Matahari bersinar,menerangi segala yang ada di dekatnya dan cahaya nya menerobos ke segala penjuru bumi begitupun saat ini,cahaya sang mentari menerobos kedalam kamar seorang pria manis yang hari ini akan melangsungkan pernikahan,lebih tepat nya nanti sore.dan hari ini adalah jadwalnya fitting baju dan memilih cincin namun dia nampak tidak peduli dan masih ingin bergelung dengan selimut hangatnya,hingga
Tok!Tok!
"Tuan,apa anda belum bangun?Tuan besar menunggu anda di bawah." Terdengar suara dari salah satu pelayan di rumah itu dan itu membangunkan Xiao Zhan.Xiao Zhan bangun dan mendudukkan dirinya hanya untuk sekedar mengumpulkan nyawanya.
"Ya,aku akan segera turun." Sahut Xiao Zhan selang beberapa menit dan terdengar langkah kaki menjauh dari depan kamarnya.
"Huhft!" Helaan nafas kasar itu menjadi awal paginya yang seharusnya menjadi hari bahagia baginya karena hari ini adalah hari pernikahannya.Ya itu memang yang dia bayangkan selama ini hingga takdir merubah semua bayangan indah itu menjadi sesuatu yang menyebalkan menurutnya.Ya,mau bagaimana pun dia tidak bisa menghindari hari ini dan semua akan berubah setelah ini.
Setelah itu Xiao Zhan dengan sedikit menyeret kakinya dia beranjak dari tempat tidur itu dan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.Hanya butuh waktu 20menit hingga dia selesai bersiap-siap dan diapun turun untuk menghadap sang ayah.
"Kau sudah siap?sarapan dulu sebelum kita berangkat fitting dan memilih cincin untuk pernikahan mu." Sang ayah berucap setelah sang anak duduk dengan tenang di depan nya.Sang anak hanya tersenyum dan mengangguk,waktu berlalu,hanya perlu 15 menit dan sarapan khitmat itu berakhir.Sang ayah beranjak dari tempat nya dan diikuti oleh Xiao Zhan.Sementara para pelayan sedang membereskan ruang makan para pengawal yang berada di luar pun turut sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk acara hari ini,ya acara pernikahan sang tuan muda tunggal.Dan hanya akan mengundang anggota keluarga dan rekan kerja dari kedua belah pihak.Dan pernikahan itu akan di laksanakan di sebuah aula besar yang ada disalah satu gedung milik sang ayah dari Xiao Zhan.
"Tuan besar." Ucap salah satu pengawal yang saat ini tengah membukakan pintu mobil untuk ayah Xiao Zhan dan seorang lagi yang tengah membukakan pintu mobil dilain sisi untuk Xiao Zhan.Setelah keduanya masuk kemudian sang pengawal dan sopir pun masuk untuk mengantar kedua tuannya menuju tempat yang sudah di tentukan oleh tuan besar.Hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit hingga mereka sampai di depan sebuah butik dan sekaligus toko perhiasan,sang pengawal dengan sigap membuka pintu untuk kedua tuannya dan ayah Xiao Zhan serta Xiao Zhan mu masuk kedalam gedung itu,mereka di sambut oleh para pekerja di tempat itu dan saat mengetahui bahwa seseorang yang sudah memesan tempat nya untuk pengukuran baju pernikahan dan pemilihan cincin hari memasuki gedung maka sang pemilik pun secara langsung menemui sang pelanggan.
"Oh tuan Xiao,bagaimana kabarmu?" Sapa sang pemilik,sang pemilik butik itu adalah seorang wanita cantik meskipun umurnya sudah tidak bisa dikatakan muda lagi.
"Baik-baik saja,dan ini putraku,yang akan kau ukur.Pilihkan bahan terbaik untuk putraku untuk sore ini dia pakai." Ucap sang ayah memperkenalkan sang anak dan juga sekaligus memerintah.
"Ini anakmu? Tampan sekali dan juga manis." Sang wanita terkagum melihat Xiao Zhan dan dengan polosnya dia mengatakan jika Xiao Zhan cantik.Xiao Zhan yang mendengar pujian itupun hanya tersenyum malu,sang ayah hanya tersenyum.Meski sangat sedikit,namun itu tersenyum.Dan Xiao Zhan tidak memperhatikan itu.
"Terima kasih,tapi aku hanya tampan tanpa manis nyonya." Sanggah Xiao Zhan sopan.
"Oh tidak tidak.jangan panggil aku nyonya,panggil aku bibi saja." Ujar sang wanita sembari tersenyum.
"Ah baiklah bibi." Xiao Zhan pun menanggapi nya dengan tersenyum.Setelah itu wanita itu mengajak kedua lelaki itu menuju ruang fitting baju dan pemilihan cincin.Dan Xiao Zhan pun dengan tenang di ukur dan juga memilih cincin untuknya.Sang ayah hanya memperhatikan
"Anak kita sudah besar,sayang." Batin sang ayah,menatap sang tengah sibuk memilih cincin nya dan juga sesekali tertawa bersama sang bibi,dia hanya mampu memperhatikan senyum dan tawa anaknya dia tidak pernah bisa membuat anaknya bisa seperti itu kecuali almarhum istrinya yang telah pergi,sang istri yang sangat dia cintai,pendamping hidupnya,cinta terakhirnya,dia menyayangi Xiao Zhan seperti dia menyayangi sang istri hanya saja dia tidak mudah untuk mengungkapkan rasa sayangnya pada sang anak,dia selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya sebab itulah mungkin sang anak merasa dirinya sangat mengekangnya dan terlalu mengatur hidupnya,sang ayah hanya berharap semoga xiao Zhan dapat mengerti bahwa semua ini demi kebaikannya.Walaupun mungkin cara nya sedikit tidak adil untuk sang anak,ya sang ayah mengerti itu,dan tetap saja dia akan memilihkan yang terbaik untuk sang anak,bagaimanapun caranya sang anak harus hidup bahagia demi istrinya yang sudah menitipkan sang anak padanya,sang istri percaya pasti sang suami mampu membahagiakan sang anak.Seorang ayah yang hanya membahagiakan anak semata wayangnya.
"Tuan Xiao,lihat." Sang ayah yang melamun kini mengalihkan atensinya saat namanya di sebut dan dia melihat itu,sang anak yang mengenakan tuxedo berwarna putih dengan aksen silver tengah berdiri dengan anggun di depannya,wajah sang anak yang memang mirip seperti sang istri tengah tersenyum dengan manis di hadapannya,sang ayah sekilas melihat bayangan sang istri tengah tersenyum padanya,reflek sang ayah bangun dari duduknya dan segera memeluk xiao Zhan,batinnya bergetar,anak nya sebentar lagi akan meninggalkannya dan hidup mandiri bersama keluarganya,Sang ayah memejamkan matanya,menikmati saat-saat terakhir ini,dia merasakan ada jiwa sang istri disampingnya dan turut memeluk anaknya.Haru.suasana haru itu tidak bisa di pungkiri,bahkan sang wanita turut merasakan nya dan meneteskan air matanya,ini terlalu mengharukan untuk nya.Sang ayah yang sebentar lagi akan melepas anak semata wayangnya untuk menikah dan berkeluarga.Sementara Xiao Zhan yang tiba-tiba di peluk oleh sang ayah pun terkejut namun hanya sebentar karna setelah itu Xiao Zhan segera membalas pelukan sang ayah yang memang jarang sekali memeluk dirinya,jangankan memeluk menyapanya saja jarang karna sang ayah terlalu cinta dengan berkas-berkas nya yang menumpuk itu.Ya,Xiao Zhan tidak mempermasalahkan itu sekarang karna dia sudah terbiasa namun sekarang ayahnya memeluknya dengan erat tanpa dia duga tentu membuatnya terkejut namun dia juga senang karna dapat merasakan kehangatan sang ayah untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi dan tinggal bersama calon nya nanti.
"Ayah,,"
"Kau sudah besar Xiao Zhan,kau akan menikah,semoga kau bisa memiliki keluarga yang bahagia Xiao Zhan,ayah dan ibu selalu bersama mu." Ucap sang ayah,lirih.Hany Xiao Zhan yang mendengarnya dan itu sangat menyentuh hati kecil nya,setelah mendengar itu Xiao Zhan semakin mengeratkan pelukannya pada sang ayah dan suasana haru berlanjut namun tak lama karna sang wanita menginterupsi agar mereka melanjutkan apa yang tadi terpotong karna sang ayah yang tiba-tiba memeluk sang anak.Waktu berlalu,fitting itu selesai dan cincin pun sudah di pilih,sekarang sang ayah dan sang anak itu tengah berada di dalam mobil mereka untuk kembali ke rumah mereka karna sekarang sudah siang hampir sore,ya memang fitting hari ini dan pemilihan cincin memakan banyak waktu karna memang yang sang ayah inginkan adalah yang terbaik untuk sang putra agar tampil sempurna di hari pentingnya nanti,ya hanya 5 jam dari sekarang,dan Xiao Zhan merasa sangat gugup sekaligus merasakan firasat akan terjadi sesuatu namun Xiao Zhan memilih mengabaikan itu mungkin ini hanya efek dari gugupnya akan menikah,ya batin Xiao Zhan seperti itu.
"Apa kau gugup?" Sang ayah tiba-tiba bertanya.Dan Xiao Zhan pun menoleh pada sang ayah yang duduk tepat di sebelahnya.
"Ya,seperti itu." Jawab Xiao Zhan pelan dengan tertunduk,dia menang gugup saat ini,sang ayah hanya melirik Xiao Zhan sebentar dan tersenyum tipis.Sangat tipis.Dan tidak terdengar lagi suara,mereka pun melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumah mereka.
.
.
.
.