Sebenarnya jarak antara SMAN Satu Pare dengan Taman Kilisuci tidak jauh. Bahkan jika mereka mau, berjalan pun tak akan memakan waktu lama. Akan tetapi suasana malam ibukota Kabupaten Kediri membuat mereka malas untuk melangkahkan kaki lebih jauh lagi.
Zazie memarkirkan mobil milik Alka beberapa meter dari pintu masuk. Sesuai dugaan, ketiga siswa itu tak mendapati seorang pun di dalam area taman selain mereka sendiri, dan para satpam. "Zazie, lu tau roh apa yang kita atasi kali ini?" ujar Rakka seraya melirik Zazie.
"Nggak tau lah, jelas-jelas Pak Yudis cuma ngomong kalo targetnya ada di Taman Kilisuci," jawab Zazie ketus. Ia keluar dari mobil mendahului kedua temannya yang masih duduk manis. Melihat Zazie yang hendak menghampiri seorang satpam, Rakka dan Alka pun ikut turun dari mobil dan menyusul Zazie.
"Kami dari Candramawa SMA Negeri Satu Pare." Zazie menunjukkan kartu identitas keanggotaan. "Bisa saya minta informasi sebanyak mungkin tentang kejadian supranatural di sini?"
"Sebenarnya ...." Sang satpam menjeda ucapan, membuat Zazie menatapnya dengan semakin serius. "Nggak ada apa-apa."
"Apa?! Terus ngapain kita dipanggil kemari?!" Zazie dalam secepat kilat tersulut emosi. Dari teriakannya itu terdengar jelas bahwa ia begitu geram.
"Kakek ... Kakek yang nyuruh kami buat manggil kalian."
"Kakek?" ujarnya seraya menahan nada bicaranya agak tidak meninggi.
"Beliau adalah kakek tua yang sering berkeliling di sini daerah sini, orang-orang bilang kakek bisa merasakan adanya hal berbau mistis."
Setelah mendengar penjelasan satpam itu, nampaknya Zazie berkenan untuk memikirkannya lagi. Ia terdiam, berusaha memutar otaknya berkali-kali.
"Jadi maksudnya kakek itu tau kalo bakal terjadi sesuatu di sini?" Rakka menyahut, ia mencoba memperjelas keadaan.
Zazie yang semula menatap ke arah satpam kini mengalihkan pandangannya menuju rekannya. "Yah, gue pikir begitu sih. Mungkin bentar lagi-."
WOOSH ...
Belum sempat Zazie menyelesaikan kalimatnya, angin kencang mendadak menerpa mereka. Keempat orang itu segera mengangkat tangan setinggi kepada, guna melindungi diri dari kuatnya terpaan angin. Tak berselang lama, mereka juga mendengar suara keras yang begitu melengking, hingga ingin rasanya gendang telinga mereka pecah.
Kwaaak ...
Mereka bahkan harus menutup kedua telinga dengan kuat-kuat seraya menahan rasa sakit yang timbul karena suara bernada tinggi tersebut. Namun secara perlahan, angin dan suara lengkingan mulai berkurang. Begitu suasana kembali normal, Zazie segera memastikan keadaan, "Kalian dengar suara barusan?!"
Rakka dan Alka keduanya saling mengangguk dengan begitu yakin, bahkan mereka menunjukkan ekspresi agak gelisah yang sama juga dengan Zazie. Namun sang satpam berbeda, ia justru terlihat bingung. "Saya nggak denger apa-apa tuh, saya cuma tau kalo ada angin kenceng doang," ujarnya dengan nada santai.
"Cuma kita yang bisa denger?!" Zazie nampak semakin gelisah, ia menatap ke sekelilingnya, berusaha mencari tau dari mana suara itu berasal.
"Zazie!" Sesosok makhluk melesat cepat ke arah mereka bertiga. Bahkan meninggalkan sekumpulan debu yang bertebaran di udara.
BRUAKK
"Rakka ... maaf ngerepotin," ujar Zazie pelan, syukurlah Rakka dapat menyeret tubuh Zazie sesaat sebelum makhluk itu menerkamnya, walau mereka berdua berakhir dengan jatuh tersungkur di tanah.
Sementara Alka, ia segera melangkah ke belakang beberapa kali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sesuai dugaan, ia dapat dengan baik menghindari kedatangan makhluk tersebut. Tak lupa, gadis itu menyempatkan diri untuk menatap kedua seniornya yang tiduran di tanah, memastikan bahwa mereka baik-baik saja.
"Makhluk itu datang dari arah belakang lu, makanya hati-hati," ujar Rakka seraya mengangkat tubuhnya untuk berdiri kembali. Zazie pun segera berdiri pula, ia juga sesekali membersihkan blazernya yang kotor terkena tanah.
Begitu menyadari keberadaan manusia biasa yang tentunya mempersulit pekerjaan mereka, Alka segera memberi instruksi, "Pak satpam pergi aja dulu, tempat ini nggak aman Pak!" Sosok satpam yang nampak begitu bingung dan gelisah itu mengangguk dengan cepat, ia pun segera berlari menuju tempat yang dirasa aman.
Sementara Zazie, pandangannya tertuju pada satu titik, dimana makhluk yang baru saja menyerang mereka berada, "Itu rohnya?"
Rakka mengikuti arah pandangan Zazie. "Elang ...."
"Dari mana ya datangnya?" ujar Alka. Selagi ia masih berpikir, roh elang mendadak mengejar satpam yang masih berlari mencari tempat perlindungan. "Tunggu!" teriak Alka, bambu runcing dilesatkan sekuat tenaga. Namun sayangnya meleset, bambu itu lewat tepat di sebelah kepala roh elang, dan berakhir menancap di tanah, nyaris mengenainya.
Roh elang seketika terhenti, ia berbalik arah, menghadap tiga anggota Candramawa yang kini berada di dalam jarak pandangnya. Dalam hitungan detik, roh elang mulai terbang ke arah mereka. "Dia kesini!" ujar Rakka dengan tegas, berusaha memberi peringatan.
Zazie menatap kedua rekan di kanan kiri secara bergantian, memberi kode pada mereka dengan sebuah bisikan kecil, "Gue sama Rakka bakal atasin, Alka ambil bambu runcing lu balik." Mereka pun paham dan mengangguk pelan, seraya menunggu waktu yang tepat untuk beraksi.
Roh elang semakin mendekat, Rakka dan Zazie bersiap dengan mengeluarkan bambu runcing mereka masing-masing. Tak lupa, mereka juga melakukan posisi kuda-kuda. Begitu roh elang telah berada cukup dekat, mereka membuat tanda silang menggunakan dua bambu runcing tersebut, tepat bersamaan dengan sampainya roh itu di hadapan mereka.
Aksi Zazie dan Rakka sukses menahan roh elang agar tidak menerkamnya. Merasa sang roh elang telah terkunci, Alka segera berlari dengan kencang menuju bambu runcingnya. Ia ambil senjata itu, lalu berlari kembali menuju kedua senior yang masih berusaha keras menahan roh elang yang hendak menerkam mereka.
Alka masih terus melangkahkan kakinya, hingga gadis itu telah berjarak lima meter dari roh elang, baru lah ia melompat dan mengarahkan bambu runcingnya lurus ke arah roh tersebut. "Hiyaaa!" Alka yakin bambu runcingnya telah membidik sasaran yang tepat, namun dalam hitungan detik, roh itu menghilang.
"Alka!"
BRUAKK
Berakhirlah gadis itu menghantam kedua seniornya, membuat mereka bertiga terjatuh ke atas tanah. "Aduh... Apa-apaan sih lu?!" Zazie yang terpaksa harus merasakan sakitnya tersungkur untuk kedua kalinya hanya bisa pasrah dan mengeluh.
"Eh? Maaf, kak" Alka segera bangkit kembali, senyuman polos dan malu-malu gadis itu terlihat begitu manis. Walau begitu, ia tetap mau membantu kedua seniornya untuk bangkit kembali.
"Nggak apa-apa, lu udah lakuin hal yang bagus," ujar Rakka seraya membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.
"Sayang banget roh elangnya kabur ...," nada bicara Alka terdengar begitu pelan, ia nampak muram dan menyesal akan tindakannya.
"Kita istirahat aja dulu, entar roh elang itu juga bakal balik ke sini." Zazie beranjak mendahului kedua rekannya. Ia duduk di salah bangku taman dan menyandarkan kepalanya. Nafas ia tarik dengan begitu dalam, serta dihembuskan dengan panjang pula. Zazie butuh waktu untuk mendinginkan kepalanya.
"Ayo, Al." Rakka menatap gadis di sebelahnya, berusaha mengajaknya untuk beristirahat pula. Alka hanya mengangguk dan mengikuti langkah Rakka. Mereka berdua pun juga duduk di kursi taman yang sama dengan Zazie.
.
To be continue...
YOU ARE READING
Eunoia Ron
Genç Kurgu[TELAH TERBIT DI GUEPEDIA] Tak seperti siswa lain yang sibuk memegang gadget, anggota extra Candramawa justru sibuk memegang bambu runcing sebagai alat untuk mengirim roh menuju akhirat. Akan tetapi bagaimana apabila bambu runcing mereka justru men...