8. Demam

3K 433 13
                                    

Hoseok kembali ke apartemen pukul satu pagi dan langsung tidur. Acara jalan-jalan malamnya berubah kacau hanya karena kata-kata Namjoon. Tidur pun tidak bisa nyenyak dan sedikit-sedikit terbangun. Kesal, Hoseok pergi ke dapur dan membuat segelas susu cokelat hangat. Berharap setelah minum susu dia bisa tidur lebih pulas.

Tok tok!

Hoseok berjalan ke depan pintu sambil membawa gelas susunya. Dia berhenti di samping intercom dan melihat siapa yang memencet bel apartemennya malam-malam begini. Bibirnya mengeluarkan decakan kecil saat melihat wajah Namjoon di layar intercom.

"Mau apa lagi dia?" gumamnya kesal. Hoseok tak membukakan pintu ataupun memberikan respon melalui intercomnya. Namjoon terlihat berulang kali mengecek arlojinya sebelum kembali memencet bel apatemen Hoseok.

"Apa sudah tidur?" Hoseok mendengar dengan jelas monolog Namjoon dan mendecih. "Kau pikir ini sudah jam berapa, bodoh? Tidak ada orang waras yang masih ingin bertamu jam segini..."

Hoseok lalu pergi ke kamarnya. Tak peduli kalau Namjoon ingin terus berdiri di depan pintu apartemennya.

"Lebih baik aku tidur..."

.

.

.

.

.

.

.

Hoseok terbangun dengan tubuh yang terasa berat. Kepalanya juga pusing. Pemuda itu lalu menempelkan punggung tangannya ke kening dan menyadari betapa panas tubuhnya.

"Sial, aku demam..."

Hoseok menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu lama terkena angin malam kemarin. Bersyukur hari ini jadwalnya hanya ada satu kelas sore. Dia memutuskan untuk istirahat sebentar lagi. Begitu sudah mendekati jam makan siang, Hoseok memilih untuk berendam dalam air hangat dan setelah itu memasak makanan berkuah seperti dubu jjigae dan membuat segelas besar chamomile tea hangat.

Selesai berendam dan makan, Hoseok merasakan tubuhnya sedikit lebih baik. Ia segera menyiapkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas lalu berganti pakaian.

"Semoga saja hari ini Lee gyosunim tidak memberi banyak tugas..." gumamnya penuh harap. Banyak berpikir dalam keadaan kurang enak badan menurut Hoseok bukanlah hal yang bagus.

.

.

"Oppa, wajahmu pucat..."

Yerin baru saja selesai kelas dan tak sengaja berpapasan dengan Hoseok di lobi menuju kantin. Tadinya dia ingin mengajak Hoseok makan di kantin saat mendadak menyadari ada yang berbeda dari oppa tersayangnya itu.

"Aku baik-baik saja."

"Tapi bibirmu sangat pucat..."

"Aku cuma sedikit kedinginan."

"Aku belikan minuman hangat, ya?"

Hoseok menggeleng lalu mengusap kepala Yerin. "Tidak usah. Aku sudah bawa minuman hangat sendiri." Hoseok menunjukkan botol stainless kecil yang dibawanya. Isinya kali ini adalah teh hijau hangat. "Sana pulang. Kelasmu sudah selesai, kan?"

Ganti Yerin yang menggeleng. "Aku tunggu oppa saja. Aku khawatir kalau oppa mendadak ambruk."

"Kau pikir aku ini bangunan pakai ambruk segala?" Hoseok mencubit pipi Yerin sampai gadis itu menjerit kesakitan.

"Sakit oppaaa!"

Hoseok terkekeh mendengar rengekan Yerin. "Sudah, ah. Aku ke kelas dulu."

[NamSeok] ✔️ - My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang