Hingga sekarang Agatha tak ingin melihat ke arah sampingnya, entah sejak kapan seorang Agatha terlihat gugup saat ini.
Perkataan orang disampingnya membuat Agatha menoleh. "Lo cantik, pakai dres itu."
Saat Agatha menoleh, tatapanya bertubrukan dengan pria itu. Tapi bertahan hanya hitungan detik saja, saat pria itu kembali memfokuskan pada jalanan.
Agatha mengusap tengkunya, gadis itu sungguh gugup saat ini. Penampilan Nathan yang berbeda membuatnya berdesir aneh, yah disamping nya sekarang Nathan-teman kencanya.
Dengan memakai kemeja serta rambut yang terlihat lebih rapi dari biasanya, membuat pria itu semangkin menawan. Siapa saja pasti akan menganggapnya begitu, jika tidak tuh orang harus di periksa ke dokter mata. Mana tau kan ada yang rusak.
Suasana menjadi hening kembali, hingga tak sadar mereka sampai ketempat tujuan. Dan paling membuat Agatha kesal, ia harus menutup matanya. Kan gak elit kalau nanti Agatha jatoh gegara matanya di tutup, masa kembaranya Ariana Gerande jatoh. Lagian kayak gak ada cara lain gitu, kenapa harus di tutup matanya sagala. Jangan salah kan Agatha jika berpikir negatif tentang Nathan.
Tangannya digenggam oleh Nathan, dengan hati hati Agatha melangkah mengikuti intruksi Nathan.
Jantung Agatah memompa dua kali lebih cepat, disatu sisi takut dan satu sisi penasaran.
"Hitungan ke tiga buka mata kamu" perintah Nathan ketika sudah melepaskan penutup mata Agatha.
Saat hitungan ketiga di ucapkan oleh Nathan, secepat mungkin Agatha membuka matanya. Seketika mata itu membulat, mulutnya terbuka lebar dan refleks Agatha tutup dengan kedua tanganya. Pemandangan didepan itu membuat matanya berkaca kaca, bukan. Bukan raut sedih tapi binar kebahagiaan.
Dihadapanya sekarang terletak dua kursi, serta meja bundar ditengahnya. Vas bunga kecil memperindah tampilan meja, serta lilin lilin melingkar mengelilinginya.
Sungguh Agatha tak pernah mendapatkan ini, Agatha itu terlalu cuek dengan masalah percintaan. Bahkan semua laki laki ia anggap teman, setiap ada yang menembaknya pasti gadis itu akan bilang kita temenan aja ya. Kan banyak jadinya temen Agatha.
Entah sejak kapan lengan Agatha di tarik oleh Nathan, pemuda itu perlahan menarik kursi layaknya di film romantis. Sungguh perlakuan Nathan membuat jantung Agatha berdebar debar, Agatha merasa berada di novel atau di fllm fllm Romantis.
Seorang pria mengenakan seragam datang dengan membawa makanan serta minuman.
Mereka memulai makan tanpa ada percakapan, namun Agatha bersukur akan hal itu.
Jika mau sekarang Agatah lari terbirit birit dari sini.
Sedari tadi gadis itu terlihat gugup saat menerima tatapan yang di berikan Nathan untuknya. Setelah selesai makan bebarapa menit tadi Nathan memadanginya saja.
Agatha tak mau kalah dengan itu, walaupun dia gugup tapi gadis itu masih dapat membalas tatapan Nathan. Sedetik kemudian, Agatha menegang ditempat. Entah mengapa pengelihatanya hilang, bukan ia jatuh pingsan layaknya film ftv tapi memang lampunya padam. Bukan itu saja lilin yang etah sejak kapan ikut padan, tak ada sedikit pun cahaya.
Panik, tentu. Siapa yang gak panik, masa mau diner romantis mati lampu. "Nat, lo masih disitu kan" ujar Agatha. Ia mungkit tidak takut dengan gelap, tapi tanpa cahaya sedikit pun membuatnya sedikit bergidik ngeri. Walau pemandangan atas yang dipenuhi bintang bintang menerangi meraka, tapi bagi Agatha itu tidak cukup.
Sekejap sebuah lilin menyala dihadapan Agatha, siapa lagi jika bukan Nathan yang menyalakanya. Tapi cuman satu yang berada diatas meja, membuat wajah keduanya tampak satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha || My Story (End)
Teen Fiction"LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi "КЕВАНАGIAN" Mungkin ada tapi itu hanya sebentar, ke...