin sekali ia memprotes tapi mulutnya sudah di bekap duluan.
"Kagak usah banyak protes, ikutin aja" setelah mengucakan itu Nathan meninggalkan tengah cengoh itu.
Agatha hanya dapat memandangnya saja, dia memang gak mau pergi dengan Nathan. Tapi kenapa hatinya menghangat, perutnya seperti bertebaran ribuan kupu kupu. Jantungnya berdebar semangkin kencang, ia kemudian tersenyum. Jika ada orang yang melihatnya mungkin mengira Agatha orang gila, tersenyum sendirian.
***
Agatha tengah sibuk mencari pakaian untuk digunakan nanti malam, sungguh kamarnya sekarang beralih fungsi menjadi tempat sampah. Tidak ada satu pun baju yang tersakut dihatinya, padahal sebelumnya Agatha sangat acuh pada penampilan. Entah kenapa sekarang ia malah memperhatikannya.
Agatha merebahkan tubuh di atas ranjang sambil menghela nafas panjang. Astaga semua isi lemarinya pakaian cowok yang gak ada femininya, entah mau menggunakan pakaian apa ia nanti. Pikiran Agatha buntuh, ingin rasanya ia menutup mata untuk merileks kan pikiranya.
Tapi harapan itu terhenti saat terdengar suara ketukan dipintu kamarnya, dengan malas Agatha membukanya. Terlihat, bi Sarah tengah memegang kotak. "Ada apa bik?"
"Ini non ada titipan buat non Agatha" jawabnya sambil menyerahkan sebuah kotak.
Agatha mengerutkan dahinya. Siapa yang ngirim tiba tiba begini, pikirnya.
"Dari siapa bik?" Tanya nya lagi. Biar Sarah menggenggam kepalanya untuk menjawab pertanyaan Agatha.
Dengan segera Agatha menutup pintu kamarnya, setelah itu bi Sarah pamit kedapur. Sedikit ragu Agatha membukanya, mengingat selama ini ia selalu diteror.
Mata hitam itu berbinar saat melihat isi di dalam kotaknya, bukan sebuah surat ancaman. Melainkan sebuah dres hitam, serta heels.
Senyuman manis seketika terbit, Agatha tau siapa yang mengirimnya. Dengan segera Agatha kekamar mandi untuk mengenakan hadiah itu.
Agatha sangat cantik memakainya, walaupun sebenarna Agatha sedikit risi dengan potongan lengan yang terlihat pendek. Secara Agatha belum pernah memakai dres begini.
Cukup menggunakan riasan wajah naturan, sebenarnya ia tidak pandai dengan riasan begini. Agatha hanya memakai bedak dan lipstik, yang dicurinya dikamar Athala. Secara dikamarnya itu sama sekali gak ada make up , bagi Agatha percuma memiliki alat make up tapi tidak tau memakainya. Kan sayang entar, dibuang.
Sebenarnya Agatha tidak menyukai lipstik, ia selalu menghapusnya. Jadilah ia memakai lipstik terlihat natural banget.
Dilihatnya layar ponsel miliknya menyala menapilkan sebuah panggilan, membuat Agatha segera menekan tombol hijau.
"Gue udah di depan rumah lo" Agatha langsung mematikan panggilan itu.
Gadis itu bergegas mengambil tas selempanganya, sedikit agak berlari ia melewati tangga. Suasana rumah terasa sepi, yang memang Athala belum pulang dari rumah sakit.
Jantung Agatha seolah ingin keluar dari tempat persembunyian. Agatha menghela nafas satu telah sampai di depan pintu.
Semoga hari ini, hari paling bahagia buat gue
___________
Uuuuuuu lala
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha || My Story (End)
Teen Fiction"LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi "КЕВАНАGIAN" Mungkin ada tapi itu hanya sebentar, ke...