"Ada apa?", kata Richard menoleh sesaat ketika menyadari kehadiran Grace di dalam perpustakaan. Saat itu Richard sedang menghabiskan waktunya membaca buku tentang pengembang biakan kuda arab.
"Sepupuku Edmund mengadakan pesta dansa di kediamannya. Aku hanya ingin tahu, apakah kita akan menghadirinya?", tanya Grace menghampiri Richard.
Grace tidak sengaja memperhatikan sampul buku yang Richard baca. Menilai dari bacaan dan hobi berburu pria itu, Grace bisa menyimpulkan bahwa Richard mempunyai minat mengenai para hewan atau sebangsanya.
"Tentu saja, jika earl of Richmond mengundang kita. Maka akan sangat tidak sopan menolaknya", jawab Richard sambil tersenyum.
Pria itu secara fisik jelas terlihat tampan dengan tubuh tinggi tegap, rambut hitam sedikit ikalnya, mata biru jernih dengan sorotan mata tajamnya juga garis rahang yang tegas. Richard jelas mewarisi mata indah ayahnya duke of Worcester tapi tidak rambut gelapnya yang mungkin diwarisi oleh ibunya. Entahlah karena Grace sama sekali belum pernah bertemu dengan ibu Richard, pria itu sama sekali tidak pernah menyinggung apapun tentang ibunya, dan Grace sama sekali tidak perlu repot repot bertanya atau mencari tahu mengingat hubugannya dengan sang suami tidak begitu dekat untuk sekedar membahas tentang ibu pria itu. Grace tidak menyangkal jika Richard memang pria yang tampan, tapi sifat arogan dan perlakuan kasar Richard padanyalah yang membuat Grace menjadi hilang selera.
Richard tidak begitu suka menghadiri pesta dansa para bangsawan, tapi bukan berarti Richard keberatan. Dia hanya tidak begitu nyaman berada di sekeliling para ton, tapi Richard yakin pandangan mereka sedikit berbeda jika yang di bawa Richard disampingnya adalah lady Grace, istrinya.
.........................
Richard belum pernah melihat Grace tertawa lepas seperti sekarang ini. Richard memperhatikan Grace dari kejauhan ketika gadis itu duduk di samping Edmund sepupunya, sang earl. Sepertinya lord Richmond sedang membisikan sebuah lelucon pada Grace hingga membuat gadis itu terlihat bahagia dibanding hari hari yang mereka lalui di rumah, Grace hanya memperlihatkan ekspresi datarnya pada Richard atau ekspresi penderitaan kadang kadang.
Sudah berapa lama waktu yang mereka lalui ketika mereka hadir di pesta dansa earl of Richmond. Hampir semua orang menghargai Richard ketika Grace berada di sampingnya, perbedaan itu begitu di rasakan Richard pada dirinya. Mereka beranggapan bahwa Richard telah menyelamatkan nasib buruk yang menimpa lady Grace yang malang. Grace, gadis itu sangat pandai bersandiwara, itu yang Richard akui. Ketika menginjakan kaki di pesta dansa ini, Grace sangat pandai membawa dirinya. Dia benar benar bersandiwara menjadi istri yang bahagia di samping suaminya. Cara Grace menatap Richard ketika mengajaknya bicara terkesan seolah olah Richard adalah pria yang sangat di cintai sang lady. Grace mengarang cerita ketika seorang viscountess tua bertanya tentang bagaimana mereka bisa saling jatuh cinta, dan Grace menjawab jika ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang yang ingin membeli rumahnya, siapa sangka seorang Richard Howard rupanya membalas cintanya. Tanpa pikir panjang mereka memutuskan untuk menikah. Richard menduga Grace terlalu banyak membaca novel romansa hingga ia bisa berbohong seluwes itu, seolah cerita yang di sampaikannya kepada viscountess tua itu benar benar nyata. Ekspresi Richard sempat menegang di depan sang viscountess, kemudian Grace menepuk bahu suaminya dan beralasan jika Richard memang orang nya sedikit kaku jadi Grace berharap sang lady tua itu memakluminya, senyuman Grace membuat hal itu seakan meyakinkan.
Lady Grace sebenarnya adalah wanita yang periang sebelumnya. Itulah mengapa semua orang terbiasa dengan sifat ceria gadis itu, hanya saja Richard baru melihat istrinya seceria ini dan itu membuat Richard sedikit terkejut, istrinya itu seperti mempunyai dua kepribadian, pikir Richard.
Richard lagi lagi mendengar tawa Grace ketika gadis itu berada di lantai dansa sedang menari Minuet masih dengan sepupunya Edmund dan para bangsawan muda yang lainnya. Bergabung di lantai dansa sama sekali bukan gaya Richard Howard, tapi mau tidak mau ketika minuet berhenti dan mereka mulai berdansa Allemande, Richard harus turun ke lantai dansa dan mengajak istrinya berdansa demi menunjang sandiwara yang sejak awal Grace buat, Richard dengan senang hati mengikuti cara Grace, tentu bukan ide yang bagus memperlihatkan hubungan tidak harmonis di antara mereka. Dan dapat di pastikan Richard lah orang pertama yang akan di salahkan dalam hal itu, dan pria itu tidak terlalu suka menjadi bahan skandal di kalangan ton. Richard hanya menginginkan penghargaan mereka kepadanya, dan Grace mendapatkan itu untuknya malam ini.
.....................
Senyum Grace seketika memudar sewaktu mereka berada di atas kereta kuda. Kemana gadis periang penuh tawa beberapa menit yang lalu?, pikir Richard. Gadis itu telah kembali menjadi istrinya yang sebenarnya lady Grace Howard.
"Apa tadi kau cukup bersenang senang", tanya Richard membuka pembicaraan.
Grace melirik ke arah Richard dan menyunggingkan sebuah senyuman tipis.
"Seperti yang kau lihat ya kurasa aku cukup bersenang senang. Terima kasih Richard", kata Grace tulus. Grace mulai sedikit bisa bernafas lega karena belakangan ini suaminya sudah jarang melampiaskan emosi kepadanya, gadis itu berharap bahwa ini adalah salah satu pertanda baik untuk kehidupan Grace selanjutnya. Tapi Grace tidak boleh terlalu banyak berharap karena Jane masih ada dirumah mereka, dan sang lady tidak ingin orang orang mengetahui jika dia tinggal satu atap dengan simpanan suaminya, harga diri Grace sudah pasti akan tercoreng dan dia hanya akan menjadi bahan gunjingan orang orang dan itu adalah hal terakhir yang Grace inginkan.
Richard mungkin sedikit tersentuh dengan ucapan terima kasih istrinya yang terdengar tulus. Tapi itu bisa saja hanya sandiwara, Gracce mungkin saja tidak benar benar berterima kasih, mengingat bagaimana cara wanita itu bersandiwara mendalami perannya sebagai istri yang bahagia dan dicintai, tentu Richard tidak akan mudah percaya dengan sikap Grace. Pria itu sudah tidak dapat lagi menentukan mana yang benar benar dan mana yang hanya sandiwara dari sikap sang lady.
....................
Caroline sedang membantu Lady Grace mengenakan gaun tidurnya ketika Richard secara tiba tiba masuk ke dalam kamarnya.
Grace dan Caroline terkejut, terutama Grace menilai dari tatapan matanya yang kelihatannya tidak senang dengan kehadiran Richard di dalam kamarnya malam ini.
Richard memberi isyarat Caroline agar segera meninggalkan mereka berdua, yang langsung di lakukan Caroline dengan langkah tergesa gesa.
Grace, wanita mungil itu terlihat begitu menggoda bagi Richard dalam gaun malam merah muda pucatnya yang tipis. Mata bulat hijaunya memancarkan aura ketakutan. Hal yang sebenarnya membuat Richard tidak suka karena merasa Grace memandangnya seperti makhluk mengerikan.
Rambut coklat keemasan Grace yang bergelombang jatuh di kedua sisi bahu Grace menutupi bayangan payudara indahnya dari balik gaun tipisnya. Richard yakin Grace tidak menggunakan apa apa di balik gaun tipis itu.
Grace berdiri kaku di tempatnya ketika Richard mendekatinya, pria itu sudah berdiri di hadapannya. Tatapan Richard sama sekali tidak lepas dari Grace. Gadis itu mulai menunduk ketika Richard melepaskan tali gaun yang terikat di dada Grace. Lekukan dada Grace yang padat berhasil mencuri perhatian Richard. Pria itu mengangkat dagu Grace dengan pelan.
"Bukankah kita sudah sepakat bahwa kau harus memberiku seorang pewaris sesegera mungkin ?". Kata Richard dengan suara serak.
Grace hanya diam, tidak mengangguk dan tidak pula menjawab. Dan Richard tidak perlu itu, pria itu langsung mencium Grace, kali ini tidak terlalu kasar tapi tidak pula dengan cara lembut. Bagaimanapun hanya dengan tidak menyakiti Grace sudah cukup bagi wanita itu untuk tidak mengeluarkan air mata kali ini.
YOU ARE READING
Daughter Of The Duke
RomanceLady Grace Hamilton adalah putri satu satunya dari mendiang Duke of Bedford, tidak pernah membayangkan harus menjalani hidup sebagai istri seorang Richard Howard, anak tidak sah dari seorang bangsawan bergelar duke. Tapi hal ini mau tidak mau harus...