Sepasang mata hijau mengintip dari balik jendela lantai 2 sebuah kastil bergaya Victoria abad ke -18. Dia memperhatikan para rombongan berkuda yang memasuki halaman kastil. Tatapannya terpaku pada seorang pria di barisan paling depan yang menunggangi kuda Jerman berjenis Black Forest berwarna coklat tanah. Pria berpostur tegap berusia sekitar 20an akhir itu sempat melirik ke arah jendela di mana sepasang mata hijau itu memperhatikannya, mata biru pria itu sangat kontras dengan rambut hitamnya yang sedikit berlambaian di pelipisnya akibat hembusan angin musim dingin. Tatapan matanya begitu dingin dan intens membuat sang pengintip dari balik jendela terkesiap dan sedikit salah tingkah.
"My lady, apakah mereka sudah datang?".
Sapaan Caroline membuat lady Grace seketika berbalik dengan cepat ke arah Caroline. Caroline adalah pelayan pribadi sekaligus pengasuh lady Grace sejak kecil. Wanita paruh baya itu memandang lady nya dengan sorot mata prihatin. Bagaimana tidak, di usianya yang masih menginjak 18 tahun dia harus melalui hidup yang begitu berat karena kehilangannya seperti ini. Di usia 8 tahun dia harus kehilangan ibunda tercintanya sang duchess yang begitu baik, lemah lembut dan sangat menyayangi putrinya, sepuluh tahun kemudian ayahnya meninggal pula tanpa seorang pewaris. Hal ini terlalu berat untuk di pikul seorang diri oleh lady kecilnya. Badannya terlalu mungil untuk menopang semua tanggung jawab sebesar ini, pikir Caroline penuh sesal.
"Ya bibi, mereka telah tiba. Tolong bantu aku bersiap untuk menyambutnya", jawab Grace dengan senyum yang di paksakan.
Caroline tahu lady Grace sedang tidak bersemangat, dia hanya memaksakan diri tersenyum demi menenangkan hati Caroline. Caroline dapat memastikan hal itu dari sorot mata sendu sang lady.
Caroline lalu membantu Lady nya bersiap siap, ia membuat simpul sederhana pada rambut panjang coklat ke emasan sang lady. Sang lady menggunakan gaun musim dinginnya yang berwarna hijau mint, gaun itu membuat mata hijaunya semakin kontras dengan warna rambutnya.
...............................
Lady Grace dan seluruh pelayan yang ada dirumah itu menyambut Richard Howard di depan pintu dan Grace berdiri paling depan dengan Caroline tepat di belakangnya.
Richard Howard rupanya cukup tampan dengan mata biru terang dan rambut gelapnya. Dia memberhentikan kudanya dan sorot matanya langsung menangkap sosok Grace yang telah berdiri menunggu untuk menyambut kedatangannya. Kepulan asap keluar dari bibirnya yang mulai keunguan di karenakan musim dingin telah berlangsung. Richard turun dengan perlahan dari kudanya, lalu menghampiri lady Grace. Grace menatap Richard tanpa ekspresi.
"My lady, terima kasih sudah menyambut kedatanganku. Seharusnya anda tidak perlu keluar karena cuaca sangat dingin". Kata Richard bersikap ramah sambil sedikit menundukan kepala tanda penghormatan, lalu mengambil tangan grace dan mencium punggung tangannya. Setelah itu Richard tersenyum ke arah lady Grace.
Grace sedikit terpesona dengan senyuman pria itu, tapi akal sehatnya memberitahu jika dia tidak punya waktu sama sekali untuk terpesona dengan senyuman pria itu.
"Tidak apa apa Mr. Howard, seorang tuan rumah harus di sambut dengan pantas", jawab Grace dengan nada terdidiknya.
Semua pelayan yang ada di belakang Grace kemudian menunduk hormat pada Richard.
Tidak lama kemudian sebuah kereta kuda memasuki halaman. Semua orang seketika hening tidak bersuara termasuk Grace dan Richard. Richard melirik sesaat ke arah kereta tanpa menunjukan emosi apapun. Lalu ketika kereta itu telah berhenti dengan sempurna, sesosok perempuan berambut coklat brunette menggunakan gaun berwarna merah gelap turun dari kereta.
Lady Grace berusaha menahan ekspresi nya sedatar mungkin ketika melihat kehadiran wanita itu yang sedang di bantu seorang pengawal turun dari kereta. Dia pasti wanita bernama Jane itu, kekasih simpanan Richard Howard, pikir Grace dalam hati. Caroline yang menegang di belakang Grace hanya bisa memandang prihatin lady mungilnya. Wanita simpanan itu jelas bertubuh tinggi di bandingkan lady nya yang sedikit bertubuh mungil. Tapi Caroline berani menyangsikan bahwa lady Grace jauh lebih cantik dari wanita itu.
Setelah Jane berhasil turun dari kereta, dia diam berdiri dan terlihat sedang menunggu aba aba dari Richard.
Richard sedikit mendengus, lalu berjalan melewati Grace, dia berhenti tepat di samping Grace lalu mendekatkan bibirnya di telinga Grace. Begitu dekatnya hingga Grace bisa merasakan nafas hangat Richard menyapu lembut pipinya, membuat rambut rambut tipisnya sedikit berlambaian.
"Terima kasih atas keputusan bijak yang kau pilih my lady", bisik Richard di telinga Grace, lalu berjalan melewati Grace yang masih terpaku berdiri di tempatnya.
Grace menyadari ada seseorang yang sedari tadi tidak berhenti menatapnya. Grace melirik perlahan ke arah seseorang yang menatapnya itu dengan lirikan yang cukup mengintimidasi sehingga Jane langsung menurunkan pandangannya, jangan pikir Grace akan ciut hanya karena kehadiran wanita simpanan calon suaminya. Karena bagaimanapun dia tetaplah seorang wanita bangsawan terhormat yang tidak mungkin bisa di sandingkan dengan wanita seperti Jane. Meskipun tadi Grace sempat merasa minder dengan rupa Jane yang cukup cantik dan berpostur tinggi.
Grace adalah wanita kuat, kehilangan ibunya di usia dini membuatnya tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan sedikit keras kepala di bawah asuhan sang duke. Sifat yang penuh karismatik sang duke lah yang membentuk Grace menjadi wanita yang tidak mudah merasa rendah diri.
Grace masih memasang ekspresi datar tidak terbaca lalu berbalik dan berjalan mengikuti Richard masuk ke dalam rumah di ikuti yang lainnya. Jane menyusul kemudian di belakang mereka bersama beberapa rombongan yang lain.
........................
Richard melihat lihat sekeliling rumah ketika telah masuk kedalam, ia memandangi ukiran ukiran rumit langit langit dan pilar pilar berwarna emas kastil Hamilton itu. Grace mengikutinya dari belakang.
"Kuharap anda tidak menemukan rumah kami terlalu kecil untuk anda tinggali tuan", kata Grace.
"Tentu tidak my lady", kata Richard dengan senyum yang di paksakan. Ia tidak terlalu senang dengan kalimat yang di keluarkan Grace, seolah olah itu hanyalah kalimat sindiran yang di keluarkan wanita itu untuk seseorang berkasta rendah seperti dirinya. Sebagai anak tidak sah perlakuan ini tentu sangat tidak asing ia terima. Hanya saja rasanya tetap tidak menyenangkan mendengarnya keluar dari mulut calon istri bangsawannya, meskipun sudah tidak memiliki apapun, wanita itu tetap bersikap angkuh khas sifat para bangsawan yang membuat Richard muak. Kalangan ton berpikir tidak peduli sekaya apapun kau tapi jika kau terlahir dari wanita sinpanan, kau tetaplah hina. Richard begitu terganggu dengan pikiran pikirannya yang berusaha dia tepis ketika Grace masih ada di hadapannya.
"Baiklah Mr. Howard, berisitirahatlah anda pasti lelah dengan perjalanan anda. Aku tidak ingin mengganggu anda, jadi saya mohon undur diri", kata lady Grace dan bersiap meninggalkan Richard.
Hal itu membuat Richard semakin tidak suka karena merasa lady Grace mengabaikannya. Meskipun telah memiliki rumahnya, rupanya Grace masih memandangnya sebagai anak haram yang tidak perlu di hargai, karena dia tetaplah seorang lady.
"Kuharap kau mempersiapkan diri dengan baik untuk pernikahan kita esok hari", kata Richard dengan nada tidak kalah menyindir.
Grace hanya mengangguk dengan hormat lalu berbalik meninggalkan Richard di ikuti Caroline di belakangnya.
Grace berusaha menahan tubuhnya yang bergetar karena kekalutannya. Dia tetap berjalan mempertahankan langkahnya yang anggun, hingga dia bisa memastikan dirinya tidak lagi dalam jangkauan pandangan Richard.
"My lady, jika anda ingin menangis maka anda tidak usah sungkan untuk menangis padaku", tegur Caroline pada akhirnya. Grace langsung cepat cepat menghapus air mata yang sedikit jatuh di pipinya. Grace tidak mengatakan apapun dan tetap berjalan masuk menuju kamarnya. Caroline pun hanya bisa mengikuti lady nya.
Grace sama sekali tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Richard meskipun Richard telah memiliki semua yang tersisa dari Grace. Terutama Grace tidak ingin terlihat lemah di hadapan wanita simpanan Richard, Grace akan selalu mengingatkan posisi wanita itu, meskipun di hari hari mendatang Richard akan lebih sering mengunjungi ranjang wanita itu di banding ranjangnya sendiri. Karena dia selalu mengingat kata kata mendiang ayahnya yang mengatakan, tidak seorangpun dapat merendahkanmu jika kau tidak mengizinkannya.
Kalimat itulah yang selalu lady Grace Hamilton pegang teguh di dalam dirinya.
YOU ARE READING
Daughter Of The Duke
RomanceLady Grace Hamilton adalah putri satu satunya dari mendiang Duke of Bedford, tidak pernah membayangkan harus menjalani hidup sebagai istri seorang Richard Howard, anak tidak sah dari seorang bangsawan bergelar duke. Tapi hal ini mau tidak mau harus...