1

5K 252 13
                                    

    Dia Yibo, remaja berusia 16 tahun yang dikenal dengan sifat dinginnya, jarang berbicara namun hatinya teduh, jarang pula tersenyum, jangankan tertawa senyumannya saja sangat jarang teman-temannya temukan.

''eh eh eh kemari kemari ,'' bisik salah satu murid yang membalikkan badannya kebelakang untuk berbicara pada teman dibelakang mejanya, ''ehh... kenapa kau bisik bisik seperti itu Ji li? '' tanya salah satu temannya yang duduk disamping Ji li, dia adalah Acheng, teman dekat Ji li yang sifatnya santuy namun kadang kata-katanya agak kasar, tapi itu sudah biasa buat Ji li, sedang Ji li adalah seorang yang pintar membaca situasi, dan juga pintar yang tersembunyi.

''dengar baik-baik, hari ini bakal ada murid baru dikelas kita '' Ji li mengatakan kabar yang membuat Acheng terkejut, sudah setengah tahun dari memasuki sekolah di Gusu kenapa masih ada yang datang atau terlambat mendaftar sebagai murid baru.

''siapa dia ? laki-laki atau perempuan, hah Ji li ?'' Acheng yang bangun dari terkejutannya berganti jadi rasa penasaran. ''Aiiaaah aku mana tau Acheng, eh tapi sepertinya dia laki-laki deh '' jawab Ji li sambil kembali menimbang-nimbang.

sedang Yibo yang berada didepan mereka hanya menatap mereka tanpa suara, penasaran ? iya. tapi raut wajah yang datar itu tak menunjukan ekspresi apapun, eh iya posisi tempat duduk Yibo ada dibelakang Acheng dan JI li, jadi ia hanya tinggal mendongakkan wajahnya ketika dua orang didepannya mulai mengajaknya bicara atau kala sedang membicarakan sesuatu.

''lalu, apa lagi kabar yang kau dapat Ji li ?'' tanya Acheng sambil membalikkan badannya kembali  mengarah kedepan, dan begitupula badan Ji li yang juga berputar ''aah... ini masih terlalu pagi untuk mendapatkan kabar Acheng'' mellihat kedua temannya memutar badan Yibo kembali menundukkan kepalanya dan mulai membaca bukunya kembali, ''Benar, mari kita lihat siapa yang akan datang '' ujar Acheng dengan rasa penasaran yang dibalas dengan deheman dan anggukan Ji li.


Pelajaran dimulai, semua sudah duduk dengan rapih dan guru mereka telah datang, semua murid berdiri dan memberi salam pada guru mereka, ''Baiklah silahkan duduk '' sang guru menyuruh semua muridnya duduk, ''hari ini kita kedatangan anak baru, ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya'' lanjut sang guru yang masih berdiri didepan para murid dan mempersilahkan seseorang untuk masuk kedalam kelas.

'waah siapa yah?'

'iya siapa ya ?'

'sepertinya laki-laki '

'ah pasti cewek'

mendengar bisikan teman-teman disamping kanan kirinya yang penasaran Ji li pun berbisik pada Acheng ''eh Acheng, apa kau juga penasaran ? hah? '' lalu Acheng mengerutkan alisnya bola matanya melirik Ji li yang sedang menatapnya ''Diam, dan lihat saja'' mendengar jawaban acuh Acheng Ji li kembali posisi semula.

sedang orang dibelakang mereka hanya diam menunduk membaca bukunya, seakan tidak tertarik akan situasi sekitarnya dan akan anak baru yang akan datang, dia sama sekali tidak perduli.

pintu kelas terbuka dan masuklah seseorang dengan tubuh yang tinggi rambut yang rapi cara berpakaian yang juga rapi kedua tangan yang menyatu didepan dadanya tanda salam yang baik, (itu seperti cara orang Thailand memberi salam ) dan berjalan penuh kesopanan menuju sang guru.

semua mata terpaku dan terkagum kagum melihatnya, sosok tampan yang ada  didepan mereka sangat jarang mereka lihat, apalagi dengan senyum ramah hingga menunjukkan gigi kelincinya yang membuatnya semakin menggemaskan, murid-murid yang melihatnya bahkan merasa seperti Dewa sedang berpihak pada mereka karna telah menjatuhkan seorang pangeran dikelas mereka, terutama untuk kaum hawa yang dari tadi sudah menganga melihatnya.

Ji li tiba-tiba menepuk nepuk bahu acheng seakan gembira dengan mata yang masih menatap orang didepan itu, ''Haaiaah Ji li apa yang lakukan, itu sakit monyong '' tangan Ji li berhenti dan ia mulai berbisik pada Acheng ''Acheng dia sangat tampan eeeiih, dia juga terlihat sangat ramah aku sangat menyukainya, oh lihat lihat senyumnya sangat manis iiiihhhh'' Aheng yang mendengarnya hanya memutar bola matanya menggelengkan kepalanya dan berbisik agak keras pada Ji li '' A Ku su dah li hat Ji liiiii''  dan sontak Ji li kembali pada posisi semula sambil menyibir pada cheng,

Bo-diTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang