[ 100DWTD - 26 ]

71.7K 5.4K 1.2K
                                    

SPAM RADEN SEBELUM BACA👉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SPAM RADEN SEBELUM BACA👉

Jangan lupa pencet bintang guis, sekalian tinggalin jejak di komentar❤❤



BANTU KOREKSI TYPO✔

CHAPTER 26 - TAHAN
NORMAL POV

- HAPPY READING -

Sumpah serapah terus menerus terlontar dari bibir plum Nesa. Perempuan itu baru keluar dari kamar mandi, area selangkangannya sakit setelah Raden menggempur dirinya habis-habisan semalaman. Ia berjalan dengan cara mengangkang, tiap langkah ketiga ia meringis.

"Untung suami, Baji-"

Nesa memejamkan mata, ia boleh mengumpat tetapi keterlaluan jika mengumpat tepat di depan suaminya yang sekarang terlelap seperti bayi. Nesa menggeleng, ia begitu terpesona oleh ketampanan suaminya. Tidak! Nesa diwajibkan mempertahankan harga dirinya, jangan terpesona. Cuma Raden yang boleh terpesona duluan padanya.

Raden bergerak pelan, kemudian kelopak matanya terbuka. Netra pria itu langsung menatap Nesa yang tengah menyorot dirinya tajam. Raden mengerang. Ia meneliti ruangan sekeliling, mereka berdua bercinta di kamar Jacob. Entah untuk alasan apa, Raden malah menyunggingkan seringai tipis.

"Bangun! Mas harus pulang, 'kan?"

"Nggak ikut?" tanya Raden dengan suara paraunya.

Nesa melipat tangan di dada, "Emang harus ikut?"

"Kamu mau terus di sini?"

Nesa memutar bola matanya, benar juga ia tidak mungkin terus di apartemen Jacob. Tetapi, ia semalam sampai lupa menghubungi Jacob. Nesa terlalu sering memperlakukan Jacob semena-mena. Untuk itu, Nesa mengambil langkah dan meraih ponselnya yang tergeletak di meja nakas. Tujuh panggilan tak terjawab dari Jacob. Hendak menghubungi kakaknya kembali, Raden tanggap dan merampas ponsel Nesa. Pria itu tidak repot-repot bangun, hanya menjulurkan tangan sudah berhasil mencuri ponsel Nesa.

"Aku perlu hubungin Mas Jacob," sengit Nesa, ia tidak bermaksud bernada sinis.

Sayangnya, sikap Raden yang mengejutkan dirinya justru mampu mengeluarkan sifat asli Nesa. Yap, Nesa memang bukan orang yang bisa sabar dan selalu mengeluarkan kalimat sinis ketika ia dikejutkan.

"Kenapa? Kamu sama saya artinya kamu aman."

Nesa memicingkan mata. "Oh, Pak Dokter cemburu, ya?"

Sebenarnya, Nesa tidak benar-benar ingin menggoda Raden. Ya sudahlah, masih pagi tidak baik bagi keduanya jika berakhir saling adu pendapat lagi.

"Saya nggak cemburu, dasarnya karena saya nggak ada rasa buat kamu."

Nesa manggut-manggut tanpa memperdulikan perkataan Raden, ia menyodorkan tangan, "Kalau gitu, balikin hpku. Mau hubungin Mas Jacob."

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang