Chapter 11

309 31 6
                                    

Hari demi hari telah berlalu, Richard perlahan pulih dan telah melakukan aktivitas sehari-harinya.

Tak terasa bulan demi bulan telah berganti, musim telah silih berganti. Musim dingin akan segera datang kembali, dan tak terasa kandungan Grace telah menginjak 8 bulan.

Grace membuka jendela kamarnya dan udara dingin seketika masuk kedalam ruangan, hawa yang mulai dingin seketika menusuk kulit Grace.

"Apa yang kau lakukan?", Richard seketika muncul di ambang pintu.

Ia segera berjalan mendekati Grace.

"Aku hanya ingin memastikan musim dingin segera datang, agar aku bisa segera bertemu anak ini", ucap Grace sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit.

"Anak musim dingin", gumam Richard pelan.

"Udaranya tidak baik untukmu dan bayinya", lanjut Richard lagi, kemudian segera menutup kembali jendela yang Grace buka.

Tiba-tiba Richard langsung menggendong Grace, Grace terkejut tetapi berpura-pura mengendalikan diri. Richard kemudian membawa tubuh Grace di atas tempat tidur.

Meskipun sudah hamil tua, tubuh Grace masih saja tetap ringan. Pikirnya dalam hati.

"Aku akan ke istana Windsor, yang mulia raja memanggilku", ujar Richard.

"Yang mulia?, ada apa?", kata Grace terkejut, berita ini tentu saja mengejutkan, tidak biasanya seseorang di panggil menghadap langsung yang mulia raja, terutama suaminya bukanlah seorang bangsawan dan tidak menduduki posisi apapun di pemerintahan, dan lagi mereka tidak tinggal di Berkshire melainkan di Buckinghamshire, yang dulunya hampir semua wilayahnya adalah kekuasaan ayahnya.

"Kurasa mereka ingin mengucapkan terima kasih", kata Richard menerawang.

"Kurasa itu setahun yang lalu", lanjutnya.

Grace hanya menatap Richard sambil terbaring.

"Aku pernah secara tidak sengaja menyelamatkan nyawa yang mulia raja".

Grace masih menatap Richard dengan ekspresi bertanya.

"Kecelakaan saat berburu", jawab Richard pelan.

"Yang mulia berburu hingga kesini?", Grace sedikit terkejut.

"Aku juga awalnya tidak percaya, ia berburu bersama mentrinya duke of Wellington".

"Ya ayahku mengenal pria itu, sang duke", terang Grace.

"Sang duke juga mengenal ayahku". Jawab Richard pelan.

"Kita tidak akan tahu apa yang mereka inginkan hingga aku datang kesana dan mencari tahunya". Lanjutnya, Richard lalu bangkit dan beranjak keluar.

Sebelum keluar dari kamar Grace, Richard berbalik sesaat ke arah Grace.

"Jaga dirimu"

Grace hanya mengangguk pelan dan melihat punggung bidang Richard yang lebar menghilang di balik pintu kamar Grace.

Grace kemudian mengintip dari jendela kamarnya, ia melihat Richard dengan jubah nya yang berwarna gelap mengecup sesaat bibir Jane sebelum naik di atas kudanya. Grace menghembuskan nafas dengan pelan.

Richard jelas menepati janjinya, selama kehamilan Grace dia tidak pernah sekalipun menyentuh gadis itu. Grace seharusnya merasa lega tetapi ada rasa sedih yang menghinggapi perasaan gadis itu. Dan Grace sama sekali tidak ingin mencari tahu penyebab rasa sedihnya itu.

Dia juga tidak berhak menyalahkan Richard yang secara rutin mengunjungi kamar tidur Jane. Grace harus cukup bersyukur bahwa selama kehamilannya Richard memperlakukannya cukup baik. Terkadang Richard berkunjung kekamar Grace untuk menemaninya minum teh, atau sekedar datang menanyakan kabar, dan hanya itu saja. Tidak ada obrolan ringan layaknya suami istri. Richard hanya berbicara jika di perlukan seperti saat ia hendak meninggalkan kastil.

......................

Caroline sedikit berlari kecil menghampiri lady Grace di perpustakaan, dan wanita itu nyaris saja terjatuh tersandung gaun nya.

"Ya ampun Caroline, berhati-hatilah!", kata Grace memperingatkan.

"My lady! Ini kabar penting. Tuanku...", kata Caroline terengah-engah.

"Kenapa Richard?", Grace kemudian bangkit dari kursinya, ia seketika panik. Mungkinkah terjadi suatu hal yang buruk lagi menimpa suaminya, mengingat saat ini Richard tengah berada di Windsor.

"Yang mulia raja dia...."

"Ya tuhanku bibi Caroline!, bicaralah yang benar", Grace sudah tidak sabar.

"My lady, tuanku di anugerahi gelar kebangsawanan oleh yang mulia", Caroline setengah berbisik.

Grace terdiam sesaat dan kembali terduduk di kursinya.

"My lady, gelar mendiang duke karena hingga saat ini tidak ada yang mewarisinya, maka....", ucapan Caroline terputus.

Grace kemudian sedikit paham kemana arah pembicaraan Caroline.

"Dia...maksudku suamiku?", kata Grace ragu.

"Apapun dugaan anda, itu benar my lady, tuan Richard akan segera di anugerahi gelar yang dulu di sandang mendiang ayah anda"

Entah Grace harus merasa senang atau apa, karena jika Richard memperoleh gelar mendiang ayahnya otomatis Grace akan menyandang gelar duchess dan harta ayahnya yang di ambil negara menjadi milik suaminya, bukan orang lain tetapi suaminya sendiri. Hanya saja suaminya bukanlah orang yang dekat atau sayang padanya. Bagaimana kalau sesudah ini Richard membuangnya begitu saja?. Setelah apa yang Richard telah dapatkan, tentunya ia tidak memerlukannya lagi. Tidak, masih ada anak ini, batin Grace sambil mengelus perutnya.

Ya, kabar baiknya adalah anak ini adalah pewaris sah Richard, anak ini akan terlahir sebagai anak bangsawan yang akan di hormati, dan itu adalah salah satu hal yang harus di syukuri Grace.

"Karena kehamilan anda yang tidak memungkinkan untuk perjalanan ke Berkshire, tuan Richard akan di nobatkan tanpa kehadiran anda", kata Caroline pelan.

"Itu sama sekali tidak masalah bibi, aku seharusnya sangat bersyukur. Tuhan begitu menyayangiku, setelah iya mengambil ayahku, ia mengirimkan seorang suami yang bersedia menampungku dirumah ini dan terlebih lagi, gelar ayahku di berikan kepada suamiku, sehingga aku bisa menyandang gelar mendiang ibuku bibi. Dan yang lebih penting dari itu semua, anak ini. Anak ini adalah pewaris sah Richard bibi, statusnya akan jelas entahlah dia akan terlahir perempuan ataukah laki-laki. Anak ini akan aman bibi. Kurang terbekati apa lagikah aku ini?", kata Grace tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Iya, Grace sangat terberkati, pikirnya. Satu-satunya masalah disini adalah dia tidak mendapatkan cinta yang layak dari suaminya, tapi Grace tidak boleh melihat itu sebagai masalah, bagaimanapun posisinya masih tetap kuat, dia adalah istri sah Richard Howard yang otomatis akan menjadi duchess nya juga calon ibu dari anak sah Richard.



................................




Richard tidak menyangka bahwa tindakannya menyelamatkan yang mulia raja berbuah manis, sesuatu yang sangat tidak terduga dan nyaris jarang terjadi.

Seorang anak haram di berikan gelar duke secara cuma-cuma hanya karena secara tidak sengaja menyelamatkan nyawa sang raja.

Beberapa hari yang lalu ia menghadap yang mulia raja William IV, sang raja sangat terkesan dengan prestasi Richard dalam mengelola perdagangan rempahnya. Betapa kebetulannya Richard menikahi Grace Hamilton putri mendiang duke of bedford yang gelarnya belum di putuskan akan kepada siapa di berikan, memberinya kepada pemuda pemberani, kuat dan cerdas yang kebetulan adalah menantu mendiang lord berdford adalah keputusan yang tepat. Sehingga garis keturunan sang lord tidak perlu kehilangan gelarnya.

Yang mulia raja juga tidak mempermasalahkan status Richard sebagai anak tidak sah, karena yang mulia sendiri mempunyai banyak anak tidak sah.

Richard sangat berbangga diri, merupakan kebanggaan tersendiri mendapatkan gelar tertinggi mengingat ia adalah anak tidak sah. Rupanya menikahi lady Grace keputusan yang sangat tepat. Ia tidak menyangka akan menaiki puncak teratas kalangan ton. Tadinya ia hanya ingin status sosialnya di pandang. Siapa sangka dia akan mendapatkan lebih dari itu. Duke of Bedford, dan sebentar lagi pewarisnya akan segera lahir. Ia tidak akan lagi berada di bawah bayang-bayang ayah ataupun saudara lelakinya. Richard sangat puas akan hal itu.

Daughter Of The DukeWhere stories live. Discover now