[ 100DWTD - 04 ]

102K 7.3K 256
                                    

DON'T FORGET TO CLICK BUTTON VOTE


[ DAY 1 - 04 ]

100Days With The Doctor

"...Nesa benci Diagnosis.."


AUTHOR POV



Nesa menggigit bibir bawah, mata tajam itu senantiasa memandangi dirinya dari atas ke bawah. Kamar hotel yang kosong menjadi saksi bisu bagaimana ia kini duduk dan si Dokter berdiri dengan tangan bersedekap.

"Nesa kamu sering ke tempat ginian?"

Nesa menyentuh gaun yang berwarna merah tanpa corak.

Bohong salah, jujur apalagi.

"I-iya," jawab Nesa.

Ia mendongak, matanya beradu pandang pada sang Dokter.

"Ya nggak apa-apa, sih, kapan-kapan kalau main kesini hubungin gue, aja. Kita bareng."

Rahang Nesa seolah hendak jatuh. Demi apa? Ia sudah takut setengah mati. Namun, respon Kenan di luar ekspestasinya? Nesa mulai meragukan lisensi kedokteran Kenan.

"Ngomong sama gue santai. Nggak usah formal."

Kenan tersenyum miring. Bukan menakutkan justru terlihat sangat bersahabat padanya.

"Gue juga sering ke sini, hiburan dari penatnya aktivitas sehari-hari gue. Lo? Pasti susah, ya, jadi anak perempuan di keluarga Smith," terka Kenan, ia menempatkan diri untuk duduk di sebelah Nesa.

"Boleh pakai gue-lo?"

Kenan menaikkan alisnya, ia mengedikkan bahu. "Kenapa nggak?"

Nesa tersenyum senang, dirinya bertemu partner in crime yang baru? Ah, ia menepuk jidat. Bisa-bisanya ia melupakan Aruna dan Bee, Nesa bahkan meninggalkan ponsel di tas selempangnya.

"Gue harus balik ke tempat temen-temen gue, Bang."

Kenan merogoh saku jaket yang ia kenakan. "Nih, minuman buat lo besok. Ngilangin pengar paling bagus."

Pria tersebut memberinya minuman dalam bentuk botol mini.

"Makasih, Bang Dokter."

Kenan mengangguk sembari terulur mengacak rambut Nesa.

Kemudian meninggalkan gadis tersebut. Nesa segera menjumpai Aruna. Aruna memeriksa seluruh anggota tubunnya.

"Gue kirain lo diculik sama PK lur." Ada helaan napas lega di ujung kalimat Aruna.

Setidaknya, sahabatnya kembali tanpa kekurangan satu ginjalpun.

- oOo -

Perhitungan hari kesepakatan dua belah pihak di mulai, untuk itu Nesa diwajibkan bertemu ketiga Dokter spesialis itu sore ini. Ia menatap pantulan dirinya, Nesa minim ekspresi. Ia tak sanggup menunjukkan wajahnya pada Raden si anak pertama alias calon suami nomer satu.

Takut aibnya yang lain akan terbongkar, ia sudah cukup buruk di mata Raden, di mata Kenan. Satu-satunya yang masih menganggap dirinya perempuan baik-baik hanya Hanung. Mirisnya, di mata Hanung ia masih dikategorikan anak kecil.

"Jangan ketemu, ajalah."

Nesa menendang kaki meja. Fatal akibatnya jika ia tak bertemu mereka, karena bisa jadi Nesa akan dicap buruk oleh kedua calon mertuanya. Nesa mengusak rambutnya frustasi.

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang