"Kak Laksmana mana?"
"Bodo amat! Gue apa ngurus tuh orang?!" Zazie mengalihkan pandangan, ia bisa tersulut api kemarahan semudah itu hanya dengan satu pertanyaan dari Rakka.
"Lu deket kan sama Kak Laksmana? Chat orangnya coba," ujar Rakka dengan nada meledek, seraya menyenggol lengan Zazie pula.
"Idih! Ogah gue urusan sama orang itu." Berbanding terbalik dengan Rakka, Zazie justru nampak jijik mendengar nama yang berkali-kali disebut oleh pemuda tersebut.
"Maaf Kak Zazie, Kak Rakka, nungguin lama ya?" Sosok gadis keluar dari dalam rumah besar yang terlihat cukup mewah, ia berjalan menuju pelataran rumahnya. Gadis itu menatap dua sosok lelaki yang berdiri atau seakan-akan bergaya di depan mobil sang gadis yang terparkir tepat di sebelah gerbang rumah.
Kedua lelaki itu sontak menoleh, menatap sumber suara yang kini telah berada beberapa meter di belakang mereka. "Baru selesai dandan?" ujar Rakka menebak-nebak.
Seketika gadis itu tertawa kecil. "Hehe, iya," kata Alka. "Oh iya Kak Zazie." Zazie yang sempat mengalihkan pandangan dari gadis itu pun kini kembali menatapnya. Alka merogoh saku blazernya, ia mengambil benda yang berada di dalam sana, lalu memberikannya pada Zazie. "Kayak biasa," ujar gadis itu seraya menatap Zazie dengan sedikit senyuman kecil, layaknya memberi kode pada seseorang.
Tanpa banyak bicara, Zazie segera menyambar sebuah kontak mobil di tangan Alka. "Gue tau," ujarnya dengan santai seperti biasa.
"Woi, anak-anak!"
Suara khas terdengar dari arah jalanan, dengan kesan berat dan dingin. Zazie, Rakka, dan Alka menoleh secara bersamaan. Mereka mendapati sosok lelaki bertubuh tinggi dengan aura cool nan sorot mata yang sangat mengintimidasi.
Lengkap dengan sportbike yang ditungganginya, membuat ia nampak seperti lelaki sempurna idaman para wanita. "Ikutin gue!" ujar Laksmana seraya menarik gas motornya kembali, meninggalkan tiga juniornya yang bahkan belum apa-apa.
Ketiganya segera masuk ke dalam mobil, Zazie cepat-cepat menginjak gas, menyusul laju sportbike milik Laksmana yang cepat sekali melesat di tengah kota. Berbeda dengan perawakan Zazie yang pemarah, sikapnya ketika membawa mobil sangatlah baik. Walau ia sempat menginjak gas dalam-dalam, mobil tetap stabil dan para penumpang tak merasa terganggu sama sekali. Setidaknya, begitu yang Alka pikirkan.
Hingga Zazie berada tepat di belakang sportbike Laksmana dalam waktu yang cukup lama, ia mulai menunjukkan sesuatu yang membuat pemikiran Alka padanya berubah total.
"Zie ...!" Rakka menatap pada Zazie, mencoba memperingatkan. Zazie mendecak, ia hanya melirik sesaat pada Rakka yang duduk di sebelahnya, tanpa menggubris kalimatnya lebih jauh lagi.
Zazie tetap mempertahankan jarak antara mobil Alka dengan sportbike Laksmana yang hanya selisih beberapa sentimeter, sungguh nekat. "Lu sebenernya mau ngapain sih, Zie?" ujar Rakka sekali lagi, ia masih belum puas hanya dengan lirikan Zazie sebagai respon. "Ini mobilnya orang lho, jangan sembarangan lu!" Rakka menaikkan nada bicaranya.
"Bodo amat!" ujar Zazie ketus. Sementara Alka yang namanya sempat tersindir itu hanya diam di bangku belakang, ia sama sekali tak mengerti akan pembicaraan kedua seniornya.
Sesaat keheningan sempat melanda. Alka masih terdiam karena otaknya yang kebingungan, Rakka menatap Zazie dengan begitu geram, sementara Zazie sama sekali tak terlihat bersalah maupun gelisah dan khawatir, ia sangat santai. Merasa tak juga diperhatikan, Rakka akhirnya kembali menatap ke arah jalanan. Ia menghela nafas panjang, menyerah pada sosok keras kepala di sebelahnya.
Namun dalam sekejap, seakan-akan karma datang menghampirinya. Zazie mendadak mengerem mobilnya dengan begitu kencang. Dalam kecepatan yang semula lumayan tinggi, membuat kedua penumpangnya maupun ia sendiri agak terpental ke depan. Serta suara mendecit yang amat nyaring terdengar dari roda-roda mobil.
"Zazie!" teriak Rakka dengan begitu kencang, ia menatap sosok di sebelahnya dengan tatapan seperti banteng mengamuk.
Tak mau kalah, Zazie juga nampak penuh dengan amarah, "Kak Laksmana juga ngerem mendadak, sialan!"
"Mata lu nggak liat ada lampu lalu lintas di depan?! Hah?! Nggak tau lampu lalu lintas ya?! Tau lu apa?! Traffic light?! Iya?!" Tak tanggung-tanggung, rangkaian kalimat ucapan Rakka secara langsung tanpa jeda sedikitpun.
Zazie melirikkan kedua matanya pada Rakka, ia mendapati lelaki itu yang menatapnya dengan penuh amarah. Memang sekalinya Rakka marah, ia bisa sangat menyeramkan.
Zazie menghela nafas panjang, lelaki itu kembali menatap lurus pada jalanan. Rambutnya ia acak-acak dengan kasar, merasa gusar pada dirinya sendiri. "Nggak usah aneh-aneh lagi," ujar Rakka, kali ini nada bicaranya sudah lebih rendah daripada sebelumnya.
"Iya, iya, gue tau," jawab Zazie dengan pelan.
.
To be continue ...
YOU ARE READING
Eunoia Ron
Ficção Adolescente[TELAH TERBIT DI GUEPEDIA] Tak seperti siswa lain yang sibuk memegang gadget, anggota extra Candramawa justru sibuk memegang bambu runcing sebagai alat untuk mengirim roh menuju akhirat. Akan tetapi bagaimana apabila bambu runcing mereka justru men...