"My lady apa anda tidak apa apa?, anda tidak perlu melakukan ini jika anda tidak menginginkannya", kata Caroline pada Grace yang duduk termenung dalam balutan gaun pengantin sutra putihnya. Caroline membantu Grace memasang veil di kepalanya sambil menatap sedih lady mungilnya.
"Tidak Bibi Caroline, meskipun aku mendapatkan uang dari hasil pembelian rumah ini. Itu tidak akan cukup untuk memberi makan dan kehidupan selanjutnya bagi kita. Orang orang kita akan kehilangan pekerjaanya, dan aku tidak bisa egois dengan hanya memikirkan diriku sendiri", kata Grace menyentuh tangan dan menatap wanita paruh baya itu dengan tulus.
"Anda berhak untuk bahagia my lady", jawab Caroline.
"Bukankah kita harus berterima kasih pada Mr. Howard karena masih bersedia menampung kita di rumah ini, kenangan di rumah ini sudah terlalu banyak dan terlalu berharga untuk ku tinggalkan begitu saja". Kata Grace berusaha tersenyum dengan mata mulai berkaca kaca.
"Aku lahir dirumah ini, kuharap aku juga bisa meningal di rumah ini", sambung Grace menerawang.
"Lady, tolong jangan berbicara seperti itu", protes Caroline ikut sedih.
Seandainya saja lady nya berhasil menemukan pria bangsawan yang ia cintai dan akan menikahinya pada saat debut pesta dansa pertamanya tahun lalu, tentu lady Grace tidak perlu menikahi seseorang yang tidak Grace inginkan seperti anak selir seperti Richard Howard. Meskipun Richard Howard adalah pria kaya raya dengan usaha tambang batu bara dan pengimpor rempah rempah dari Asia, sang lady masih terlalu bagus untuk seorang anak selir, pikir Caroline.
Wanita paruh baya itu hanya bisa menyetujui keputusan lady nya tanpa bisa membantu apa apa selain tetap terus berada di samping Grace.
......................................
Richard mengucapkan sumpah pernikahan sambil menatap lekat mata Grace, Grace berusaha membalas tatapan pria itu dengan sorot mata yang ramah, meskipun sebenarnya dia sangat takut dengan tatapan menusuk pria itu. Sorot mata biru Richard menatap mata hijau bulat Grace seolah olah Richard adalah singa jantan yang siap menerkam rusa betina. Dan rusa betina itu adalah Grace sendiri.
Giliran Grace yang mengucapkan sumpah pernikahan, nada suaranya kecil dan terkesan malu malu. Bagaimana tidak, dia menikah dengan pria yang baru di kenalnya, pria yang tidak ia cintai begitupun sebaliknya. Pria itu juga tidak mencintai Grace, karena pria itu telah memiliki wanitanya tersendiri yang ia cintai. Jane, wanita bertubuh tinggi semampai dengan mata coklat, bibir penuh dan wajah cantiknya yang entah sejak kapan telah berada dan hidup di samping Richard.
..............................
Grace duduk kaku di atas tempat tidur bertirai satin berwarna krem pucat keemasan dalam kamarnya sambil menunggu dengan cemas kehadiran Richard Howard yang kini telah menjadi suaminya masih dengan balutan gaun pengantin nya. Wajahnya tertutupi kain veil.
Tidak lama kemudian pintu dua daun berukir rumit berukuran tinggi terbuka perlahan, dan terlihatlah sosok Richard berpakaian lengkap dengan jubahnya yang berwarna gelap, wajah tampannya tertutupi oleh raut wajah dinginnya.
Grace merasakan tubuhnya sedikit bergetar karena canggung. Dia menoleh ke arah Richard dan memaksakan tersenyum ramah pada suami barunya itu.
Tidak ada senyuman di wajah Richard. Dia memasang raut datar tanpa ekspresi sambil mendekati Grace yang duduk di tempat tidur.
Richard membuka perlahan tudung veil yang dikenakan Grace, lalu meraih dagu Grace dan memperhatikan wajah mungil nan cantik gadis itu. Wanita ini memiliki mata bulat yang indah berwarna hijau dengan hidung mancung yang kecil juga bibir mungil dan belahan dagu yang membuatnya sangat mempesona. Richard merasa dirinya beruntung memiliki istri bertubuh mungil secantik Grace terutama karena dia adalah seorang putri mendiang seorang duke. Siku Richard yang menopang tangan yang menyentuh dagu Grace, terjatuh di atas dada wanita itu. Dari situ Richard bisa menilai bahwa tubuh sang lady sedikit berisi di bagian yang seharusnya pada tubuh mungilnya dan itu cukup membuat Richard sempat membayangkan hal yang tidak tidak.
Grace terlalu canggung dengan hal ini. Sejujurnya ia tidak begitu siap. Maka ketika Richard menyentuh dagu dan menatapnya, Grace sedikit tegang dan malu. Dia tentu tidak berpengalaman dengan pria manapun, sehingga Grace tidak tahu harus melakukan apa yang menurutnya tepat di lakukan seorang istri. Grace cepat cepat menundukan kepalanya karena malu terhadap tatapan mata biru terang Richard yang begitu intens dan menusuk, tatapan Richard menggelap. Pria itu merasa Grace begitu tidak menginginkannya, hal ini membuat pria itu marah.
"Ada apa my lady?, apa kau begitu jijik denganku karena aku bukanlah seorang bangsawan melainkan hanya seorang anak haram tanpa gelar?", kata Richard dengan nada tinggi, dia benar benar terlihat marah dan hal itu membuat Grace tambah takut.
"Bukan seperti itu tuan", kata Grace dengan nada lemah mencoba membela diri. Grace tidak bermaksud untuk membuat Richard berpikir seperti itu, dia hanya gugup dan malu layaknya gadis belia tidak berpengalaman seusianya di bandingkan Richard Howard yang berusia 10 tahun lebih tua dari sang lady, tentu Richard sudah jauh lebih berpengalaman mengingat dia mempunyai Jane sebagai simpanannya.
Pembelaan Grace tidak di terima oleh Richard. Pria itu mendorong Grace hingga Grace terbaring di tempat tidurnya.
"Kau adalah milik ku sekarang, jadi kau harus menghormatiku mulai sekarang lady!. Dimulai dari melayaniku layaknya seorang istri!", bentak Richard.
Pria itu naik di atas tubuh Grace dan melepas gaun Grace dengan kasar hingga terdengar suara robekan pada gaun sutra itu. Grace tidak melakukan perlawanan dalam bentuk apapun, ia hanya memejamkan mata ketika Richard melahap bibir Grace dengan rakus sambil menggerayangi tubuh mungilnya. Richard begitu haus dan tidak memperlakukan Grace begitu baik. Air mata sang lady mulai menetes, menyadari hal itu Richard tetap tidak bergeming. Seolah olah hal itu tidak mengusiknya Richard tetap mengecap seluruh tubuh Grace dengan kasar. Grace mulai mendesah kesakitan ketika Richard mulai memaksa masuk ke dalam tubuh Grace. Tidak peduli bagaimana pun Grace meringis kesakitan Richard tetap memaksakan dirinya masuk.
Grace merasa mungkin inilah kematiannya, dia berusaha menahan diri untuk tidak memohon kepada Richard karena Grace yakin hal ini hanya membuat pria itu tambah marah. Dia berusaha menekan suaranya agar tidak terdengar terlalu nyaring meskipun sakit yang di deritanya begitu menyakitkan. Grace pun menyimpulkan bahwa aktivitas ini tidak akan pernah menyenangkan bagi dirinya.
Setelah Richard puas, ia langsung bangkit dari tempat tidur dan memakai jubahnya. Ia sama sekali tidak mempedulikan reaksi Grace. Lady mungil itu tetap berbaring di ranjang dengan tubuh telanjangnya yang hanya di tutupi selimut, ia berbaring membelakangi Richard, Grace menghindari tatapan pria itu. Grace butuh waktu mencerna semua yang baru saja terjadi.
Richard melirik sekilas ke arah punggung telanjang Grace, dan dia mendapati ujung bahu gadis itu mulai membiru. Entah apa yang dilakukan Richard pada gadis malang itu. Richard benar benar tidak peduli meskipun Richard tahu persis bahwa bukan hanya bagian itu yang mulai berubah warna, tapi bagian tubuh Grace yang lainpun akan segera berubah warna.
Grace berusaha agar tidak terisak ketika memastikan pintu kamarnya telah terbuka kemudian tertutup kembali pertanda Richard telah meninggalkannya. Grace harus tetap kuat, dia tidak ingin Caroline ikut bersedih untuknya. Karena ini adalah pilihannya sendiri, bagaimanapun juga Grace harus bisa berdamai dengan kehidupannya yang sekarang dan akan datang dalam menjalani hidup sebagai istri seorang Richard Howard. Grace menghapus sisa sisa air matanya dan mulai berusaha menata perasaannya.
YOU ARE READING
Daughter Of The Duke
RomanceLady Grace Hamilton adalah putri satu satunya dari mendiang Duke of Bedford, tidak pernah membayangkan harus menjalani hidup sebagai istri seorang Richard Howard, anak tidak sah dari seorang bangsawan bergelar duke. Tapi hal ini mau tidak mau harus...