Chapter 12

499 35 9
                                    

Kastil Hamilton saat ini sedang ramai di penuhi kalangan ton karena sang duke of Bedford yang baru tengah merayakan kelahiran anak laki-laki pertamanya. Pewaris sah Richard Howard, yang di beri nama William yang di ambil dari nama yang mulia raja, raja William IV.

Richard sibuk mengobrol dengan para lelaki bangsawan lainnya, mengucapkan selamat atas penobatan dan lahirnya sang pewaris laki-laki. Dia saat ini adalah pria paling beruntung di seluruh daratan inggris. Hampir semua para pria iri kepada Richard, bagaimana tidak, memiliki istri yang cantik, mendapat gelar kebangsawanan, terlebih lagi memiliki pewaris laki-laki. Kehidupan Richard adalah tipe ideal yang di inginkan semua orang.

Di sisi lain, Grace duduk sendirian di sudut ruangan sambil terdiam, dia hanya memaksan membalas senyuman para tamu yang melintas di depannya satu per satu.

"My lady", tegur seorang pria jangkung bermata biru sama seperti mata Richard, tetapi pria itu tidak memiliki rambut hitam pekat seperti milik Richard, melainkan pirang keemasan. Grace ingat pria ini hadir di pernikahannya dengan Richard. Ya, dia adalah lord Andrew Stafford of Worcester, saudara tiri Richard Howard. Nama Howard di ambil Richard dari marga ibu nya.

"My lord", jawab Grace tersenyum.

"Mengapa sang duchess tidak berbaur dan malah memilih untuk duduk sendiri disini?, bolehkah aku?", kata Andrew sambil meminta izin untuk duduk di kursi yang terletak tepat di sebelah Grace.

"Silahkan my lord", kata Grace sebenarnya enggan. Karena saat ini suasana hati Grace sedang tidak bagus, harusnya ia bahagia dengan kelahiran William, karena Grace sendiri yang menantikan kehadiran anak itu. Grace telah memberikan Richard seorang putra. Pewaris sah Richard Howard sang duke of Bedford. Akan tetapi mendengar laporan Caroline bahwa Richard semakin rutin mengunjungi kamar tidur Jane setelah kelahiran William. Bahkan ketika Grace tengah berjuang melahirkan William, Richard di kabarkan tengah bersama Jane, dan itu membuat suasana hati Grace entah mengapa menjadi sangat tidak nyaman. Tentu saja Jane tidak menampakkan mukanya di pesta malam ini, tetapi Grace yakin bahwa ketika acara selesai, Richard akan mengunjungi Jane kembali.

"My lady, apakah anda baik-baik saja?", Andrew tiba-tiba membuyarkan lamunan lady Grace.

"Ya, ya tentu saja my lord. Aku hanya sedikit lelah", jawab Grace mencari alasan.

Andrew tersenyum lalu memulai obrolan ringan dengan Grace, lambat laun Grace menikmati obrolan itu. Andrew pria yang sangat ramah, tidak seperti saudara tirinya Richard yang kaku dan dingin. Ketika Andrew tertawa, lesung pipinya menghiasi wajahnya. Entahlah tawa Andrew membuat Grace juga ingin ikut tertawa bersamanya.

Diam-diam ada sepasang mata biru terang yang mengawasi mereka berdua dari kejauhan dengan tatapan tidak suka.

"Bolehkah aku melihat menengok William? Kurasa dia telah tertidur tapi bolehkah?", kata Andrew tiba-tiba.

Awalnya Grace sempat meragu, tapi memutuskan untuk menyetujui keinginan Andrew, lagi pula Andrew adalah paman William.

Grace segera membawa Andrew ke kamar William tanpa mereka ketahui ada seseorang yang diam-diam mengikuti mereka.

Sesampainya di kamar William, Grace tersenyum ke arah Andrew dan menunjukan si kecil William yang sedang tidur di atas ranjang bayi. Bayi laki-laki mungil itu berambut hitam pekat persis dengan milik Richard.

"Ya ampun lady Grace, anak ini sangat mirip dengan saudaraku", kata Andrew takjub.

"Tunggu sampai kau melihat matanya, dia memiliki mata biru sama seperti milikmu dan Richard", kata Grace riang.

"Maafkan aku my lady, tapi anak ini seolah-olah hanya milik Richard, kau sama sekali tidak mewariskan apapun terhadap anak ini", kata Andrew dengan nada sedikit bercanda.

Daughter Of The DukeWhere stories live. Discover now