🚅.five day p.2 long day

323 48 9
                                    

Sebuah tangan menarik Jihyo ketika satu langkah lagi, Jihyo akan jatuh dari atas balkon sekolah.

"Jangan bodoh! " ucap orang tersebut.

Air mata Jihyo diusap dengan lembut oleh orang itu, orang itu tahu persis kejadian awal mengapa Jihyo bisa berada ditempat ini.

Jungkook tiba-tiba berhenti melihat Jihyo yang menangis menatap lantai sekolah, naasnya seolah tidak ada yang peduli terhadap Jihyo.

Tidak ada seorangpun yang bersama Jihyo, untuk menenangkan gadis itu atau sekedar penguat ketika saat yang menyedihkan ini.

Mata Jungkook menangkap sebuah surat tepat terselip diloker Jihyo, hingga ketika Jihyo membuka lokernya surat itu terjatuh.

Jihyo menyeka air matanya, dan membungkuk membawa surat tersebut lalu dengan khidmat ia membuka kemudian membacanya.

Awalnya Jungkook lega ketika guratan senyuman menghiasi wajah Jihyo yang sedang berduka, namun dengan raut wajah berbeda.

Jihyo merobek surat tersebut dan berlari menuju lab IPS.

Jungkook menghela nafas memberikan sapu tangan berwarna biru gelap pada Jihyo.

Rasanya ingin bertanya, namun Jungkook mengerti jika ini bukan saat yang tepat untuk Jungkook bertanya.

"Makasih, " kata Jihyo dan mengusap air matanya dengan sapu tangan.

Jihyo sedih, sekaligus terpukul.

Dirinya sering kali disebut-sebut anak pembawa sial, bukan oleh teman-temannya saja tapi keluarganya juga.

Namun tidak banyak yang tahu, karena keharmonisan yang terus ditampilkan oleh keluarga kecilnya sekarang.

Mereka menjaga privasi Jihyo dimasa lalu, dan untuk yang sekarang Jihyo adalah anak pembawa keberuntungan.

"Maaf, gue terlalu bodoh untuk mengerti situasi ini. " ucap Jihyo membuat Jungkook yang awalnya terfokus pada pemandangan kota didepanya, menjadi beralih menatap Jihyo sepihak.

Jungkook mengangguk dan tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa. Lagi pula Jungkook sudah salah menghentikan Jihyo dengan mengatakan jangan bodoh.

Seolah-olah Jungkook mengatakan jika Jihyo itu bodoh.

"Iya, maaf. Aku mengerti bagaimana rasanya ditinggal orang yang berharga dalam hidup. " kata Jungkook.

"Karena lo? " tanya Jihyo.

Jungkook mengerenyitkan dahinya tidak dengan ucapan Jihyo.

Tapi tiba-tiba Jihyo tertawa dan melambaikan tangan, seolah ingin memukul Jungkook canda.

"Enggak usah dipikirin, cuman ngetes. Masih fokus apa enggak, " kata Jihyo sembari tertawa kecil dan berdiri sambil mengibas-ibaskan roknya yang sedikit kotor.

Jungkook mengangguk dan ikut bangun mengikuti Jihyo.

Jihyo mendongak menatap Jungkook, berat memang tapi setelah itu Jihyo menghela nafas dan melangkah meninggalkan Jungkook.

Jungkook tidak mengerti perkataan Jihyo.

"Maksud kamu apa? " tanya Jungkook setengah berteriak, membuat Jihyo berhenti dan menengok.

Jihyo tersenyum sembari mengatakan.

"Sebaiknya kamu jangan deket-deket aku, nanti akan ada sesuatu yang terjadi. "

Setelah mengatakan itu Jihyo pergi dan Jungkook hanya diam mematung, maksudnya apa. Ketika Jungkook ingin lebih dekat, mengapa harus dibatasi seperti ini.

Apa Jihyo tidak suka Jungkook?

Langkah Jungkook tertunda menuju kelas ketika matanya tidak sengaja melihat sosok tengkorak yang yang berada dibawah tangga lab.

"Kenapa ada maniken tengkorak disini? " tanya Jungkook dalam hati, namun positif thinking saja mungkin akan dipindahkan ke gudang.

Karena kebetulan dekat dengan gudang.

Ketika Jungkook sudah bisa melihat pintu kelasnya, Jihyo keluar menggendong tasnya dan digandeng oleh seorang lelaki yang Jungkook tidak kenal itu siapa.

"Bawa gue pulang, " kata Jihyo lemas dan lelaki jangkung itu hanya mengangguk menuntun Jihyo yang tertunduk.

Jungkook mengangguk.

"Jihyo sedang jaga hati, " kata Jungkook dan berdehem menguatkan hati.



TBC

train to busanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang