Bagian 02 : Neraca Perbuatan [2/3]

72 53 2
                                    


Tak memakan waktu lama, akhirnya Zazie membawa Alka ke depan sebuah ruangan yang bertuliskan, 'Ruang OSIS'. Zazie mendapati seorang gadis cantik disana. "Oii," ujarnya jail. Tak lupa, Zazie juga mengedipkan salah satu matanya beberapa kali, dan sempat mengangkat kedua alisnya juga. Senyuman pun ia buat semanis mungkin.

Namun sayangnya sang gadis cantik nampaknya tak suka dengan kedatangan Zazie. "Lu ngapain sih, Zie? Jijik tau nggak?" ujarnya ketus. Zazie seketika merubah raut wajahnya, lelaki itu mendecak kesal dan nampak begitu kecewa. "Kalo nggak ada apa-apa, gue balik ke basecamp dulu."

Gadis itu hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, namun Zazie segera menahannya. "Eh bentar bentar! Ada adik kelas lu ini lho!" Zazie agak menaikkan nada bicaranya.

Gadis cantik itu seketika mengembalikan arah pandangannya pada Zazie. Perlahan ia menyadari keberadaan gadis lain yang berdiri tepat di samping Zazie. Alka menyadari pula jika gadis cantik itu mulai menorehkah perhatian pada dirinya. "Wakil ketua OSIS, Kak Krisnanda Kanishta, kelas sebelas IPA empat, iya 'kan?" ujar Alka nada suara lembut serta sebuah senyuman kecil di wajahnya.

Gadis cantik itu tersenyum pula, eye smile-nya begitu sempurna dengan paras menawan yang melekat erat di wajahnya. "Bener banget. Kalo lu ... anak kelas sepuluh IPA enam yang pindahan dari SMAN Satu Semarang itu ya?"

"Iya kak," jawab Alka dengan penuh semangat.

"Ada apa? Kok nyariin gue?" ujar gadis bernama Krisnanda itu, nada bicaranya juga tak jauh dari Alka, ia begitu lembut, bahkan jauh lebih lembut daripada Alka.

"Kira-kira dimana ya saya ngumpulin data dapodik ini?" Alka menunjukkan lembaran kertas di tangannya.

"Oh ... data dapodik ya? Kasihin aja ke ruang BK," ujar Krisnanda. Namun Alka tak merespon sama sekali, gadis itu justru menunjukkan wajah polosnya dan mengedipkan kedua mata berkali-kali. Krisnanda tertawa kecil, sepertinya ia menyadari jika Alka masih membutuhkan bantuan lain. "Lu tinggal lurus ke sana, di ujung ada ruangan gede, ada tulisannya 'Ruangan BK', oke?" ujar Krisnanda seraya menunjuk salah satu sisi area sekolah.

Alka mengikuti kemana jari telunjuk lentik Krisnanda menunjuk. Ia mengangguk pelan, tanda bahwa dirinya paham dengan kalimat gadis cantik itu. "Mau gue anterin sekalian?" tawar Krisnanda.

"Oh, nggak usah kak, saya bisa sendiri kok. Terima kasih Kak Krisnanda, Kak Zazie, permisi." Alka segera melanjutkan langkahnya, meninggalkan dua sosok seniornya di depan ruang OSIS.

Kedua siswa itu menatap sosok Alka yang kian menjauh, mulai menghilang di tengah padatnya area sekolah pada jam pulang seperti ini. Krisnanda perlahan mengalihkan pandangannya dari gadis yang nyaris sudah tak tampak itu, ia kini beralih menuju sosok lelaki yang masih berdiri di sebelahnya.

Krisnanda tanpa basi langsung menyenggol tangan Zazie, "Gebetan lu?"

"Apa?!" Zazie pun seketika menatap balik pada Krisnanda, raut wajahnya terlihat jelas jika ia menolak kalimat Krisnanda mentah-mentah. "Ngapain juga gue pilih cewek kek dia?" ujarnya, nada bicara lelaki terdengar sangat meremehkan.

Hanya dalam beberapa saat, ekspresi Zazie berubah, senyumannya perlahan mulai mengembang, "Kan udah ada elu, buat apa nyari yang lain?" ujar Zazie lagi, dengan nada bicara yang kini telah berubah pula, sungguh berbanding terbalik dengan kalimat sebelumnya. Bahkan dengan berani, Zazie mengangkat salah satu tangannya guna meraih pundak Krisnanda dari belakang.

Sayangnya, Krisnanda sigap bergeser selangkah, berusaha menghindari tangan Zazie. Namun pemuda itu masih juga tak menyerah, ia mencoba sekali lagi untuk meraih kembali pundak sang gadis cantik itu. "Udah deh, Zie ... Lu itu apa-apaan sih?" kata Krisnanda, berusaha memprotes aksi Zazie yang ia anggap mengganggu.

Tak hanya itu, kali ini Krisnanda benar-benar melangkah menjauh, hendak pergi meninggalkan Zazie. "Krisnanda mau kemana?" ujarnya dengan nada bicara yang sengaja buat agak terdengar sangat manis, walau hasilnya tak sebagus apa yang dibayangkan. Krisnanda sama sekali tak menggubris lelaki itu lagi, ia segera berjalan menuju pintu Ruang OSIS, lalu menutupnya rapat-rapat sesaat setelah memasuki ruangan tersebut.

"Eh, Krisnanda tunggui gu-."

"Pemberitahuan ...."

Kaki Zazie yang telah sekali melangkah, mendadak berhenti di posisinya. "Suaranya nggak asing." Mungkin jika bukan sensasi familier yang tiba-tiba ia rasakan, tak akan ada lagi penghalang yang dapat menghentikannya untuk mengejar Krisnanda. "Kayak Kak Laksmana ya?" Zazie memperbaiki posisinya, ia memilih pose ternyamannya agar dapat lebih berkonsentrasi.

"Ditujukan kepada anggota Kelompok Satu Candramawa, dimohon untuk segera berkumpul di Markas Inti Candramawa sekarang juga. Saya ulangi ...."

Seketika, Zazie menghela nafas dengan begitu beratnya, "Ah... Sialan! Harusnya gue pulang dari tadi! Biar bisa pura-pura nggak denger pengumuman!" Zazie mendecak kesal. Walau hatinya tak ikhlas, kakinya terpaksa harus bergerak. "Padahal hari ini kan Candramawa harusnya libur," gerutu Zazie.

.

To be continue ...

Eunoia RonWhere stories live. Discover now