Chapter 3

419 35 1
                                    

Lady Grace sedikit meringis saat Caroline mengusap pundak memar nya menggunakan kain basah ketika Caroline membantunya mandi.

"Benar benar kejam, teganya dia melakukannya padamu", kata Caroline tidak percaya.

Grace hanya terdiam dengan pandangan kosong.

Caroline hanya menggeleng tidak percaya sambil terus membasuh tubuh majikannya.

"Bibi apakah jika aku memberikannya seorang putra, akankah dia berhenti melakukan ini padaku bibi?", tanya Grace tiba tiba.

"Oh sayangku, aku tidak yakin. Ini adalah kewajibanmu sebagai istrinya. Tapi aku juga tidak tahan jika harus terus terusan melihatmu di perlakukan seperti ini", kata Caroline menyesal.

Grace kembali terdiam dan terlihat seperti berpikir. Entah apa yang gadis itu pikirkan.


...................................

Grace sedang memandang kosong di luar jendela, ketika mendapati sosok Richard berjalan sambil merangkul Jane dengan mesra, sesekali Richard mencium bibir Jane dengan mesrah, wanita itu menggeliat dengan manja di pelukan suami Grace itu.

Mereka terlihat berjalan di atas es yang sudah tidak tebal lagi. Grace berharap musim dingin segera berlalu agar ia bisa menghirup udara musim semi yang mengingatkannya pada kehangatan mendiang ibu nya.

Ibunya dulu sering menikmati teh berjenis Rose Congou di sore hari pada musim semi, teh itu merupakan teh hitam asam asal cina yang di kombinasikan kelopak mawar yang sudah kering, di temani kue kue manis penuh krim sebagai pendamping nya. Grace sangat menyukai kebiasaan ibunya, dia melakukan ritual itu hingga saat ini. Tapi tidak ada hal apapun yang bisa dinikmatinya saat musim dingin menurut Grace.

Di musim dingin Grace hanya menikmati lavender herbal tea sambil menikmati novel romansa atau sekedar menyulam untuk menghabiskan harinya di dalam rumah.

Grace sedang tenggelam dengan bacaannya di atas kursi goyang di depan perapian ketika Richard tiba tiba datang memasuki kamarnya.

Grace melirik dan menghentikan bacaannya. Grace langsung bangkit dari kursinya, memasang ekspresi bertanya.

"Tak usah memasang tampang seperti itu lady, aku hanya ingin mengunjungi istriku", kata Richard dengan nada dingin.

"Selamat datang tuan, jika tidak keberatan maukah anda bergabung denganku untuk minum teh?", jawab Grace dengan sopan. Grace telah belajar dengan sikap arogan Richard kepadanya, dan dia harus membiasakan perlakuan tidak menyenangkan itu dari suaminya.

Raut wajah Richard sedikit berubah dan mengangguk pertanda setuju.

Grace meminta Caroline menyiapkan teh untuk mereka berdua.

Richard dan Grace duduk sambil berhadapan, mereka di pisahkan oleh meja bundar kecil yang di ujungnya terdapat ukiran rumit yang mewah. Mereka belum memulai pembicaraan, hingga hidangan teh dan cemilan mulai di antarkan di depan mereka.

"Bagaimana hari anda tuan?", tanya Grace berusaha memulai pembicaraan.

Richard tahu jika Grace hanya berbasa basi khas bangsawannya bukan benar benar peduli terhadap apa yang pria itu lakukan sepanjang hari.

"Tidak perlu berusaha sekeras itu lady", kata Richard menyindir.

Grace menatap Richard dengan tatapan tidak mengerti, yang sengaja di buatnya. Tentu saja sebenarnya Grace paham maksud sindiran Richard. Gadis itu tidak bodoh, dia hanya berusaha mengimbangi Richard dan sengaja agar tidak memancing amarah pria itu. Grace takut Richard akan menyiksanya lagi jika membuat pria itu marah.

Daughter Of The DukeWhere stories live. Discover now