4. Benci

2.9K 446 30
                                    

Dari pulang kuliah, Hoseok benar-benar membeli berbagai macam makanan dan minuman manis untuk dikonsumsi sendiri. Masa bodoh kalau nanti gula darahnya naik. Hoseok cuma ingin menenangkan diri.

"Totalnya tiga puluh tujuh ribu won."

Hoseok memberikan uang pas pada kasir minimarket dan langsung keluar setelah menerima struk belanjanya. Ia  lalu melangkah santai ke gedung apartemennya sambil membayangkan kegiatan bersantai yang akan dilakukannya nanti.

"Nanti sambil menonton film komedi atau action, ya?" gumamnya sendiri dengan pandangan menerawang ke langit yang sudah gelap.

"Hoseok-ssi!"

Seketika lamunan Hoseok buyar saat mendengar suara yang amat sangat ia hafal. Suara dosen bahasa inggrisnya, Kim Namjoon.

"Ya, Mr?" tanyanya malas.

"Kau punya printer?"

"Punya."

"Boleh aku berkunjung ke tempatmu sebentar? Aku mau mengeprint lembaran soal tapi printerku sedang rusak..."

"Silakan saja." balasnya cuek. Hoseok memang tak suka pada dosennya itu, tapi dia bukan orang yang pelit jika ada yang sedang kesusahan dan butuh bantuannya.

Setelah itu keduanya berjalan masuk gedung dengan hening. Saat memasuki gedung apartemen mereka, Namjoon melihat pemuda manis itu menekan tombol panah lift dengan kencang dan penuh emosi. Tapi lampu tombolnya tak menyala berapa kalipun tombolnya ditekan.

"Maaf, tapi lift sedang dalam perbaikan dan baru akan berfungsi lagi pukul sebelas malam nanti..." ucap seorang sekuriti yang menghampiri Hoseok dan Namjoon.

"O-oh... terima kasih untuk infonya, ahjussi..." sahut Namjoon sopan. Setelah petugas sekuriti itu pergi, Namjoon melirik Hoseok yang menghembuskan nafas berat. Wajahnya memerah karena kesal.

"Naik tangga sampai ke lantai sepuluh? Yang benar saja!!" geram Hoseok.

Hoseok lalu berjalan keluar gedung apartemennya diikuti Namjoon. Kali ini tujuannya adalah warung minum tak jauh dari apartemen. Bukan untuk minum alkohol, melainkan hanya untuk memesan beberapa porsi tteokbokki sambil menunggu jam sebelas nanti. Toh pada dasarnya Hoseok tak kuat minum.

"Ahjumma, tolong tteokbokki dan odengnya satu porsi!"

"Pedas?"

"Sedang saja."

Hoseok mengambil tempat duduk di dekat pintu keluar dia malas duduk jauh di dalam. Saat dilihatnya Namjoon menyusul masuk dan memesan tteokbokki, pemuda manis itu mendecih sebal. Terlebih ketika Namjoon mengambil tempat duduk di depannya.

"Bagaimana menurutmu suasana di sekitar apartemen ini?"

"Lumayan."

"Kau sudah betah dengan apartemenmu?"

"Lumayan juga."

Namjoon menatap Hoseok yang terlihat ogah-ogahan menyahuti percakapan mereka.

"Aku masih tak menyangka kita akan bertetangga, Hoseok-ssi. Kupikir kau akan terus telat di kelasku."

"Begitulah. Aku setuju saat orangtuaku meminta pindah ke apartemen ini. Daripada aku telat lagi lalu anda jadi seenaknya menunjukku untuk membaca teks atau mengerjakan soal." jawab Hoseok yang begitu sarat akan sindiran untuk Namjoon. Dosen muda itu agak terkejut mendengar nada ketus sang mahasiswa. Biasanya Hoseok hanya akan membalas ucapannya dengan nada malas atau cuek. Bukan ketus seperti itu.

[NamSeok] ✔️ - My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang