[ 100DWTD - 06 ]

95.4K 7K 139
                                    

DON'T FORGET TO CLICK BUTTON VOTE


[ HADIAH - 06 ]

100Days With The Doctor

"...Perhatian itu muncul tanpa disadari..."

AUTHOR POV



Nesa menegak isi dari gelas krystal yang ada di genggamannya. Gelas ke empat tak kunjung memberianya kepuasan batin. Berniat untuk menghilangkan kesadaran, tetapi sayang tingkat depresi yang Ia derita tak mampu menandingi kerasnya kadar alkohol.

"Raden bangsat!" umpatnya.

Ia mengibas-ibaskan telapak tangan ke wajah. Demi apapun, ia benar-benar tak ingin bertemu atau terlibat apapun lagi dengan lelaki pecinta diagnosis tersebut.

"Udahlah, Lo pasti bisa ngelewatin ini semua. 96 hari lagi. Abis itu lo pilih, deh, antara Hanung dan Kenan."

Nesa melirik Aruna. Ia memasukan cemilan ke mulut, memudarkan rasa pahit yang membekas, mengapa Wiski tak membuatnya mengantuk?
Nesa mengusap bibir, lipstick merah yang ia poles di bibir kini menyebar ke sekitar bibir tipisnya.

"Kenapa juga gue mesti tantang dia, sih."

Nesa memejamkan mata merenungi betapa bodoh dirinya.

"Mana gue tau,” balas Aruna santai.

Ia memperbaiki letak tali pembalut payudaranya yang merosot.

"Na, besok-besok kalau gue mulai kepincut sama si Bangsat, itu, tolong tampar, aja gue."

Aruna segera mengangguk mendengar pernyataan Nesa.  Ia berdoa agar hati Nesa yang lemah terhadap sentuhan perhatian akan segera luluh. Meski dirinya belum bertemu Raden. Dari perkataan dan penjelasan Nesa sudah jelas sekali sempurnanya seorang Raden.

"Sa, bangun. Woy! Sa!"

Aruna menggoncang tubuh Nesa yang menyelonjorkan kaki, tertidur di sofa.  Ah sialan, besok dirinya harus bersiap dimarahi oleh Nesa. Membiarkan tubuh gadis itu remuk karena tertidur di sofa, yang pasti sangat tidak nyaman.

- oOo -

Nesa pulang ke Mansion pukul lima subuh. Katakan saja ia terlampau rajin, padahal jam bangun perempuan itu berada dipukul 9 pagi, terkecuali ada jadwal pagi. Namun, pagi ini berbeda, setelah memutuskan pulang diam-diam, ia berendam di bathup guna menghilangkan aroma vapor dan minuman berkadar alkohol yang ia konsumsi.

Setelah membersihkan diri, Nesa tertidur di springbed.

Bagaimana dirinya sanggup melewati ketatnya penjagaan Mansion Smith? Cukup merogoh kocek lima juta untuk menyogok seluruh bawahan dan pengawal maka posisinya akan aman sentausa.

"Nesa, bangun Sayang."

Suara lembut mengganggu tidur Nesa. Kelopak matanya terbuka perlahan, bulu mata yang panjang nampak menggoda, panjang alami?

Bullshit, ia membayar mahal melakukan treatment extention.

Buang jauh-jauh cantik alami, bukankah Raden pernah bilang? Wajah Nesa terlalu banyak mengandung kompisisi bahan kimia dari berbagai produk yang ia gunakan.

Bukannya meremehkan orang yang cantik secara alami. Tetapi, apa gunanya punya keluarga kaya jika ia tak merawat dan mempercantik dirinya?

Oh shit. Mengapa pula Nesa jadi membahas hal tak penting. Stop.

Nesa tersenyum tipis, segera memeluk Alesia. Mamanya yang memiliki segalanya itu, ia sangat merindukannya. Kesibukan mamanya mengabdi Negara membuatnya Nesa harus bersabar untuk menemui Alesia.

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang