08

1.4K 248 11
                                    

Happy Reading

Bekerja sebagai seorang Bartender tidaklah mudah bagi Jennie, setiap malam ia harus menghabiskan waktunya di club. Melayani para pengunjung, tak sedikitpun ada yang meminta Jennie untuk menemani mereka minum.

Dan juga, harus datang tepat waktu. 

Inilah alasan yang membuat Jennie sempat membentak Jisoo tadi, ia takut dipecat hanya karena terlambat. Karena jujur, Jennie tadi sudah terlambat selama 30 menit, tapi ada keberuntungan yanh datang padanya, hari ini Big bos tidak masuk, jadi Jennie bisa langsung bekerja tanpa harus mendengar ocehan dari Big bos.

"Oy Jen" Panggil seorang lelaki bertubuh kekar sambil menepuk bahu Jennie.

Jennie tersentak dari lamunannya dan memalingkan wajahnya menghadap seorang lelaki itu.

"Apa bang?" Lelaki yang Jennie panggil abang tersebut kemudian menyodorkan nya ponselnya.

"Kenapa bang?" Tanya Jennie bingung.

"Barusan ada telfon masuk, tapi gak tau siapa. Angkat aja dulu, siapa tau penting" Jawabnya sebelum sibuk mengurusi pesanan pelanggan.

Jennie mengangguk dan segera keluar dari bar yang ramai ini untuk mencari tempat yang sepi.

Dirasa sudah sepi, Jennie melihat siapa yang menelfonnya.

"Kai" batin Jennie.

Terdapat 10 panggilan suara dan 25 pesan yang masuk, dan pelakunya adalah Kai.

Tanpa ingin menelfon Kai untuk menanyakan kenapa, Jennie sudah tau sebabnya karena ia membuka pesan yang Kai kirim. Dan isinya membuat Jennie kegirangan.

Kai: jen, hari ini aku gak dateng ke bar. Kamu jangan sedih ya

Kai: bsk aku dateng lagi, tenang aja kok

Kai, seorang lelaki yang sering datang ke bar. Ah ralat bukan sering, tapi setiap hari. Ia selalu minta ditemani oleh Jennie, sebenarnya Jennie selalu menolak karena ia bukanlah wanita penghibur, melainkan seorang pelayan saja. Tapi, Kai berani membayar Jennie dengan harga fantastis, selama 1 jam saja, bayaran Jennie bisa berapa juta. Apalagi jika berjam-jam, bayangkan sudah berapa juta yang Jennie dapat. Dan itu pasti banyak.

Jennie pikir dengan mengumpulkan uang yang banyak, ia bisa melunasi hutang mendiang appanya. Dan membiayai kebutuhan hidupnya.

"Ngapain minta izin sama gue? Emang gue emak lo?!" Gumam Jennie dan diakhiri dengan kekehannya.

"Asiq... si item gak dateng" Girang Jennie sambil melompat-lompat seperti anak kecil dan mengepalkan tangannya ke udara berulang kali.

Kemudian Jennie kembali ke bar dengan hati yang senang dan semangat. Dan tak lupa dengan senyum yang menghiasi bibirnya sedari tadi.

LOVE OF MATHEMATICS

Jennie kembali melayani para pelanggan dengan menuangkan wine dan bir secara bersamaan dengan fokus dan tak memedulikan sekitar. Hingga pada saatnya ada suara yang berhasil membuat Jennie menoleh kearahnya.

"Jen" Panggil lelaki bertubuh tinggi dengan memakai hoodie berwarna hitam.

Detik itu juga Jennie memalingkan wajahnya dari gelas hingga menatap seorang lelaki tadi.

Love Of MathematicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang